Cara Tunawisma di Siberia Bertahan Hidup di Suhu Minus 30 Derajat Celcius

Bagai buah simalakama, tidur dekat dengan pipa industri menghangatkan tapi juga berbahaya.

oleh Henry diperbarui 10 Mar 2020, 03:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 03:00 WIB
Ilustrasi salju
Ilustrasi salju. (dok. Josh Hild/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta - Malam bersalju jadi salah satu momen mencekam bagi tunawisma di Siberia. Suhu yang bisa mencapai di minus 30 derajat celcius dapat dengan mudah merenggut nyawa mereka.

Dilansir dari Independent.co.uk, Selasa, 3 Maret 2020, Alexei Vergunov merupakan salah satu tunawisma yang dapat bertahan dari suhu ekstrem itu. Ia tidur di bawah pipa pemanas industri.

Meski menghangatkan, risiko besar juga menantinya di bawah pipa itu. Ia dapat kapan saja mengalami luka bakar. Namun jika terlalu jauh, ia akan kedinginan.

Pria 46 tahun ini telah menjadi tunawisma selama lebih dari 11 tahun. "Kamu tidur di malam hari dengan mata tertutup tetapi telingamu terbuka," katanya.

Alexei sempat berpikir untuk membangun kembali hidupnya, tapi keinginannya pupus saat ia ditinggal pergi oleh kekasihnya, Alyonka, yang meninggal dua tahun lalu karena kanker hati.

"Saya melewati hari. Jika saya menemukan seorang perempuan seperti dia, saya bisa berhenti dan mencoba untuk kembali ke masyarakat dan berhenti menjadi tunawisma, tetapi saya tidak dapat menemukan orang seperti dia," lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bertahan Hidup

Ilustrasi Tunawisma
Ilustrasi tunawisma. (Matt Collamer/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Vergunov merupakan satu dari 3.500 orang tunawisma di Kota Omsk, Rusia. Ia senang menyebut dirinya Lyokha the Beard. Ia juga satu dari sedikit yang berhenti untuk mengobrol dan tertawa dengan penghuni kota.

"Kamu yang akan membeku di apartemenmu dengan tiga selimut, bukan aku di antara pipa," ujarnya sambil bercanda.

Waktu favorit Vergunov adalah saat malam. Meskipun pada titik terdingin, kota dan tempat pembuangan sampah sepi dan dia bebas berkeliaran mencari botol kaca dan barang-barang daur ulang lainnya yang dapat ditukar dengan harga murah.

Sebuah badan amal, Caritas, juga kerap membagikan makanan dan pakaian untuk membantu para tunawisma di kota ini. Mendapat bantuan tak menjadikan Vergunov hidup bersantai, ia tetap belajar untuk bertahan hidup di jalanan. (Adhita Diansyavira)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya