Cerita Mahasiswi Indonesia di AS, Dorong Adanya Makanan Halal di Kampus

Kisah mahasiswi Indonesia di AS yang mendorong kampus di Negeri Paman Sam untuk menyediakan makanan halal dan tempat salat.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2019, 07:20 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2019, 07:20 WIB
Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Liputan6.com, Washington DC - Bagi mahasiswa Muslim yang tinggal di asrama atau perumahan kampus Amerika Serikat, terkadang sulit untuk mendapatkan makanan bersertifikasi halal, sebagai contoh daging ayam atau sapi yang dipotong secara Islam.

Inilah yang kemudian mendorong Agalia Sakanti Ardyasa, seorang mahasiswi asal Indonesia yang kuliah di University of Wisconsin-Madison, untuk mengusulkan pengadaan makanan halal di kantin kampusnya.

Agalia dikenal sebagai mahasiswi yang sangat aktif berorganisasi di kampus. Selain menjabat sebagai wakil presiden dari Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS di wilayah Madison, ia juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus, tepatnya sebagai Equity and Inclusion Committee Chair.

Ia banyak membantu menciptakan kampus yang lebih inklusif bagi mahasiswa dari latar belakang yang beragam.

Tahun 2018, kampus Agalia membuat peraturan baru yang mengharuskan para mahasiswa tahun pertama membeli paket makanan. Menurut Agalia, peraturan tersebut kurang cocok bagi mereka yang memiliki diet khusus dan tidak bisa makan di kantin.

Sebagai Muslim, ia lalu menyuarakan pendapatnya bahwa para mahasiswa beragama Islam yang mengeluarkan uang untuk membeli paket makanan tersebut, pada akhirnya tidak bisa mengkonsumsi makanan yang tersedia di kantin. Agalia merasa pihak kampus harus bertanggung jawab agar semua mahasiwa dapat mengkonsumsi makanan yang tersedia kantin.

"Definisi halal kan berbeda-beda ya, untuk kebanyakan orang. Tapi untuk banyak teman-temanku, terutama yang orang-orang Malaysia, halal itu definisinya adalah dipotong dengan bismillah. Jadi chicken atau no pork, itu belum consider halal untuk mereka,” papar Agalia kepada VOA Indonesia, yang dikutip oleh Liputan6.com pada Minggu (19/5/2019).

Isu tersebut menjadi perbincangan bahwa keberadaan komunitas Muslim di kampus juga perlu perhatian.

Setelah melakukan banyak diskusi dan pertemuan dengan para anggota BEM lain, serta organisasi Muslim Students Association di kampus, Agalia dan tim berusaha mencari solusi bagi mereka yang harus mengkonsumsi makanan halal, kosher bagi penganut Yahudi, dan vegetarian.

Pihak kampus pun menanggapi dengan positif ide untuk membuat makanan yang tersedia di kantin lebih inklusif.

Atas usaha dan kerja keras Agalia dan timnya, kini kantin di kampus University of Wisconsin-Madison resmi menyediakan makanan halal berupa beragam menu ayam.

Melalui situs resmi University of Wisconsin-Madison, pihak kampus juga mengatakan bahwa menu halal lain dapat dipesan secara khusus dari waktu ke waktu.

Dilansir dari situs tersebut, kepala bagian penyediaan pangan dan kuliner kampus, Peter Testory, menyatakan: "Semua ayam dada dan paha tanpa tepung, tulang, dan kulit di kantin kami memiliki sertifikat halal."

"Mereka sangat mendengarkan keluh kesah mahasiswa dan mereka mencoba sebisa mungkin untuk meng-accommodate the need of students," jelas mahasiswi S1 yang sudah memasuki semester ke-4 ini.

"Sebagai Equity and Inclusion Chair kan making sure semua anak merasa included di kampus. Jadi ini adalah salah satu effort-ku untuk mencapai hal tersebut sih sebenarnya," tambahnya.

Tempat Salat

Ilustrasi salat
Ilustrasi salat (iStock)

Selain mengusahakan adanya makanan halal, Agalia dan rekannya yang adalah seorang Muslim asal Pakistan juga berusaha menambahkan adanya tempat untuk salat di kampus.

"Kita menyebutnya reflection space ya supaya nggak terkesan mendukung satu agama atau lainnya," kata Agalia.

"Jadi kita mencoba untuk menambah jumlah reflection spaces on campus, bisa buat segala agama, bisa buat menenangkan juga, bisa buat yoga juga, bisa buat meditasi juga. Tapi intinya, kalo aku sih ini lebih personal lagi dari kesulitan aku untuk salat di tengah kampus di tengah hari gitu," tambah mahasiswi jurusan ekonomi ini.

Menurut situs University of Wisconsin-Madison, reflection space ini merupakan salah satu permintaan popular dari para mahasiswa yang memerlukan tempat untuk berdoa atau meditasi tanpa harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi seperti di balik rak buku perpustakaan.

Bagi Agalia, dengan adanya makanan halal dan juga tempat untuk salat atau reflection space itu dapat menciptakan lingkungan yang lebih beragam di kampusnya.

University of Wisconsin-Madison bukanlah satu-satunya kampus di Amerika yang menyediakan tempat untuk beribadah atau meditasi.

Sejak sekitar sepuluh tahun lalu, kampus George Washington Universiy di Washington, D.C. juga mendedikasikan sebuah ruangan untuk digunakan sebagai musala bagi para Muslim, yang juga terbuka bagi mahasiswa yang memiliki latar belakang agama lain.

Beberapa kampus lain di Amerika yang juga menyediakan musala, antara lain adalah Stanford University di California, Massachusetts Institute of Technology di Massachusetts, dan Yale di Connecticutt. Tidak hanya itu, selain tempat salat, beberapa kampus juga mengadakan salat Jum’at berjamaah seperti di Harvard University di Massachusetts dan Georgetown University di Washington, D.C.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya