Liputan6.com, Jakarta Disleksia merupakan gangguan belajar pada anak, seperti kesulitan menulis dan membaca. Beberapa anak juga mengalami kesulitan untuk mengeja kata bahkan sulit berbicara. Gangguan ini tentu harus mendapatkan penanganan yang tepat. Namun sayang, masih banyak orang yang salah kaprah tentang disleksia.
Melansir laman Scientif Learning, Rabu (12/7/2017) berikut mitos soal disleksia.
Baca Juga
1. Disleksia hanya jenis gangguan
Advertisement
Banyak orang yang percaya jika disleksia hanya jenis gangguan membaca biasa. Padahal, untuk menentukan seseorang disleksia atau tidak harus melewati tes khusus.
2. Disleksia adalah tanda IQ rendah
Semua orang dengan IQ berapa pun bisa mengalami disleksia. Mitos yang berkembang, disleksia hanya terjadi pada orang-orang ber-IQ rendah saja, padahal gangguan ini bisa terjadi pada semua latar belakang dan tingkat kecerdasan.
3. Terbalik membaca kata atau huruf sudah pasti disleksia
Tidak semua anak yang membolak-balik huruf, kalimat, atau kata sudah pasti disleksia. Beberapa anak dengan disleksia memang mengalami masalah tersebut, tapi banyak juga yang tidak bermasalah.
Saat anak belajar mengenal huruf, mereka akan menemukan bentuk huruf yang mirip (misal huruf b dan d) sehingga tidak semua anak yang salah mengartikan huruf dapat dipastikan disleksia.
4. Hanya terjadi pada anak laki-laki
Dr Sally Shaywitz bersama rekan di Yale University, yang pertama kali melakukan penelitian disleksia anak dalam Journal of American Medical Association, mengindikasikan bahwa disleksia bisa terjadi pada anak perempuan dan laki-laki.
Meskipun anak laki-laki didiagnosis lebih banyak dibanding anak perempuan, karena anak laki-laki cenderung menunjukkan masalah atau kekurangannya dengan duduk diam saat belajar di kelas.