Liputan6.com, Jakarta Remaja juga bisa alami depresi. Pada remaja, gejala yang muncul bukan hanya perasaan sedih dan cemas juga disertai dengan keluhan fisik.
"Biasanya gejala depresi itu variasi pada remaja lebih ke bukan hanya perasaan sedih, tetapi malah sering ada keluhan fisik, sakit kepala misalnya, sakit perut," kata dokter spesialis kedokteran jiwa Petrin Redayani Lukman.
Baca Juga
Selain keluhan fisik, dirasakan dokter yang sehari-hari praktik di Rumah Sakit Universitas Indonesia ini, gejala lain yang bisa dirasakan remaja yakni kecemasan, rasa takut, fobia sosial, takut berpisah dengan orangtua, cepat marah dan tantrum saat suasana hati buruk.
Advertisement
"Remaja lebih cederung irritable, enggak enak perasaanya, inginnya mau marah saja. Itu berarti kita perlu waspada apakah anak atau murid sudah menunjukkan gejala depresi," kata Petrin mengutip dari Antara.
Menarik Diri dari Pergaulan dan Bisa Konsumsi Alkohol
Seperti orang dewasa, remaja yang depresi dapat saja menarik diri dari pergaulan. Ia juga mengalami penurunan minat, sulit tidur dan, kurang percaya diri seperti disampaikan Petrin.
Hal lain yang tak kalah ngeri adalah remaja depresi bisa jatuh ke konsumsi alkohol atau zat adiktif.
Â
Terapi dan Pengobatan Depresi Remaja
Bila remaja memperlihatkan gejala-gejala di atas, penting bagi orang tua atau orang dewasa lainnya mengajak mengobrol. Lalu, segera ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan.
Remaja dengan gejala depresi perlu mendapatkan evaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan, salah satunya psikoterapi. Orangtua akan diberikan psikoedukasi tentang depresi remaja."
"Biasanya dokter akan menilai self esteem-nya seperti apa, apa yang menjadi stressor dia, bagaimana faktor risiko. Itu akan kami coba diskusikan sehingga akhirnya si anak bisa mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya," jelas Petrin.
Pasien depresi juga bisa diberikan obat-obat antidepresan supaya suasana hatinya lebih baik dan perasaan sedihnya terangkat.
"Kalau diterapi, biasanya kondisi depresinya akan membaik atau remisi dalam waktu satu hingga dua tahun dalam proses terapi," kata dia.
Â
Advertisement
Bila Depresi Tidak Diatasi
Petrin mengingatkan, depresi yang tidak diatasi dengan tepat bisa menyebabkan gangguan emosional, sosial dan akademis, meningkatkan risiko penyalahgunaan zat adiktif, meningkatkan risiko perilaku agresi dan kekerasan serta bunuh diri.
Perlu diketahui juga, depresi pada anak dan remaja dapat menetap hingga dewasa.
Lalu, data menunjukkan sebanyak 60 persen anak dan remaja dengan depresi pernah memiliki ide bunuh diri dan 30 persen telah melakukan percobaan. Maka dari itu, mendapatkan pengobatan lebih cepat lebih baik.
Tentang Depresi
Depresi adalah sebuah kelainan suasana hati yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Seseorang yang mengalami depresi mungkin merasa sedih, cemas, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya mereka sukai, merasa tidak berharga, atau memiliki pemikiran negatif yang berulang tentang diri sendiri, kehidupan, atau kematian seperti mengutip laman Kementerian Kesehatan RI.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi penyebab utama kesakitan dan disabilitas di seluruh dunia, dan 1 dari 7 atau 14 persen anak usia 10 - 19 tahun di dunia ini mengalami depresi.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 1 dari 10 kelompok usia 15 - 24 tahun mengalami gangguan emosional, salah satunya depresi.
Advertisement