4 Mitos Disleksia yang Harus Dipatahkan

Disleksia merupakan gangguan belajar pada anak yang harus segera ditangani. Namun, masih banyak yang salah kaprah tentang disleksia.

oleh Bella Jufita Putri diperbarui 12 Jul 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2017, 18:30 WIB
[Bintang] 5 Momen Canggung yang Cuma Dimengerti Cewek dengan Disleksia
Disleksia. (Sumber foto: rembulancatrabanyubiru.blogspot.com)

Liputan6.com, Jakarta Disleksia merupakan gangguan belajar pada anak, seperti kesulitan menulis dan membaca. Beberapa anak juga mengalami kesulitan untuk mengeja kata bahkan sulit berbicara. Gangguan ini tentu harus mendapatkan penanganan yang tepat. Namun sayang, masih banyak orang yang salah kaprah tentang disleksia.

Melansir laman Scientif Learning, Rabu (12/7/2017) berikut mitos soal disleksia.

1. Disleksia hanya jenis gangguan

Banyak orang yang percaya jika disleksia hanya jenis gangguan membaca biasa. Padahal, untuk menentukan seseorang disleksia atau tidak harus melewati tes khusus.

2. Disleksia adalah tanda IQ rendah

Semua orang dengan IQ berapa pun bisa mengalami disleksia. Mitos yang berkembang, disleksia hanya terjadi pada orang-orang ber-IQ rendah saja, padahal gangguan ini bisa terjadi pada semua latar belakang dan tingkat kecerdasan.

3. Terbalik membaca kata atau huruf sudah pasti disleksia

Tidak semua anak yang membolak-balik huruf, kalimat, atau kata sudah pasti disleksia. Beberapa anak dengan disleksia memang mengalami masalah tersebut, tapi banyak juga yang tidak bermasalah.

Saat anak belajar mengenal huruf, mereka akan menemukan bentuk huruf yang mirip (misal huruf b dan d) sehingga tidak semua anak yang salah mengartikan huruf dapat dipastikan disleksia.

4. Hanya terjadi pada anak laki-laki

Dr Sally Shaywitz bersama rekan di Yale University, yang pertama kali melakukan penelitian disleksia anak dalam Journal of American Medical Association, mengindikasikan bahwa disleksia bisa terjadi pada anak perempuan dan laki-laki.

Meskipun anak laki-laki didiagnosis lebih banyak dibanding anak perempuan, karena anak laki-laki cenderung menunjukkan masalah atau kekurangannya dengan duduk diam saat belajar di kelas.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya