Epidemiolog: DKI Jakarta Belum Aman dari COVID-19

Meski vaksinasi berjalan lancar tapi warga wilayah DKI Jakarta belum aman terhadap paparan COVID-19.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 23 Agu 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2021, 14:00 WIB
DKI Jakarta Bebas Zona Merah
Pedagang kaos melayani pembeli saat PPKM level 3 di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (21/8/2021). Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkapkan, Jakarta sudah keluar dari zona merah setelah satu setengah bulan angka COVID-19 tinggi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Dicky Budiman mengapresiasi capaian DKI Jakarta yang sudah memvaksinasi warganya. Yakni sudah 9,3 juta orang dengan dosis pertama dan 4,7 dosis kedua dengan 40 persen penerima berasal dari luar DKI.

Meski begitu, Peneliti dari Griffith University Australia mengatakan menyebut bahwa warga di wilayah DKI Jakarta belum aman terhadap paparan COVID-19.

Dicky, mengatakan, perlu melihat kondisi negara-negara lain yang sudah terlebih dahulu mencapai setengah warga sudah vaksinasi. Dari pengamatan yang ada, tetap saja di negara-negara tersebut masih terjadi penularan dan ada kasus kematian karena infeksi virus SARS-CoV-2.

"Kita harus belajar dari Isreal dan Amerika Serikat yang cakupan vaksinasi sudah lama dan melebihi setengah penduduk dengan vaksin yang efektivitasnya lebih tinggi terhadap varian Delta pun kondisinya enggak aman," kata Dicky lewat pesan suara kepada Health Liputan6.com pada Senin, 23 Agustus 2021.

 "Ini berarti cakupan vaksinasi yang tinggi tidak bisa meredam secara efektif penyebaran varian Delta. Dan kasus kematian tetap tinggi terutama pada mereka yang belum divaksin," Dicky menambahkan.

Di negara-negara tersebut juga dilaporkan bahwa masih ada orang yang sudah divaksin juga ada yang terinfeksi infeksi virus Corona meski jumlahnya sedikit. Aspek lain adalah bahwa orang yang sudah disuntik vaksin penuh tetap bisa menularkan COVID-19.

Dengan berkaca dari negara lain yang jumlah populasi divaksin COVID-19 sudah lebih dari setengah warga dan menggunakan efektivitas tinggi tapi penularan dan kematian masih ada, Dicky mengatakan bahwa herd immunity atau kekebalan komunal terhadap COVID-19 masih amat jauh dan mendekati agak mustahil.

"Tapi kalau bicara herd immunity itu selain enggak tahu, belum jelas, dan masih panjang ya, bahkan epidemiolog dunia mengatakan hampir mustahil," katanya.

 

Pandemi Terkendali Bukan karena Semua Sudah Divaksin

Dicky menegaskan bahwa kategori COVID-19 sudah terkendali bukan karena sebagian besar penduduk sudah divaksin. Melainkan COVID-19 disebut terkendali bila positivity rate sudah di bawah satu persen dan tidak ada kematian karena COVID-19.

"Dua aspek itu belum terjadi di DKI," kata Dicky.

Dicky juga menyorot mengenai community transmission yang masih tinggi di Indensia termasuk di DKI.

"Ini artinya banyak kasus infeksi berkeliaran tidak terdeteksi atau belum bisa dideteksi," katanya.

Sehingga, Dicky mengatakan meski DKI mengklaim sudah masuk zona hijau dan banyak yang sudah divaksin bukan menjadi dasar bagi masyarakat untuk abai protokol kesehatan. Jangan juga berpikir untuk bebas kemana-mana.

"Dengan positivity rate yang tinggi itu potensi paparan ketika keluar rumah untuk beraktivitas itu masih tinggi," katanya.

Memang pada sebagian orang yang sudah divaksin cenderung gejala tidak parah. Namun, ingat juga masih ada orang yang memiliki kondisi keshatan tidak bisa divaksin. Bisa saja orang tersebut mengalami long COVID-19 bahkan kematian.

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka
Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya