Viral Soal Es Teh Manis, PDGI Jabarkan Dampak Gula Berlebih pada Gigi

Perbincangan soal es teh kekinian masih hangat di laman Twitter. Hal ini diawali seorang pembeli yang mengatakan bahwa produk itu terlalu manis seperti ditambah gula 3kg.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Sep 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 18:00 WIB
Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Usman Sumantri (Tengah) dalam konferensi pers bersama Ikatan Dokter Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2022). Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).
Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Usman Sumantri (Tengah) dalam konferensi pers bersama Ikatan Dokter Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2022). Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Liputan6.com, Jakarta Perbincangan soal es teh kekinian masih hangat di laman Twitter. Hal ini diawali seorang pembeli yang mengatakan bahwa produk itu terlalu manis seperti ditambah gula 3kg.

Komentar miring ini pun membuat pihak es teh kekinian tersebut melayangkan somasi pada pembeli tersebut. Kasus ini pun menjadi trending topic di Twitter dan memicu tanggapan berbagai pihak.

Salah satu pihak yang menanggapi hal ini adalah Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Usman Sumantri.

Usman membenarkan bahwa konsumsi gula orang Indonesia terutama anak-anak hingga orang dewasa memang sangat tinggi.

Tak hanya es teh atau minuman manis, masyarakat juga cenderung mengonsumsi makanan yang mengandung gula. Misalnya, makan nasi banyak-banyak dengan lauk yang tak seimbang.

“Harusnya kita punya cara makan sehat, dengan isi piringku, itu balance (seimbang),” kata Usman usai konferensi pers bersama Ikatan Dokter Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 26 September 2022.

Berbagai dampak negatif bisa terjadi akibat konsumsi gula berlebih. Dalam hal ini, Usman fokus pada dampak gula terhadap kesehatan gigi.

“Makan manis kalau dia berlebihan, apalagi dia lebih dari 8 jam menempel (di gigi) akan terjadi fermentasi asam, itu dia merusak email.”

“Anak di bawah 7 tahun giginya cepat banget rusak, padahal gigi pertama permanen tumbuh itu 6 sampai 7 tahun, kalau itu udah rusak, untuk gigi dewasa juga akan terpengaruh,” imbuhnya.

Sarankan Kumur-Kumur

Seperti makanan manis, minuman manis juga bisa menempel dan merusak gigi walaupun bentuknya cair. Kekentalan cairan yang berbeda dapat berpengaruh pula pada daya lekat minuman di gigi.

“Karena kekentalannya beda, apalagi kalau dia enggak kumur-kumur, yang bagusnya setelah minum manis dia tetap kumur-kumur.”

“Paling penting bukan soal giginya rusak saja, tapi orang Indonesia diabetes melitusnya tinggi. Bukan keturunan tapi dia dapat, karena bukan hanya minuman makanannya juga tinggi (gula).”

Sekali minum teh dalam kemasan, kadar gulanya bisa sampai 18 gram. Padahal, konsumsi gula harian berkisar di 20 hingga 30 gram.

“Satu (kemasan) aja udah hampir 20 gram, itu yang menyebabkan orang kita banyak kena diabetes.”

Ia pun menggarisbawahi, bukan berarti dirinya melarang masyarakat meminum es teh manis, tapi jumlah yang dikonsumsinya perlu diperhatikan.

“Sama saja, walaupun masuk tetap ada yang nyangkut juga, bukan berarti orang tidak boleh minum teh manis. Tapi minum teh manis yang wajar.”

Memengaruhi Kekebalan Rasa

Usman juga mengatakan, kebiasaan konsumsi es teh manis dan makanan manis lain dapat memengaruhi kekebalan rasa orang terhadap rasa manis.

Orang yang sering konsumsi makanan manis cenderung lebih kuat mengonsumsi makanan dan minuman manis dalam jumlah besar. Kekebalan ini dapat bertambah dari waktu ke waktu.

Berbeda dengan orang yang jarang konsumsi manis, mereka akan merasakan manis di level yang tinggi padahal bagi yang biasa makan manis, level itu biasa saja.

Maka dari itu, ia menyarankan masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan menjaga asupan gula. Setelah mengonsumsi yang manis-manis, masyarakat juga harus teratur menyikat gigi.

Ini perlu disertai juga dengan kumur-kumur. Saat menyikat gigi, pastikan tidak menyikat terlalu keras. Kebiasaan sikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur adalah hal yang baik untuk dilakukan.

Kontrol Konsumsi Gula

Sebelumnya, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi, Prof Zubairi Djoerban juga mengomentari soal masalah ini.

Dalam utas di Twitter pribadinya, peneliti yang karib disapa Prof Beri menyampaikan bahwa mengontrol konsumsi gula penting dilakukan.

Mengontrol konsumsi gula dapat dilakukan dengan membaca label produk sebelum mengonsumsi.

"Es teh, cokelat, dan es krim tadi ya tidak berbahaya, dengan catatan tidak berlebihan. Tapi, bukan cuma rasa manisnya yang jadi konsern, namun cermati juga kadar gula tambahan di dalam makanan atau minuman itu,” tulisnya dalam Twitter pribadi dikutip Senin (26/9/2022).

Untuk mengetahui kandungan gula dalam satu produk, ia menyarankan masyarakat untuk mengecek kandungan gula.

"Dengan melihat label di makanan atau minumannya. Cek komposisi gula tambahan, yang biasanya memakai nama lain gula. Seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, dan banyak lagi."

Meski begitu, konsumen acap kali kesulitan dalam melihat kandungan gula dalam satu produk.

Maka dari itu, FDA mengembangkan label makanan baru yang mencantumkan gula tambahan secara terpisah.

Label gula tambahan itu harus dipasang produsen sehingga konsumen terbantu untuk mengeceknya.

Infografis Gula Indonesia
Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya