Potret Terbaru Muslim di Kamboja, Didominasi Generasi Milenial

Umat muslim yang sebagian besar masih berusia muda tentunya diharapkan bisa membuat Islam berkembang lebih baik lagi di Kamboja.

oleh Henry diperbarui 13 Mei 2020, 04:02 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2020, 04:02 WIB
Waspada Virus Corona, Pelajar di Kamboja Beraktivitas Pakai Masker
Sejumlah pelajar mengenakan masker saat beraktivitas di sebuah sekolah di Phnom Penh (28/1/2020). Pemerintah Kamboja dalam beberapa hari terakhir telah menutup aktivitas belajar di sekolah-sekolah sebagai upaya pencegahan terhadap virus corona. (TANG CHHIN SOTHY/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kamboja yang pernah mengalami perang saudara pada 1970-an ini mayoritas penduduknya beragama Buddha. Meski begitu, Islam di negarra Asia Tenggara itu cukup berkembang.

Sempat berjaya berkat peran etnis Cham dari Kerajaan Champa pada abad ke-10 dan 11, Islam di Kamboja sempat terkikis karena rezim komunis Khmer Merah. Setelah itu umat muslim mulai menata kembali Islam di Kamboja pada akhir 1980.

Dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada Senin, 11 Mei 2020, hal tersebut dikemukakan oleh Betti Rosita Sari. Menurut Peneliti P2W-LIPI yang mengangkat tema Mengenal Minoritas Muslim Cham di Kamboja, masyarakar muslim di sana sekarang sudah lebih maju dan berkembang.

"Tak hanya sebagai nelayan, petani atau pedagang, tapi sudah ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan berbisnis. Banyak juga yang sudah bergabung ke partai-partai politik, tapi memang perannya belum begitu menonjol," tutur Betti. Ia menambahkan, sejak 1998 mereka punya seorang mufti atau ulama yang kemudian membuat Grand Mufti of Chambodia.

"Ini mungkin seperti MUI di Indonesia. Tugas mereka mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan urusan hidup umat Islam di Kamboja. Mereka juga mendorong untuk mendirikan masjid, untuk beribadah dan menyerukan para wanita memakai kerudung termasuk mereka yang masih sekolah," jelasnya lagi.

Meski begitu, umat muslim di sana tidak memilikii satu identitas karena terbagi dalam tiga bagian karena pemahaman yang masih berbeda terhadap Islam.

"Yang pertama, Cham Malay atau Melayu, mereka seperti umat muslim pada umumnya seperti menjalankan salat lima waktu, puasa dan lainnya. Yang kedua,  Cham Jahed atau Bani, mereka ini hanya salat di hari Jumat. Ketiga, ada Cham Jawi, mereka ini hanya menjalankan salat lima waktu," terang Betti.

Secara ekomomi, etnis Cham masih banyak yang kurang mampu, terutama mereka yang tinggal di sekitar Sungai Mekong. Hal ini di antaranya karena pembangunan yang kurang merata dan masih banyak korupsi di pemerintahan.

Beasiswa ke Universitas

Potret Terbaru Muslim di Kamboja, Didominasi Generasi Milenial
Potret Terbaru Muslim di Kamboja, Didominasi Generasi Milenial. (dok.Instagram @farinaelaina/https://www.instagram.com/p/BKdH5z2jMk0/Henry)

Selain itu, pendidikan Islam masih sangat kurang termasuk sekolah maupun tempat belajar informal karena masih kekurangan tenaga guru atau ustaz.

Hal itu membuat sejumlah keluarga mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar memperdalam Islam di Malaysia atau Indonesia. Meski begitu selalu ada harapan untuk terus berkembang.

Jumlah etnis Cham saat ini sekitar 400-500 ribu orang dari 15 juta penduduk Kamboja atau sekitar lima persen. Mayoritas dari mereka masih berusia muda atau termasuk generasi milenial yang tentunya diharapkan bisa membuat Islam berkembang lebih baik lagi di Kamboja.

"Banyak lembaga non-pemerintah yang memperhatikan kualitas SDM umat muslim Cham. Mereka menyediakan banyak beasiswa untuk masik ke universitas dan perguruan tinggi lainnya di Phnom Penh (Ibu Kota Kamboja)," jelas Betti.

Para generasi muda tersebut diharapkan bisa membuat umat muslim bisa lebih maju lagi dan mendapat kesempatan bekerja maupun berbisnis di berbagai bidang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya