Cerita Akhir Pekan: Tradisi Bersih-Bersih Diri Sambut Ramadan

Sejumlah tradisi yang berkaitan dengan adat-istiadat masih berlaku di berbagai daerah, terutama bersih-bersih diri menyambut Ramadan.

oleh Komarudin diperbarui 10 Apr 2021, 10:13 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2021, 08:30 WIB
Balimau merupakan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.
Balimau merupakan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap daerah maupun kota mempunyai tradisi masing-masing. Tradisi itu muncul kembali, salah satunya saat menyambut bulan suci Ramadan.

Di sejumlah daerah beragam kegiatan bersih-bersih untuk menyambut Ramadan. Tradisi itu bahkan masih berlangsung sampai saat ini. Beberapa di antaranya mandi merang di Betawi, ngelop di Lampung, balimau di Minangkabau, Sumatera Barat.

"Tradisi itu sering dikaitkan dengan adat istiadat yang artinya identik dengan kembali. Jadi tradisi adalah sesuatu yang kembali diingat," kata sejarawan JJ Rizal saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 9 April 2021.

Puasa itu dalam adat istiadat kita, kata Rizal, sering disebut bulan suci. Jadi, ketika bulan ini tiba, maka semua orang berusaha kembali dan bukankah awalnya semua orang itu lahir dalam keadaan suci.

"Sebab itulah ketika puasa tiba semua orang berusaha mengikuti adat kembali suci. Semua bersih-bersih. Mereka mencari sungai dan mandi. Mereka keramas," imbuh Direktur Kelompok Penerbit Kobam (KPK).

Sebagai sebuah tradisi, Rizal menyebut tak ada catatan sejarah yang pasti. Yang jelas, tradisi bisa berkembang jika ada pendukung. "Bagaimana tradisi bisa berlanjut jika pendukungnya habis, sungainya habis tercemar, orang Betawinya hilang," kata Rizal.

Kondisi seperti itulah yang bisa membuat sebuah tradisi akan hilang dengan sendirinya. Apalagi, orang merasa sekarang bersih-bersih lebih praktis dilakukan di kamar mandi. "Bagi mereka yang menghormati bulan suci, tentu mereka melakukan, di sini ada yang memilih pulang ke tradisi," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bersih-Bersih Diri

Ngelop
Ngelop mandi di laut yang biasa dilakukan untuk menyambut Ramadan (dok.instagaram/@mhr_aziz/https://www.instagram.com/p/BxEsIVbgAhW/Komarudin)

Di Jakarta, misalnya, sepekan jelang puasa orang ramai ziarah kubur sambil membersihkan makam atau ngored. "Tradisi itu masih ada sampai sekarang. Dalam Islam disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman," ujar Fadjriah Nurdiarsih, warga Jakarta sekaligus penulis, kepada Liputan6.com, Jumat, 9 April 2021.

Namun, tradisi sambut Ramadan tidak hanya itu. Ada juga tradisi yang memiliki makna yang cukup mendalam, pembersihan diri, dengan cara mandi.

"Di Jakarta ada tradisi mandi merang. Menurut aku, sama saja dengan tradisi mandi dengan daerah lain, membersihkan diri secara lahir dan batin untuk menghadapi bulan puasa. Diri kita dalam keadaan rohani yang prima dan suci, enggak ada pikiran jelek, sehingga bisa menjalani ibadah puasa dengan baik," imbuh penulis buku Rumah Ini Punya Siapa?.

Hal senada disampaikan Ahmad Hilmi, warga Kalianda, tradisi bersih-bersih diri juga ada di Lampung yang berada di daerah pesisir. Di sana ada tradisi ngelop atau berendam di panntai menjelang masuknya bulan Ramdan.

"Sebenarnya sih ritual "bersih-bersih" menjelang Ramadan itu tidak ada dalam Islam. Artinya, tidak ada perintahnya dan tidak ada larangannya. Hanya mungkin filosofinya, kalau nanti masuk bulan Ramadan kita sudah bersih dhohir dan batin. Bersih luar dalam," kata Hilmi.

Hilmi menyebut di tempat ia tinggal di Kalianda, mereka yang ikut atau masih melestarikan tradisi itu, datang dari berbagai lapisan masyarakat. Tidak ada perbedaan masyarakat kota atau desa.

"Tidak ada ritual yang lain, kecuali ya berendam di air laut. Kata mereka, itu menunjukkan rasa gembira atas datangnya Ramadan dan sekaligus untuk menyucikan diri jelang Ramadan," imbuh Hilmi.

Apa yang disampaikan Hilmi seirama dengan pendapat almarhum Nurcholish Madjid atau Cak Nur dalam karyanya 30 Sajian Ruhani, Renungan di Bulan Ramadlan. Dalam bukunya itu, Cak Nur menyebut bahwa Ramadan dipandang sebagai bulan penyucian diri pribadi secara berkala.

"Melalui bulan suci dan penyucian ini seseorang diharap dapat membersihkan kembali dirinya dari kotoran kezaliman selama bulan-bulan sebelumnya," tulis Cak Nur. "Ramadan jadi bulan penuh rahmat Allah kepada manusia, untuk memberikan kesempatan membersihkan diri dan bertobat," imbuhnya.

Tradisi Bersih-Bersih Diri

Infografis tradisi bersih-bersih sambut Ramadan
Infografis Sejumlah daerah memiliki tradisi 'bersih-bersih diri' dengan cara mandi menyambut Ramadan (dok. Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya