Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang museum, faktor penopangnya tentu tidak hanya koleksi, namun juga mereka yang menggenapi pengalaman berkunjung, termasuk para edukator. Merujuk Peraturan Pemerintah (PP) 66 Tahun 2015 tentang Museum, tidak ada istilah pemandu untuk petugas teknis di museum, melainkan edukator.
Pemandu di museum bukan sekedar memandu layaknya pemandu wisata. Mereka memberikan informasi dan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmiah, edukator Museum Layang Layang, Liza, menjelaskan melalui teks pada Liputan6.com, Sabtu, 13 Agustus 2022. Ia melanjutkan, khusus di Museum Layang Layang, edukator berarti petugas yang memberi ilmu dan pengetahuan mengenai layang-layang untuk para pengunjung.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, kurator muda Museum Ullen Sentalu, Jonathan Haryono, menyebut bahwa pihaknya merupakan pionir dalam menghadirkan pelayanan tur berpemandu. "Sejak awal berdiri pada 1998, tim kurator Museum Ullen Sentalu telah mengonsep suatu tur edukasi yang dipimpin seorang pemandu (yang kemudian disebut edukator tur)," katanya melalui teks, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Ia menyambung, "Dalam tur, edukator tur akan menjelaskan beragam data sejarah dan seni budaya yang melekat pada setiap koleksi." Misinya adalah mempertemukan pewaris dengan warisannya, yakni warisan seni budaya bangsa. Maka, museum di kawasan Kaliurang, Yogyakarta ini merancang tur yang "santai, namun mendidik."
Karena itu, seorang edukator dituntut mampu mengenali karakteristik tamu, serta kebutuhan edukasi, sehingga dapat menciptakan tur yang menarik. "Jumlah edukator Museum Ullen Sentalu saat ini sekitar 13 orang," tuturnya.
Tugas serupa juga dijalankan edukator di Museum Layang-Layang. "(Informasi tentang layang layang diberikan) baik untuk masyarakat umum maupun pelajar. Sekarang jumlah (edukator) ada empat orang," Liza menyebut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Siapa yang Bisa Jadi Edukator?
Soal siapa yang bisa jadi edukator, Liza mengatakan bahwa karyawan di museum dapat berfungsi sebagai edukator. "Mereka memberi informasi secara langsung, sekaligus mengajari cara membuat layang-layang. Tidak harus lulus dari jurusan tertentu," ia mengatakan.
Itu diamini Jonathan. Ia menjelaskan, "Siapa saja dengan latar belakang pendidikan apapun dapat bermisi sebagai edukator Museum Ullen Sentalu. Departemen kurator Museum Ullen Sentalu mengadakan pelatihan bagi semua calon edukator, sehingga (mereka) memiliki informasi, serta pengetahuan yang sama terkait koleksi."
Ia mengatakan, pelatihan akan dilakukan setiap kali ada edukator baru. Pelatihan bagi edukator itu tetap dilangsungkan secara terus-menerus, merujuk pada evaluasi tur dan pengembangan.
Pelatihan berkala, setidak satu bulan sekali, lanjut Jonathan, dilakukan untuk memperbaharui data riset terakhir, membahas isu aktual, serta berbagi bagaimana menangani tamu dalam situasi tertentu. "Umumnya, training materi dilakukan secara formal (seperti kelas), sementara training update isu dan pelayanan dilakukan informal (seperti sharing)," tuturnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Jadwal Layanan Edukator
Terakit penjadwalan layanan edukator, Liza mengatakan, setiap pengunjung yang masuk ke Museum Layang Layang akan didampingi seorang edukator. Itu juga dilakukan Museum Ullen Sentalu.
Jonatahan berkata, "Karena Museum Ullen Sentalu mengonsep tur edukasi bagi semua pengunjung, setiap pengunjung, berapa pun jumlahnya, wajib dipandu edukator. Tur berpemandu dimulai setiap 10 menit."
Ia menyambung, penjelajahan di museum jadi lebih seru dengan edukator karena adanya penjelasan detail atas setiap koleksi. Banyak "informasi tersembunyi" yang melekat pada koleksi, namun secara fisik, informasi tersebut tidak tampak.
"Misalnya, edukator Museum Ullen Sentalu mampu menjabarkan bahwa setiap batik Yogyakarta ataupun Surakarta memiliki makna filosofis berbeda," tuturnya. "Batik dari Yogyakarta dan batik dari Surakarta pun ternyata memiliki ciri perbedaan yang umumnya dipandang sama oleh masyarakat Indonesia."
Di sisi lain, Liza berujar, bahwa dengan didampingi edukator, pengunjung dapat berinteraksi atau tanya jawab secara langsung selama menjelajah museum di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan tersebut.
Suka Duka
Liza pun bercerita suka duka jadi edukator. "Suka karena dapat mengenal dan berdiskusi dengan masyarakat umum," ia mengakui. "Dukanya ketika ada kendala komunikasi. Menjadi edukator sesuatu yang menantang, terutama dalam menghadapi pengunjung dengan karakter dan wawasan yang berbeda."
Sedangkan, Jonathan berbagi, "Edukator Museum Ullen Sentalu harus menyambut secara baik setiap pengunjung yang datang. Bagaimanapun juga pengunjung ingin berwisata dan menikmati waktu santai, sehingga menginginkan suasana yang santai."
"Ketika edukator Museum Ullen Sentalu menegur pengunjung 'usil' yang tidak mengikuti peraturan, terkadang teguran yang disampaikan secara halus dimaknai secara salah," ia mengatakan. "Mayoritas edukator Museum Ullen Sentalu mendaftar dan tetap bermisi bersama kami karena ingin turut menjaga warisan seni budaya bangsa."
Sepanjang bulan Agustus, mereka tengah berpartisipasi dalam pameran bersama museum-museum Yogyakarta di Sleman City Hall. "Edukator Museum Ullen Sentalu turut hadir untuk membukakan sedikit kisah atas koleksi Museum Ullen Sentalu," ia berujar.
Dengan dilonggarkannya peraturan terkait pandemi, rombongan murid sekolah akan kembali ke Museum Layang Layang bulan ini. "Tentunya (kunjungan) akan ditangani para edukator," tutupnya.
Advertisement