Jelang Ramadan, Studi Ungkap Puasa Tidak Tingkatkan Risiko Terpapar COVID-19

Sebuah studi yang dirilis akhir Maret 2021 dalam publikasi peninjauan sejawat (peer-reviewed) Journal of Global Health menyatakan, tidak ada bukti bahwa Muslim di Inggris yang menjalankan puasa Ramadan cenderung meninggal karena infeksi virus Corona.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 05 Apr 2021, 08:05 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2021, 08:05 WIB
Ilustrasi Berpuasa/ Pexels
Ilustrasi Berpuasa (Foto oleh jamie he dari Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Sepekan mendatang, umat Muslim di seluruh dunia, juga Indonesia, akan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Sementara, pandemi COVID-19 masih terus berlangsung meski lebih dari setahun telah berlalu. Beberapa pihak--khususnya di Inggris--masih khawatir, apakah puasa akan berdampak pada risiko terinfeksi virus Corona.

Sebuah studi yang dirilis akhir Maret 2021 dalam publikasi peninjauan sejawat (peer-reviewed) Journal of Global Health menyatakan, tidak ada bukti bahwa Muslim di Inggris yang menjalankan puasa Ramadan cenderung meninggal karena infeksi virus Corona. Kekhawatiran muncul karena selama puasa, umat Muslim tidak makan dan minum selepas subuh hingga matahari terbenam.

"Temuan-temuan kami menyatakan bahwa praktik-praktik yang dihubungkan dengan Ramadan tidak memiliki efek buruk yang terkait kematian akibat COVID-19," demikian tulis penelitian tersebut.

"Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa perilaku serta praktik kultural yang dilakukan kaum minoritas menjelaskan peningkatan paparan mereka terhadap pandemi," jelas penelitian tersebut, menyinggung komentar sejumlah pihak di Inggris yang mengkhawatirkan terjadi peningkatan infeksi selama Ramadan tahun lalu.

 

Simak Juga Video Berikut Ini


Kekhawatiran Tidak Berdasarkan Bukti Ilmiah

Seperti dilansir Aljazeera, studi menyebut, kekhawatiran yang muncul itu tidak berdasarkan bukti ilmiah.

Studi dilakukan berdasarkan analisis komparatif terhadap tingkat kematian akibat COVID-19 selama Ramadan tahun lalu yang dimulai pada 23 April, tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris. Kala itu, berbagai kegiatan di masjid seperti solat tarawih ditiadakan, sejalan dengan diberlakukannya lockdown di seluruh Inggris.

Para peneliti menganalisis tingkat kematian pada lebih dari dua belas area otoritas lokal di Inggris dimana populasi Muslim setidaknya mencapai 20 persen. Mereka menemukan bahwa kematian di area tersebut terus terjadi sepanjang Ramadan. Tren tersebut berlanjut hingga selepas Ramadan, tulis laporan studi. "Menunjukkan bahwa tidak ada efek merugikan yang tertinggal dari puasa di area Muslim."

Rekan penulis studi Salman Waqar mengatakan pada Al Jazeera, temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa Ramadan tidak memiliki dampak merugikan terhadap kasus COVID-19.


Infografis

Infografis 6 Cara Aman Buang Masker Sekali Pakai. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Aman Buang Masker Sekali Pakai. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya