Pneumonia Melonjak di China-Eropa, Indonesia Tak Berlakukan Travel Ban dan Karantina

Tidak ada pemberlakukan travel ban dan karantina dari negara dengan laporan pneumonia melonjak.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Nov 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2023, 12:00 WIB
Peningkatan Penumpang Pesawat
Indonesia tak berlakukan travel ban dan karantina dari negara dengan laporan pneumonia melonjak. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia sampai saat ini tidak memberlakukan larangan bepergian (travel ban) dan karantina dari negara dengan laporan pneumonia melonjak. Kasus pneumonia yang melonjak tak hanya di China, melainkan kenaikan kasus penyakit pernapasan ini juga terjadi di Belanda dan Denmark.

Hal itu ditegaskan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi. Upaya yang diperkuat adalah peningkatan kewaspadaan di pintu masuk negara dan penguatan surveilans.

Kebijakan tidak adanya travel ban dan karantina ini sebagaimana rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Sesuai rekomendasi WHO, kita tidak memberlakukan karantina dari negara-negara yang terjangkit, ya dari China dan Belanda," terang Imran saat konferensi pers 'Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia' pada Rabu, 29 November 2023.

"Kita tidak ada travel ban, tapi kita perlu meningkatkan kewaspadaaan terhadap gejala-gejala seperti batuk demam. Dibuat karantina? Tidak ada juga itu."

Penularan Didominasi Anak-anak

China mengalami ancaman serius penyebaran pneumonia yang tidak terdiagnosis atau undiagnosed pneumonia yang mulai merebak sejak November 2023.

Selain China, penyakit radang paru-paru ini dilaporkan terjadi di Eropa. Penularan penyakit ini didominasi pada anak-anak.

"Pneumonia di China sekarang pada prinsipnya sama dengan pneumonia yang terjadi di masyarakat, yakni disebabkan oleh infeksi bakteri. Hanya saja, berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae," jelas Imran.

Peningkatan Kasus Pneumonia di Belanda

Lonjakan yang mengkhawatirkan pada kasus pneumonia di kalangan anak-anak telah terdeteksi di Belanda. Disebutkan kejadian tersebut mencerminkan lonjakan serupa seperti yang ada di China.

Pakar kesehatan Belanda mengatakan, sejumlah besar orang telah jatuh sakit dan kasus mulai melonjak pada Agustus 2023, dengan sebagian besar kasus di antara mereka berusia 5 hingga 14 tahun.

Data pengawasan menunjukkan tingkat penyakit yang dapat mengancam jiwa sudah hampir dua kali lipat lebih tinggi dari puncaknya yang tercatat tahun lalu.

Dari laporan, Netherlands Institute for Health Services Research (NIVEL), jumlah pasien pneumonia yang lebih tinggi dari yang diperkirakan telah mengunjungi dokter umum sejak Agustus 2023.

Pada beberapa orang, penyakit pernapasan ini dapat berat, utamanya mereka yang berusia di atas 65 tahun, bayi atau anak kecil, dan pasien yang memiliki kondisi paru-paru, dikutip dari Mail Online.

Pada minggu yang berakhir pada tanggal 16 November 2023, data NIVEL menunjukkan, 103 per 100.000 anak berusia 5 hingga 14 tahun didiagnosis menderita pneumonia.

Pada puncaknya tahun lalu, hanya ada 58 kasus per 100.000.

Mycoplasma Pneumonia di Denmark Meningkat

Wajib Masker di Transportasi Umum Denmark
Statens Serum Institute (SSI) Denmark pada Rabu (29/11/2023) melaporkan, infeksi Mycoplasma pneumoniae telah mencapai tingkat epidemi. (Olafur STEINAR GESTSSON/Ritzau Scanpix/AFP)

Statens Serum Institute (SSI) Denmark pada Rabu (29/11/2023) melaporkan, infeksi Mycoplasma pneumoniae telah mencapai tingkat epidemi, dengan peningkatan yang dimulai sejak musim panas namun telah meningkat secara signifikan selama 5 minggu terakhir, demikian pernyataan yang dipublikasikan oleh Avian Flu Diary.

Pekan lalu, Belanda melaporkan peningkatan tajam kasus pneumonia pada anak-anak dan remaja sejak Agustus 2023, sesuai laporan pengawasan pemerintah yang dimuat oleh FluTrackers.

Pemberitahuan tentang meningkatnya pneumonia di beberapa negara Eropa muncul menyusul laporan rumah sakit dan klinik pediatrik di China kewalahan karena menerima pasien anak Mycoplasma pneumonia, yang umumnya dikenal sebagai Walking Pneumonia.

Lonjakan infeksi saluran pernapasan di China tersebut menimbulkan kekhawatiran, ada patogen baru berada di balik peningkatan kasus tersebut.

Epidemi Pneumonia Tiap 4 Tahun Sekali

Di Denmark, kasus Mycoplasma pneumonia meningkat di seluruh negeri dengan 541 kasus dilaporkan minggu lalu, tiga kali lipat dari pertengahan Oktober 2023, dikutip dari situs Cidrap University of Minnesota.

Dari laporan SSI, epidemi pneumonia di Denmark terjadi setiap 4 tahun sekali, dengan insiden tertinggi pada musim gugur dan awal musim dingin. Menurut dokter di China, dikutip dalam laporan media, mengatakan, sebelum COVID, negara Tirai Bambu itu mengalami wabah pneumonia Mycoplasma setiap 3 hingga 7 tahun.

Taiwan Bersiap Kemungkinan Lonjakan Pneumonia

Taiwan sedang bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus Mycoplasma pneumonia seperti di China dan beberapa negara Eropa.

Para pejabat Taiwan pada Rabu (29/11/2023) mengatakan, Mycoplasma pneumonia menyebar pada tingkat yang rendah, tetapi melihat lonjakan di Cina utara, mereka mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi dan impor azitromisin.

Azitromisin merupakan obat utama yang digunakan untuk mengobati infeksi, demikian dilaporkan Central News Agency.

Saat ini, kasus pneumonia Mycoplasma hanya kurang dari 1 persen dari penyakit yang didiagnosis di rumah sakit Taiwan selama sebulan terakhir.

Infografis Sengatan Gelombang Panas Mematikan Landa Eropa dan AS
Infografis Sengatan Gelombang Panas Mematikan Landa Eropa dan AS (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya