Kemenkes Bekali Jemaah Haji Berisiko Tinggi dengan Wristband Khusus

Dalam operasional Haji Indonesia tahun ini, Kementerian Kesehatan akan membagikan sebanyak 3.000 wristband khusus kepada jemaah haji dengan risiko tinggi (risti).

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2022, 14:08 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2022, 14:08 WIB
Sebanyak 358 jemaah haji Indonesia kloter pertama yang diberangkatkan dari embarkasi solo (SOC 1) sudah tiba di Madinah, Sabtu 4 Juni 2022 telah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA)
Sebanyak 358 jemaah haji Indonesia kloter pertama yang diberangkatkan dari embarkasi solo (SOC 1) sudah tiba di Madinah, Sabtu 4 Juni 2022 telah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) sekitar pukul 09.58 waktu Arab Saudi (WAS). (Tim dokumentasi Kementerian Agama Republik Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah Haji kloter pertama embarkasi Jakarta diberangkatkan dari Asrama Haji Pondok Gede, Sabtu (4/6) dini hari. Sebanyak 389 calon jemaah haji dilepas resmi oleh Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHUI). Keberangkatan kloter pertama tersebut sekaligus menandai dimulainya Masa Operasional Haji Indonesia 1443H/2022M.

Dalam kesempatan tersebut Dirjen PHU Hilman Latief meminta jemaah untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan selama proses keberangkatan menuju Tanah Suci.

“Bapak dan Ibu jaga disiplin protokol kesehatan serta mematuhi peraturan di Arab Saudi. Ingat slogan kita Mabrur, Sehat, Barokah,” pesannya.

Dalam operasional Haji Indonesia tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga akan membagikan sebanyak 3.000 wristband khusus kepada jemaah haji dengan risiko tinggi (risti). Seperti disampaikan Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana dalam kesempatan yang sama. 

Untuk keberangkatan kloter pertama embarkasi Jakarta, wristband diberikan kepada 12 calon jemaah risti

“Dari 100.051 calon haji, 3000 jemaah yang ristinya berat yang akan dipasangkan wristband. Di kloter sekarang ada 12 orang yang dipasangkan wristband” jelas Budi.

Wristband berbentuk seperti smart watch, dipakai di pergelangan tangan dan terhubung dengan aplikasi TeleJemaah pada ponsel pintar milik jemaah haji. Pada wristband terdapat data kondisi kesehatan jemaah haji yang didapat melalui infra merah. Data itu kemudian terhubung ke TeleJemaah dan TelePetugas secara otomatis.

Pemantauan terhadap indikator kesehatan tersebut menjadi parameter dalam pemeriksaan kesehatan secara rutin.

“Jadi kalau vital sign naik, misalnya saturasi oksigen turun, akan ada komunikasi dengan petugas yang terdekat langsung respon” ucap Budi.

Kemenkes Siapkan 100 Ribu Tas untuk Jemaah Haji

Dalam keberangkatan ibadah haji kali ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI secara khusus menyiapkan tas yang dibagikan pada para jemaah haji.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI, dr Budi Sylvana mengungkapkan bahwa pihaknya telah mendistribusikan 100 ribu tas untuk paket jemaah. Sehingga nantinya para jemaah memiliki berbagai macam kebutuhan.

Tas tersebut tak lain berisi perlengkapan untuk membantu para jemaah haji saat berada di Saudi Arabia. Isinya pun ternyata begitu beragam, antara lain masker kain, masker medis, oralit, botol semprot, plester, kantung kencing, dan hand sanitizer.

"Nanti semua jemaah akan mendapatkan ini untuk melengkapi kebutuhan mereka di Arab Saudi," kata Budi dalam konferensi pers Kesiapan Bidang Kesehatan dalam Pelaksanaan Ibadah Haji pada Minggu, (5/6/2022).

Persiapan-persiapan tersebut dinilai akan membantu para jemaah haji ketika berada di Arab Saudi nantinya. Mengingat keberangkatan haji kali ini masih dilakukan dalam era pandemi COVID-19.

 

Siapkan 18 Ton Obat

Tak hanya itu, Kemenkes juga telah mempersiapkan 18 ton obat-obatan dan perbekalan kesehatan untuk para calon jemaah haji Indonesia di sana.

Saat ini, barang pun telah masuk dalam proses clearance untuk keluar dari Bea Cukai Jeddah, Arab Saudi.

"Ada 173 item obat yang digunakan dan 48 item perbekalan kesehatan. Total beratnya mencapai 18 ton. Saat ini berada di pihak imigrasi untuk dilakukan clearance oleh otoritas setempat," ujar Budi.

Lebih lanjut Budi menuturkan bahwa Kemenkes juga telah mempersiapkan 12 dokter spesialis yang akan bertugas untuk mengurus para jemaah haji di Saudi Arabia.

Spesialis tersebut adalah spesialis penyakit dalam, spesialis paru, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis saraf, spesialis bedah ortopedi, spesialis bedah umum, spesialis kedokteran jiwa atau psikiater, spesialis rehab medik, spesialis anestesi, spesialis emergensi medis, spesialis kedokteran penerbangan, dan spesialis mikrobiologi klinik.

"Nah, spesialis mikrobiologi klinik ini yang akan kita mintai tolong tenaganya untuk mengendalikan pencegahan dan pengendalian infeksi selama di Arab Saudi," ujar Budi.

"Karena kita tahu haji tahun ini masih haji dalam musim pandemi. Jadi segala bentuk antisipasi masih harus kita lakukan," Budi menjelaskan.

Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab berkurangnya petugas kesehatan yang disiapkan oleh pihak pemerintah. Namun, Budi memastikan bahwa kemungkinan jumlah tersebut akan siap untuk menjaga para jemaah haji.

Syarat PCR Diubah

Budi juga menginformasikan, syarat untuk melakukan PCR bagi calon jemaah telah diubah.

"Dua hari yang lalu pihak Gaza masih mengatakan 48 jam sebelum keberangkatan sudah harus ada hasil PCR. Tapi ternyata alhamdulillah tadi kita dapat suratnya, diperbaiki kembali," ujar Budi.

"Syarat memasuki Saudi adalah 72 jam sebelum keberangkatan. Ini perlu diinfokan juga pada jemaah dan petugas yang ada di lapangan bahwa hasil PCR sudah harus keluar 72 jam sebelum jemaah berangkat," tambahnya.

Budi menjelaskan, syarat yang berkaitan dengan hasil PCR tersebut tidak dapat diganggu gugat. Termasuk apabila hasil PCR belum keluar pada waktu yang ditentukan.

"Jadi jemaah yang hasil PCR belum keluar dari 72 jam itu mungkin tidak akan diberangkatkan. Untuk itu, waktu ini harus kita perhitungkan terutama oleh petugas dalam menyampaikan terkait waktu pemeriksaan PCR," kata Budi.

Dari peserta jemaah haji tahun ini, Budi mengungkapkan bahwa 95.702 jemaah haji atau 95,7 persen sudah melakukan pemeriksaan kesehatan.

"Sudah 95.702 jemaah atau kurang lebih 95,7 persen jemaah yang sudah melakukan pemeriksaan kesehatan. Artinya 95,7 persen jemaah ini sementara sudah bisa dikatakan siap untuk diberangkatkan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya