Liputan6.com, Jakarta Ibu muda yang pernah divonis mengidap HIV, Saengsumat, menuntut Kementerian Kesehatan di Thailand. Perempuan 23 tahun itu merasa, pihak Kemenkes telah melakukan hal fatal yang membuat hidupnya berantakan selama bertahun-tahun.
Saengsumat memiliki ayah yang positif HIV. Laki-laki itu meninggal dunia di saat Saengsumat kecil berumur 8 tahun. Dikarenakan pihak sekolah takut virus itu telah tertular ke diri Saengsumat kecil, dia pun "dipaksa" untuk tes. Pihak sekolah merasa perlu, karena tak lama setelah ayahnya, ibunya diketahui meninggal dunia karena alergi yang serius.
Advertisement
Baca Juga
Hasil tes menyatakan Saengsumat positif HIV. Baik pihak sekolah maupun Kementerian Kesehatan setempat tidak melakukan tes kedua untuk lebih memastikan lagi. Yang terjadi kemudian Saengsumat kecil langsung diberikan obat antiretroviral harian.
Kabar itu dianggap malapetaka oleh seluruh penghuni sekolah. Saengsumat pun dikucilkan dari pergaulan karena para orangtua murid tidak mau kondisi yang sama menimpa anak-anak mereka.
Perlakuan diskriminatif juga datang dari guru-gurunya. Bahkan, Saengsumat diharuskan keluar dari sekolah itu.
Putus sekolah membuat hidupnya tak menentu. Saengsumat pun memutuskan untuk menikah muda, tepat di umur 15 tahun. Namun, tak pernah ada di bayangan Saengsumat untuk memiliki anak.
Perempuan malang itu berusaha mencegah terjadinya kehamilan. Akan tetapi, dia mendapat kepercayaan untuk menjadi seorang ibu. Saengsumat hamil dan sekarang dia sudah memiliki dua anak.
Seperti dikutip dari Bangkok Post, Rabu (7/6/2017) Saengsumat memberanikan diri membawa anak-anaknya ke rumah sakit untuk menjalani tes HIV. Hasil pemeriksaan pertama, kedua anaknya dinyatakan negatif. Sampai pada tes yang keempat, hasilnya tetap negatif.
Saengsumat penasaran. Kemudian, dia kembali memeriksakan dirinya. Tes pertama, kedua, sampai tes terakhir menyatakan Saengsumat negatif HIV.
Dia pun berhenti mengonsumsi obat antiretroviral. Setelah lama berhenti, Saengsumat kembali menjalani tes. Dan, hasilnya pun negatif.
Saengsumat lega bahwa selama ini dia tidak mengidap HIV. Rasa senang itu bertambah bahwa anak-anaknya pun negatif HIV. Setelahnya dia pun memberanikan diri mengajukan tuntutan kepada Kementerian Kesehatan yang telah salah mendiagnosis.
"Anak-anakku, mulai sekarang tidak perlu malu atau bersembunyi dari yang lain karena aku tidak mengidap HIV/AIDS," kata dia.Â
Â
Â
Â