Operasi Pita Suara Sedang Booming di Tiongkok

Meningkatnya jumlah operasi kelamin di Tiongkok, meningkat pula jumlah orang yang menjalani operasi suara

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 20 Nov 2014, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2014, 16:00 WIB
Operasi Suara Tengah Booming di Tiongkok
Meningkatnya jumlah operasi kelamin di Tiongkok, meningkat pula jumlah orang yang menjalani operasi suara

Liputan6.com, Jakarta Operasi pita suara tengah booming di kalangan masyarakat Tiongkok, seiring dengan meningkatnya operasi ganti kelamin di sana. Sejumlah klinik pun mulai latah menawarkan jasa dapat melakukan operasi yang terbilang ekstrem.

Spesialis bedah plastik yang di Tiongkok, mengatakan, permintaan untuk mengubah suara jadi lebih maskulin atau feminin mengalami peningkatan, dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, operasi ini bukan tanpa risiko.

Sedikit saja dokter salah dalam melakukan prosedur, maka dampak yang akan dirasakan pasien adalah kehilangan suara, serta menderita Pneumonia.

Lu Xiang, pria berusia 23 tahun yang pernah menjalani operasi suara di Tiongkok merasa bersyukur dapat melakukan operasi tersebut. Kini, suara Lu Xiang jauh lebih melengking, ketimbang dulu yang sering dianggap feminin.

Selama bertahun-tahun, cerita Lu, teman sekelas dan rekan-rekan kerja dia kerap menertawakan suaranya yang aneh. "Karena suara saya, banyak yang memanggil saya sedih," kata dia.

Bahkan, pria yang bekerja sebagai seorang jurnalis di sana sempat sulit untuk mendapatkan kekasih, karena suaranya yang hampir sama dengan suara wanita.

"Wanita tidak melihat saya sebagai pria sejati, dan memperlakukan saya seperti salah seorang teman-teman perempuannya," kata Lu menceritakan.

Meski telah mengalami pubertas, suara Lu tak juga berubah, masih tetap membuat orang keliru apakah dia wanita atau pria.

Menurut Spesialis Bedah THT di Charing Cross Hospital yang ada di London, Mr Alasdair Mace, pita suara jadi lebih pendek dan lebih longgar, karena botoks. Dalam sebulan, Alasdair kerap melakukan operasi suara sebanyak dua kali. Kasusnya beragam, mulai dari akibat pergantian kelamin atau menangani pasien cacat.

Alasdair mengatakan, apa yang dilakukan Lu, kemungkinan besar karena pria tersebut memiliki hormon testosteron yang sangat sedikit. Atau dia sudah melakukan terapi testosteron, tapi tidak sesuai harapan.

Dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (20/11/2014), para akademisi percaya, dengan meningkatnya jumlah orang yang melakukan operasi suara, menunjukkan bahwa masyarakat Tiongkok tengah mengalami tekanan, terkait dengan jenis kelamin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya