Cerita Akhir Pekan: Bahu-membahu Bangkitkan Pariwisata Indonesia

Mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, hingga pelancong, semua berperan dalam memutar kembali roda pergerakan pariwisata tanpa menggadaikan praktik protokol kesehatan.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Sep 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi travel. (dok. Pexels/Artem Beliaikin)

Liputan6.com, Jakarta - Memang belum bisa melaju dalam kecepatan penuh, namun sektor pariwisata Indonesia perlahan memperlihatkan pergerakan di masa pandemi. Perkembangan ini tentu melibatkan banyak pihak di dalamnya.

Dimulai dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), lewat berbagai penentuan regulasi dan evaluasi secara berkala. Di masa penutupan sementara sejumlah destinasi demi meminimalisir transmisi COVID-19, Kemenparekraf sudah menyusun berbagai persiapan.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Dampak COVID-19 Kemenparekraf/Baparekraf Ari Juliano Gema mengatakan, di masa pra-kondisi. setiap daerah yang berniat membuka kembali destinasi wisata harus menyiapkan ragam tindakan. Juga, sudah ada edukasi, sosialisasi, dan simulasi yang didampingi pihaknya. Pasal, bukan keputusan instan untuk membuka sebuah destinasi wisata.

"Bila sudah buka dan dideklarasikan, berarti yakin semua pihak telah menjalankan (protokol kesehatan) dengan baik," katanya saat dihubungi Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Ari menyambung, bakal tetap ada pemantauan dan evaluasi secara berkala di praktik pergerakan sektor pariwisata Indonesia. "Jadi, semisal ada pelanggaran protokol kesehatan atau ditemukan klaster baru, bisa melakukan pembatasan lebih ketat, bahkan penutupan," ujarnya.

Meminimalisir risiko, kata Ari, praktiknya tak bisa semata bergantung pada regulasi dan persiapan yang sudah dilakukan sedemikian rupa, namun juga kesadaran masyarakat. Dalam berwisata, Kemenparekraf/Baparekraf mendorong pelancong menghindari kerumunan karena akan sulit menjaga jarak aman.

"Pilih destinasi wisata alam. Lalu, untuk panduan teknis melaksanakan protokol kesehatan yang sudah dipisahkan berdasarkan unit usaha, ada buku panduan yang bisa diunggah di laman resmi Kemenparekraf," ujarnya.

Pihaknya pun mengatakan siap mendampingi berbagai pihak terkait praktik protokol kesehatan sesuai unit usaha di cakupan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peranan Pelaku Sektor Pariwisata

Wisata Yogyakarta
Embung Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta. (dok. Instagram @gunungapipurba/https://www.instagram.com/p/BwqIUYqFkhj/)

Upaya menggerakkan kembali roda pariwisata pun datang langsung dari para pelakunya, termasuk pengelola Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta. Akibat pandemi, kawasan yang dinobatkan sebagai desa wisata terbaik se-ASEAN pada 2016 itu menututp sementara pintu mereka terhitung 23 Maret 2020.

Selama penutupan, di samping berkomunikasi dengan wisatawan yang sudah mereservasi, Sugeng Handoko selaku Pengelola Desa Wisata Nglanggeran menjelaskan, pihaknya pun melakukan beberapa upaya lain. Termasuk di antaranya adalah aksi reresik wisata Yogyakarta untuk bebersih kawasan destinasi maupun lingkungan rumah.

Mengisi waktu, pihaknya juga lebih mengintensifkan kegiatan pertanian, perkebunan, dan perkebunan, serta memperbaiki fasilitas pendukung. Pihaknya juga meningkatkan kualitas SDM, merawat komunikasi dan memperbarui informasi lewat media sosial, menyelenggarakan tur virtual, mengembangkan wellness tourism, juga simulasi penerapan protokol kesehatan.

"Sejak akhir Juli, kami sudah masuk dalam masa uji coba," kata Sugeng lewat sambungan telepon, Jumat, 4 September 2020.

Wisata Yogyakarta
Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta. (dok. Instagram @carraalkindi/https://www.instagram.com/p/BqI0hPEn0vW/?utm_source=ig_web_copy_link/Asnida Riani)

Lebih lanjut ia menjelaskan tata cara kunjungan ke Desa Wisata Nglanggeran. Walau masih menerima pembelian tiket on the spot, Sugeng merekomendasikan pelancong untuk tetap melakukan reservasi lebih dulu.

"Awalnya kami pakai situs web sendiri (untuk reservasi daring), sekarang ada pengembangan aplikasi bersama. Pemesanan sekarang bisa dilakukan lewat aplikasi android maupun situs web visitingjogja.com," ucapnya.

Pihaknya pun sudah menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir di area pembelian tiket, serta beberapa titik di area desa wisata. Juga, bakal ada pemeriksaan suhu tubuh dan pengunjung diminta mengisi data diri.

"Kami juga mendorong pembayaran non-tunai dengan menyiapkan QR code sebagai media pembayaran," imbuhnya.

Secara operasional, jalur wisata pun dibuat searah sehingga meminimalisir papasan dan penumpukan pengunjung. Sebagai pelaku sektor pariwiata, Sugeng mengatakan, sarana dan pra-sarana mendukung SOP protokol kesehatan punya andil penting dalam operasional destinasi di masa pandemi.

Khusus di Desa Wisata Nglanggeran, pihaknya berharap bisa menuntaskan isu air, terutama di musim kemarau. "Jadi, pandemi bisa dimanfaatkan jadi loncatan untuk naik kelas dengan membuat sistem pengadaan air yang baik," ucapnya.

Di samping, pihaknya merekomendasikan kunjungan dalam grup-grup kecil, yakni kurang dari 20 orang. Pembatasan kunjungan pun dilakukan lewat pengaturan jam operasional, yakni mulai pukul 8.00--18.00 WIB. "Tutup loket (pukul) 17, supaya pukul 18 sudah benar-benar kosong," tutupnya.

Penyedia Layanan Perjalanan dan Hotel

Junior suite
Junior suiteSalah satu tipe kamar yang ada di Millennium Hotel Sirih Jakarta. (dok. Millennium Hotel Sirih Jakarta)

Dorongan berwisata tanpa mengorbankan praktik protokol kesehatan juga dilakukan situs web layanan pemesanan perjalanan dan pebisnis hotel. Berbagai kemudahan pun dihadirkan, salah satunya oleh tiket.com.

Di samping merilis tiket CLEAN dan tiket FLEXI, pihaknya menjelaskan terus mencari tahu kemudahan apa yang bisa difasilitasi supaya para pelanggan kembali liburan di masa transisi kenormalan baru. Termasuk di dalamnya menyiapkan fitur-fitur tambahan terkait kesehatan.

"Selain itu juga tiket.com terus melakukan komunikasi pada pelanggan mengenai update informasi terkait apa yang perlu diketahui, baik itu protokol maupun informasi rekomendasi lokasi wisata," kata Yosi Marhayati selaku Public Relations Lead tiket.com lewat pesan, Jumat, 4 September 2020.

"Kami juga berinisiasi menggandeng Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali dalam pemberian fasilitas tempat cuci tangan di sembilan titik destinasi wisata di Bali untuk mendukung program pemerintah dalam penerapan protokol kebersihan," imbuhnya.

Tiket Flexi/dok. tiket.com
Tiket Flexi/dok. tiket.com

Sementara, bagi pihak Millennium Sirih Hotel Jakarta, pergerakan bisnis mereka sekarang didominasi pengadaan ruang rapat. "Kami punya total 15 meeting room," tutur Marketing Communication Executive Millennium Sirih Hotel Jakarta, Rita, melalui pesan, Jumat, 4 September 2020.

Menjelang reopening kamar hotel pada 28 September 2020, pihaknya pun telah menyiapkan ragam promo menarik. "Selama ini juga ada aktivasi kuis dan kerja sama dengan influencer buat mengembalikan bisnis," imbuh Rita sembari menambahkan promosi digital pun terus dilakukan.

"Melihat dari tingkat pemesanan reservasi hotel domestik kami sejak bulan Juni--Juli 2020 terjadi kenaikan mencapai 71 persen, diikuti penerbangan yang juga ikut naik lebih dari 60 persen di Juli-- Agustus, sehingga dapat disimpulkan kenaikan minat berwisata masyarakat semakin optimis," kata Yosi.

Selain pelaku industri, tiket.com menilai pemerintah dan publik punya peran krusial dalam membangkitkan pariwisata dalam negeri. Sementara pemerintah membuat regulasi dan mengevaluasinya, publik harus disiplin menerapkan protokol keamanan dan kesehatan di ruang publik, khususnya lokasi-lokasi pariwisata.

"Pemerintah melalui Kemenparekraf juga dapat menggandeng setiap pemangku kepentingan di industri pariwisata untuk mengikuti panduan dan menerapkan protokol kesehatan demi menjamin keamanan wisatawan," ujarnya.

Bagaimana dengan Para Pelancong?

[Fimela] Traveling di Bulan Maret
Ilustrasi traveling di bulan Maret | Zeno Travel

Satu lagi pihak yang berperan dalam geliat pariwisata dalam negeri, yakni para pelancong. Soal pembukaan kembali bisnis di sektor pariwisata, Meira Farhana menganggap, keputusan ini sah-sah saja, asal dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Mereka kan juga butuh pemasukan dan bisnis kalau kelamaan istirahat pasti bakal merugi. Secara ekonomi itu perlu dan nggak apa-apa, tinggal masyarakatnya bisa nggak bertanggung jawab untuk mematuhi protokol? Kalau bisa, ya sah-sah saja," ungkapnya lewat pesan, Kamis, 3 September 2020.

Anggapan serupa pun disuarakan pelancong lain, Niken Arfiyanti. "Saya sendiri sudah mengunjungi beberapa tempat wisata di Semarang, namun karena ada beberapa tempat ramai orang, saya juga masih merasa parno," jelasnya melalui pesan, Jumat, 4 September 2020.

Bentuk dukungan yang diberi Niken ke pelaku sektor pariwisata selama pandemi salah satunya dengan staycation. "Lalu, dengan membagikan foto liburan di media sosial juga dapat menginformasikan ke yang lain bahwa bepergian di masa pandemi tidak semenakutkan yang dibayangkan asal tetap memerhatikan protokol keselamatan," katanya.

"Semoga dengan banyaknya yang berkunjung, dapat membantu menutupi biaya operasional yang harus tetap mereka (pelaku bisnis) keluarkan," imbuh Niken.

 

Jurnal Travel
Ilustrasi jurnal perjalanan. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sementara, Meira menilai, pemerintah perlu memberi lebih banyak bantuan pada para pelaku sektor pariwisata. "Bukan cuma kartu pra-kerja untuk karyawan yang dirumahkan, tapi juga perlindungan bagi para pegawai. Selain itu, mungkin pemerintah bisa kasih penyuluhan ke para pelaku di sektor ini untuk mengubah haluan ke destinasi wisata alam," katanya.

Soal memilih destinasi perjalanan, Niken menghindari tempat-tempat makan yang sedang tren, selalu membawa hand sanitizer, dan cadangan masker. "Pastinya pergi dengan kendaraan pribadi karena sejujurnya masih takut naik kendaraan umum," timpalnya.

Meira menyarankan, pihak museum untuk jual tiket virtual experience yang dalam pandangannya cukup menarik. "Museum-museum di luar banyak yang bikin kaya gini dan tiketnya lumayan laku kok," ungkapnya.

"Untuk pelaku sektor pariwisata, saya yakin sekarang-sekarang ini sudah banyak wisatawan yang berkunjung, namun perlu diperhatikan pentingnya membatasi wisatawan apabila sudah penuh," kata Niken.

"Bagi yang tempatnya masih sepi pengunjung, mungkin dapat mencoba menjual kerajinan tangan khas daerah tersebut secara online untuk menutupi biaya operasional selama sepi pengunjung," tutupnya.

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya