Usia 20-30an Alami Depresi, Waspada Demensia di Masa Tua

Penulis studi melaporkan bahwa depresi pada awal masa dewasa, terlepas dari depresi selama tahap kehidupan lainnya, tampaknya memiliki efek merugikan pada kognisi dan keterampilan berpikir selama sisa hidup seseorang.

oleh Melly Febrida diperbarui 11 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2021, 11:00 WIB
Wanita Muda Minim Vitamin D Rentan Alami Depresi?
Trauma akibat masa lalu, buat wanita rentan kena stroke maupun serangan jantung. (Foto: ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang bisa saja bergulat dengan suasana hati yang buruk dalam beberapa titik kehidupannya, atau bahkan mengalami serangan depresi pada tingkat yang berbeda. Apabila Anda berusia 20-an dan 30-an dan sering mengalami depresi waspadalah, sebuah penelitian menemukan depresi bisa merusak otak dan meningkatkan risiko demensia dalam beberapa dekade tahun kemudian.

Penelitian yang diterbitkan dalam Archives of General Psychiatry ini menyimpulkan bahwa depresi di usia tua dikaitkan dengan risiko demensia 70 persen lebih tinggi. 

Namun, bagaimana dengan depresi pada usia awal dewasa? Apakah perasaan tidak puas selama masa dewasa awal juga meningkatkan risiko terkena Alzheimer dan bentuk lain dari demensia beberapa dekade ke depan?

Seperti dilansir Eat This, penulis studi melaporkan bahwa depresi pada awal masa dewasa, terlepas dari depresi selama tahap kehidupan lainnya, tampaknya memiliki efek merugikan pada kognisi dan keterampilan berpikir selama sisa hidup seseorang.  

Bahkan hanya dalam 10 tahun kemudian, individu yang mengalami depresi pada usia 25 tahun lebih cenderung menunjukkan penurunan kognisi pada usia 35 tahun. Selain itu, individu yang sama lebih mungkin mengalami penurunan kognitif total pada saat usia tua.

Para peneliti menemukan, di antara sekitar 6.000 orang dewasa yang lebih tua, responden yang melaporkan bergulat dengan depresi selama masa dewasa awal, 73 persen lebih mungkin mengalami gangguan kognitif di usia tua. Demikian pula, orang dewasa lanjut usia yang berurusan dengan depresi di masa dewasa pertengahan hingga akhir juga 43% lebih mungkin untuk melaporkan gangguan kognitif di usia tua.

Secara keseluruhan, tim peneliti menyimpulkan bahwa depresi pada masa awal dewasa tampaknya memprediksi timbulnya demensia beberapa dekade kemudian. Karenanya, mempertahankan sikap yang positif selama usia 20-an dan 30-an tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap penurunan kognitif di usia lanjut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Depresi dan Demensia

Peneliti belum bisa menemukan kepastian alasan depresi bisa meningkatkan demensia di usia lanjut. Namun penulis penelitian berteori bahwa semua hormon stres tambahan yang menyertai depresi sebenarnya merusak kemampuan otak untuk membentuk ingatan baru.

"Beberapa mekanisme menjelaskan bagaimana depresi dapat meningkatkan risiko demensia," kata penulis studi pertama Willa Brenowitz, dari UCSF Department of Psychiatry and Behavioral Sciences dan Weill Institute for Neurosciences. 

Di antaranya adalah hiperaktivitas sistem respons stres pusat meningkatkan produksi hormon stres glukokortikoid, yang menyebabkan kerusakan hipokampus, bagian otak yang penting untuk membentuk, mengatur, dan menyimpan ingatan baru.

"Umumnya, kami menemukan bahwa semakin besar gejala depresi, semakin rendah kognisi dan semakin cepat tingkat penurunannya," jelas Brenowitz. "Orang dewasa yang lebih tua diperkirakan memiliki gejala depresi sedang atau tinggi di masa awal dewasa ditemukan mengalami penurunan kognisi selama 10 tahun."

Penelitian lebih lanjut pasti diperlukan untuk memperbaiki dan memvalidasi temuan ini, tetapi tim peneliti meyakini ada hubungan yang kuat antara depresi dan demensia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya