WHO: Segera Ambil Tindakan Atas Bebasnya Penggunaan Antibiotik

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan 11 anggota di Asia Tenggara, termasuk Indonesia turut membahas bebasnya penggunaan antibiotik.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 09 Sep 2015, 15:44 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2015, 15:44 WIB
Mengapa Menebus Resep Di Apotek Begitu Lama?
Saat menebus resep di apotek pasti kita pasti pernah merasa lama menunggu obat diserahkan, hingga kita pernah bertanya-tanya

Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan 11 anggota di Asia Tenggara, termasuk Indonesia turut membahas bebasnya penggunaan antibiotik.

Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh mengatakan, penggunaan antibiotik yang salah guna dapat meningkatkan kekebalan terhadap obat, infeksi yang tak kunjung sembuh dan kegagalan pengobatan.

"Kita perlu menghadang kemungkinan kembalinya era sebelum antibiotika ditemukan, saat seluruh kemajuan yang telah dicapai dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tak ada. Infeksi ringan dan luka sederhana yang dapat disembuhkan selama beberapa dekade justru dapat membunuh jutaan orang,” katanya pada pertemuan Komite Regional di Dili, Timor Leste, Rabu (9/9/2015).

Menurut Poonam, kekebalan terhadap antibiotika menyebabkan makin sulitnya pemulihan dari pembedahan yang rumit dan penyembuhan penyakit kronis seperti kanker. Bahkan kini sudah terjadi, semakin sulit pengobatan sejumlah infeksi seperti pneumonia yang disebabkan oleh ventilator rumah sakit, infeksi kandung kemih, diare, gonorea, tuberkulosis, malaria dan penyakit lain. 

"Prakiraan terakhir menunjukkan, bila antibiotik ini tidak dikendalikan maka kerugian jiwa dan ekonomi mencapai 10 juta kematian di dunia setiap tahun dan 2 - 3,5 persen berkurangnya GDP (Gross Domestic Product) global pada 2050," katanya.

Dia juga mengatakan, rencana aksi nasional yang komprehensif dan terintegrasi diperlukan untuk bisa menanggulangi kekebalan antimikroba. "Perbaikan sistem harus menyeluruh mencakup pemantauan rentang dan penyebab resistensi antibiotika, serta pengendalian infeksi di rumah sakit, berikut pengaturan dan promosi penggunaan obat yang tepat."

"Perlu diciptakan cara meningkatkan pemahaman masyarakat dan berbagai pihak terkait, khususnya tenaga kesehatan dan apoteker dalam kegiatan menjual atau membeli obat serta mengonsumsi obat sesuai resep dan menghabiskannya sesuai anjuran tenaga kesehatan," ujarnya.

Poonam menambahkan, strategi Regional WHO Kawasan Asia Tenggara adalah Deklarasi Jaipur tentang Kekebalan Antimikroba 2011 dan Rencana Aksi Global terkini yang menyertakan berbagai elemen terkait serta konteks dan prioritas nasional, demi pencegahan dan pengendalian kekebalan antimikroba.

"Antibiotika sangat berharga. Jenis obat ini telah menyelamatkan nyawa jutaan orang yang mengalami infeksi parah. Setiap orang punya andil dan bisa berperan dalam mempertahankan efektivitas antibiotika. Bersama, kita bisa menghentikan ancaman ini," pungkasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya