Senyum Semringah Umi Amamah saat Bertemu Amirul Hajj

Menag beserta delegasi Amirul Hajj mengunjungi KKHI Makkah untuk melihat pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Agu 2019, 14:36 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2019, 14:36 WIB
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengunjungi jemaah haji di KKHI, Makkah. MCH
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengunjungi jemaah haji di KKHI, Makkah. MCH

Liputan6.com, Jeddah - Sayup suara perempuan memanggil Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin. Kebetulan pada Sabtu (3/8/2019), Amirul Hajj sedang mengunjungi bangsal ruang rawat inap perempuan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Makkah, 

"Pak Menteri, Pak Menteri, tolong ke sini Pak Menteri..." panggil perempuan tersebut setengah berteriak.

Menag Lukman terkesiap mendengar panggilan tersebut. Langkahnya pun terhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Tak menemukan dari mana suara tersebut, Menag kembali melanjutkan langkahnya.

"Di sini Pak Menteri.. tolong ke sini Pak, ibu saya ingin bertemu Pak Menteri," suara perempuan lainnya terdengar.

Menag kembali menoleh, dan langsung mempercepat langkahnya menuju sebuah ranjang yang berada di sudut bangsal tersebut. Sesosok perempuan tua yang terbaring di ranjang tersebut melambaikan tangan kanannya sebagai isyarat memanggil Menag.

"Alhamdulillah.. iya di sini Pak Menteri," ujar Amamah, nama perempuan tersebut, lirih saat melihat Menag mendekat ke ranjangnya.

"Dari tadi ibu saya bilang ingin bertemu Pak Menteri," jelas anak Amamah, Siti Hajar.

"Oya? Alhamdulillah, bisa bertemu ya bu," sahut Menag seraya menggenggam telapak tangan Amamah.

Senyum Umi Amamah, begitu ia biasa disapa, pun merekah. "Tadi saya sudah boleh pulang, tapi saya dengar Pak Menteri ada rapat di sini. Saya bilang, tunggulah sebentar, saya ingin bertemu," ujar perempuan keturunan Arab berusia 67 tahun tersebut.

Guratan bahagia tampak jelas di wajah perempuan asal Sabang, Provinsi Aceh tersebut.

Kepada Menag, Umi Amamah menyampaikan, ia mulai daftar haji sejak tahun 2010. Qadarullah, ketika tahun 2019 ia harus berangkat haji, dirinya tengah mengalami stroke. "Ini tubuh bagian kiri saya lumpuh Pak, tidak bisa digerakkan," tuturnya.

"Tapi Alhamdulillah terimakasih Pak, haji ini nyaman sekali. Meskipun saya harus dirawat di sini, tapi semuanya baik," ujar Umi Amamah yang tak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Alhamdulillah...," sahut Menag.

 

 

Doa Menag

Menag pun mendoakan agar Umi Amamah senantiasa diberikan kesehatan usai diperbolehkan pulang ke kloternya oleh tim dokter KKHI.

Sore itu, Menag beserta delegasi Amirul Hajj memang tengah mengunjungi KKHI Makkah untuk melihat pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia. Amamah, adalah salah seorang dari 86 orang jemaah haji yang tengah menjalani rawat inap.

Menurut Menag, memulihkan kesehatan itu tidak semata mengandalkan obat-obatan, perawatan semata.

"Tapi juga bentuk-bentuk perhatian, atensi kita, simpati kita kepada pasien, itu juga harus dilakukan secara maksimal. Itulah fungsi dari tidak hanya keluarga yang mendampingi tapi juga petugas-petugas kita yang senantiasa berada di sekitar pasien-pasien itu," ujar Menag saat ditemui usai berkeliling menyapa pasien yang mayoritas adalah lansia.

Menurut Menag, pemerintah dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik bagi jemaah haji, termasuk di bidang kesehatan. Salah satu caranya adalah dengan senantiasa memberikan perhatian, atensi, dan simpati kepada jemaah haji Indonesia yang sakit atau pun tergolong risiko tinggi (risti).

"Di kloter dan di sektor, ini juga yang saat ini kita gencarkan. Sehingga harapannya proses penyembuhan itu menjadi lebih cepat," kata Menag.

Sementara, Kepala Seksi Kesehatan sekaligus penanggungjawab KKHI Makkah, dr.Imran menyampaikan, sepekan jelang puncak haji wukuf di Arafah, pihaknya berusaha keras agar jemaah haji yang dirawat dapat segera dipulangkan ke kloternya masing-masing.

"Kita upayakan agar pasien dapat kembali pulih, sehingga dapat melaksanakan wukuf bersama dengan anggota kloter masing-masing. Tentunya, hal ini lebih nyaman untuk pasien karena berada di tengah-tengah orang yang telah mereka kenal, daripada harus mengikuti safari wukuf," jelasnya.

Namun demikian Imran menuturkan pihak KKHI telah menyiapkan alat transportasi bila ada jemaah yang harus melaksanakan safari wukuf.

"Ada enam unit bus untuk pasien yang bisa dibawa dengan cara duduk. Masing - masing berkapasitas 50 orang. Sementara kendaraan untuk pasien yang harus dibawa dengan cara berbaring, kita memiliki total kapasitas sebanyak 32 orang," paparnya.

Hingga kemarin, menurut Imran telah terdata terdapat 40 orang jemaah yang perlu disafariwukufkan dan tujuh orang jemaah sakit yang harus dibadalhajikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya