Liputan6.com, Jakarta Dokter ahli onkologi Andhika Rachman menuturkan bahwa sekitar 30 persen pasien kanker payudara termasuk ke jenis HER2 Positif. Jenis kanker payudara ini memiliki karakteristik lebih progresif dan cepat menyebar ke organ lain seperti otak.
Andhika menjelaskan bahwa HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) itu sendiri merupakan protein yang terdapat di permukaan sel yang berfungsi untuk pertumbuhan dan penyebaran sel.
Baca Juga
Jika jumlah HER2 terlalu banyak dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang cepat dan tidak terkendali. Pada sel kanker HER2 positif maka sel kanker menjadi lebih agresif dan menyebar dengan cepat.
Advertisement
"Nggak tanggung-tanggung metastase (penyebaran) itu targetnya di otak," kata Andhika dalam temu media bersama Roche di Jakarta di pertengahan Juli 2023.
Faktor Risiko HER2 Positif
Andhika menerangkan bahwa hingga saat ini belum diketahui penyebab seseorang mengalami kanker payudara jenis HER-2 positif.
"Enggak bisa kita memprediksi orang-orang kena penyakit kanker payudara jenis tertentu," katanya."
"Ini seperti nasib ya," lanjut
Untuk bisa mengetahui jenis kanker payudara pada seseorang, maka tak cuma pemeriksaan benjolan. Serangkaian pemeriksaan mesti dijalani seperti CT scan, biopsi, hingga imunohistokimia.
HER2 positif adalah jenis kanker payudara terberat nomor kedua. Yang paling berat adalah kanker payudara triple negatif yakni kanker payudara dengan reseptor estrogen atau progesteron serta HER2 yang negatif, merupakan jenis kanker payudara yang terberat.
"Kanker payudara triple-negatif kemungkinan risiko untuk muncul kembali dalam dua tahun dan muncul kembali dengan metastase ke organ lain," ujar Andhika.
Pengobatan Kanker HER2 Positif
Pengobatan kanker payudara HER2 positif bukan cuma kemoterapi tapi juga terapi kombinasi lewat antibodi monoklonal. Kombinasi pengobatan keduanya membuahkan hasil lebih baik ke pasien.
"Terus terang, berbeda signifikan antara mereka (pasien) yang mendapatkan (antibodi monoklonal) anti-HER2 dan tanpa anti-HER2," kata dia.
Saat ini, sudah ada teknologi terbaru yang menggabungkan dua antibodi (pertuzumab dan trastuzumab) dengan enzim hialuronidase dalam satu suntikan. Penyuntikan di awal hanya delapa menit dan lima menit di suntikan berikutnya.
Berbeda dengan pengobatan antibodi monoklonal lewat injeksi yang butuh waktu hingga beberapa jam.
"Pemberian infus pertuzumab dan trastuzumab yang memakan waktu hingga 150 menit," kata Andhika.Â
Sehingga dengan kehadiran teknologi terbaru yang dikembangkan Roche lewat suntikan itu membuat pasien lebih nyaman karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
Â
Advertisement
Perihal Harga
Namun, Andhika tak memungkiri bahwa suntikan penggabungan dua antibodi dengan enzim hialuronidase masih mahal. Sayangnya, Andhika tak menyebut secara detail harga satu kali suntikan.Â
"Masalahnya ya memang mahal ya, karena teknologi yang dikembangkan," kata Andhika lagi.
Â