Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau bahkan menjadi korban kekerasan berisiko mengalami gangguan kesehatan fisik dam mental jangka panjang. Selain itu, anak yang menyaksikan KDRT antara orangtuanya pun berisiko lebih tinggi melakukan kekerasan serupa di masa depan.
Mengutip laman dp3ak.jatimprov.go.id, anak yang melihat salah satu dari orangtuanya menjadi korban KDRT akan merasa takut dan cemas. Mereka mungkin akan selalu berjaga-jaga, khawatir hal tersebut akan terulang lagi.
Baca Juga
Reaksi Anak Berdasarkan Usia
Reaksi anak yang menyaksikan orangtuanya terlihat dalam KDRT akan bereaksi bedasarkan tingkat usia mereka. Berikut reaksi masing-masing anak sesuai kelompok usia mereka.
Advertisement
Bayi (0-2 tahun): Bayi yang berada dalam keluarga KDRT berpotensi terganggu kelekatannya dengan pengasuh, kebiasaan tidur yang buruk, gangguan makan, dan risiko luka fisik yang lebih tinggi.
Balita: Anak yang menyaksikan KDRT pada kedua orangtua dapat mengalami regresi, yaitu mengalami kemunduran seperti ketika mereka lebih kecil, seperti mengompol, menghisap jari, menangis dan merengek lebih sering. Mengalami kesulitan untuk tidur, atau tidur tidak nyenyak, menunjukkan rasa takut dengan bicara gagap, atau bersembunyi, dan menunjukkan gejala kecemasan perpisahan yang berat.
Usia 7-12 tahun: Anak pada usia tersebut menunjukkan rasa bersalah mengenai kekerasan dan menyalahkan diri sendiri. KDRT dan kekerasan melukai self-esteem anak, membuat anak minder dan tidak percaya diri. Mereka mungkin tidak berpartisipasi dalam aktivitas sekolah atau nilai yang baik di sekolah, memiliki lebih sedikit teman dibandingkan anak lainnya, dan sering terlibat dalam masalah. Mereka juga sering merasa pusing dan sakit perut.
Dampak Remaja Menyaksikan KDRT
Remaja: Remaja yang menyaksikan kekerasan menjadi bertindak dengan cara yang negatif, seperti bertengkar dengan anggota keluarga atau bolos sekolah. Mereka mungkin juga melakukan perilaku berisiko, seperti melakukan seks bebas dan mengkonsumsi alkohol atau narkoba.
Mereka memiliki self-esteem yang rendah dan punya masalah dalam berteman. Mereka mungkin mulai berkelahi atau membully orang lain dan mungkin memiliki masalah dengan hukum. Tipe perilaku ini sering ditemui pada remaja laki-laki yang mengalami kekerasan saat kecil daripada pada remaja perempuan. Remaja perempuan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menarik diri dan mengalami depresi.
Â
Advertisement
Dampak Jangka Panjang Anak Menyaksikan atau Jadi Korban KDRT
Anak-anak yang menyaksikan KDRT atau kekerasan berisiko mengulangi siklus kekerasan tersebut ketika mereka dewasa dengan menjadi pelaku ataupun korban dari KDRT. Contohnya, anak laki-laki yang melihat ibunya mendapat kekerasan dari ayahnya 10 kali lebih mungkin melakukan kekerasan pada pasangan perempuannya saat dewasa.
Sedangkan seorang anak perempuan yang tumbuh dalam rumah di mana ayahnya melakukan kekerasan pada ibunya 6 kali lebih mungkin untuk mendapat kekerasan seksual dibandingkan anak perempuan yang orangtuanya tidak ada KDRT.
Anak yang menyaksikan atau korban dari kekerasan emosiona,fisik, atau seksual berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kesehata saat dewasa. Ini termasuk dalam kondisi kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan, juga termasuk kesehatan fisik seperti diabetes, obesitas, sakit jantung, dan masalah lainnya.