Pakar Sebut Pembelajaran Tatap Muka Tak Dianjurkan untuk Pelajar SD

Mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH. menyampaikan tanggapannya tentang pembelajaran tatap muka (PTM).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2021, 15:00 WIB
Uji coba pembelajaran tatap muka hari pertama
Siswa mengikuti hari pertama uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Kenari 08 Pagi, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Pemprov DKI Jakarta mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas di 100 sekolah mulai 7 hingga 29 April 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH. menyampaikan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) relatif aman dilakukan jika semua pelajar telah divaksinasi lengkap.

“Kalau pelajar semua sudah divaksinasi lengkap dua kali, paling tidak untuk 6 bulan ke depan relatif lebih aman tetapi tidak 100 persen,” ujar Hasbullah kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara.

Ia mengingatkan, para pelajar yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 adalah yang berumur 12 tahun ke atas atau pelajar sekolah menengah pertama (SMP) dan seterusnya.

“Harus diperhatikan, jangan lupa pelajar yang divaksinasi itu kan 12 tahun ke atas artinya pelajar SMP ke atas dan tetap saja vaksinasi tidak akan mencegah penularan tapi hanya mencegah penyakit menjadi berat.”

Tak Dianjurkan untuk Pelajar SD

Jika ingin tetap membuka pembelajaran tatap muka, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan menurut Hasbullah. Hal-hal tersebut yakni semua peserta PTM harus divaksinasi 2 kali dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Mengingat anak-anak SD belum bisa mendapatkan vaksinasi dan tingkat disiplinnya masih rendah, maka mereka tidak dianjurkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

“Saya tidak menganjurkan pelajar pada level SD kelas 1 sampai kelas 6 untuk kembali tatap muka karena saya meragukan disiplin mereka. Tapi kalau sudah kelas 7 ke atas InshaAllah sudah lebih bisa diajak bicara untuk disiplin.”

Hindari Klaster Sekolah

Seperti disampaikan sebelumnya, pelajar SD dianjurkan untuk tetap melakukan pembelajaran di rumah.

Walau hal ini akan menjadi beban tersendiri untuk orangtua, tapi risiko penularan COVID-19 dihindari. Mengingat, pembelajaran tatap muka dapat memicu terjadinya klaster sekolah.

“Kalau sekolah dibuka hanya untuk kelas 7 ke atas, InshaAllah klaster sekolah tidak terjadi. Harus tetap mengingat 3M, para guru juga harus sudah divaksinasi dua kali.”

“Dan para guru harus betul-betul diberikan penyadaran, kedisiplinan untuk tetap menjaga agar tidak terjadi klaster serta penularan di sekolah,” pungkasnya.

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka
Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya