Laporan WHO: 8 Juta Orang Terdiagnosis TBC pada 2023

Laporan dari WHO menyebut bahwa TBC masih banyak menyerang masyarakat di Asia Tenggara, Afrika, dan Pasifik Barat, India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan.

oleh Tim Global diperbarui 01 Nov 2024, 12:04 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 12:04 WIB
Ilustrasi Tuberkulosis
Perlu diketahui gejala utama pasien TBC paru, yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.

Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari delapan juta orang terdiagnosis mengidap tuberkulosis (TBC) pada tahun lalu.

Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi yang tercatat sejak badan kesehatan PBB itu mulai melakukan pendataan, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (1/11/2024).

Sekitar 1,25 juta orang meninggal karena TBC pada tahun lalu, kata laporan baru tersebut, seraya menambahkan bahwa TBC kemungkinan akan kembali menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia setelah sempat digantikan oleh COVID-19 selama pandemi.

Kematian tersebut hampir dua kali lipat jumlah orang yang meninggal karena HIV pada 2023.

WHO mengatakan, TBC masih banyak menyerang masyarakat di Asia Tenggara, Afrika, dan Pasifik Barat, India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan menyumbang lebih dari separuh kasus TBC di dunia.

"Fakta bahwa TBC masih membunuh dan membuat banyak orang sakit adalah suatu hal yang memalukan, ketika kita memiliki alat untuk mencegah, mendeteksi dan mengobatinya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Namun, kematian akibat TBC terus menurun secara global, dan jumlah orang yang terinfeksi baru mulai stabil.

Badan tersebut mencatat bahwa dari 400.000 orang yang diperkirakan menderita TBC yang resistan terhadap obat pada tahun lalu, kurang dari setengahnya yang terdiagnosis dan diobati.

 

Penyebab Tuberkulosis

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri di udara yang sebagian besar menyerang paru-paru.

Sekitar seperempat populasi dunia diperkirakan mengidap TBC, namun hanya sekitar 5 persen - 10 persen yang menunjukkan gejala.

Kelompok-kelompok advokasi, termasuk Dokter Tanpa Tapal Batas, telah lama menyerukan agar perusahaan AS, Cepheid, yang memproduksi tes TBC yang digunakan di negara-negara miskin, menyediakan tes tersebut dengan biaya USD 5 per tes untuk meningkatkan ketersediaan.

Awal bulan ini, Dokter Tanpa Tapal Batas dan 150 mitra kesehatan global mengirimkan surat terbuka kepada Cepheid yang menyerukan mereka untuk "memprioritaskan kehidupan masyarakat" dan segera membantu membuat tes TBC lebih tersebar secara global.

Infografis TBC (Liputan6.com/Yoshiro)
Infografis TBC (Liputan6.com/Yoshiro)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya