PBB: 84 Persen Wilayah Palestina Telah Terkepung Tentara Israel, 10 Ribu Warga Tewas di Reruntuhan Gedung yang Kena Bom

Perang Israel di Gaza telah memasuki hari ke-312 dengan korban jiwa yang terus meningkat. PBB melaporkan bahwa 84 persen wilayah Gaza telah terkepung oleh militer Israel, mengakibatkan ribuan warga Palestina tewas dan terluka.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 13 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 13:00 WIB
Potret Anak-anak dan Perempuan di Gaza
Seorang wanita Palestina bersama seorang anak berdiri di depan puing-puing rumah yang hancur akibat pengeboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. (Foto oleh AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Perang Israel di Gaza yang kini memasuki hari ke-312 telah menewaskan sedikitnya 39.897 warga Palestina yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.152 lainnya. Lebih dari 10.000 orang diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Melansir dari laman TRT World, Selasa (13/8/2024), konflik yang berkepanjangan ini telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi warga Palestina dan memicu kecaman internasional. PBB telah menyoroti sifat ekstensif pengusiran militer Israel di Gaza yang terkepung, dengan mengatakan bahwa pengusiran tersebut mencakup hampir 84 persen wilayah kantong tersebut.

Mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), wakil juru bicara Farhan Haq menyatakan dalam konferensi pers bahwa pengeboman dan permusuhan Israel yang sedang berlangsung di Gaza terus membunuh, melukai, dan menggusur warga Palestina – serta merusak dan menghancurkan rumah dan infrastruktur yang mereka andalkan.

Haq menambahkan, dua perintah evakuasi dikeluarkan oleh tentara Israel selama akhir pekan untuk Khan Younis, sebagian besar untuk wilayah yang sebelumnya telah dievakuasi. Perintah tersebut telah memengaruhi sekitar 23 lokasi pengungsian, 14 fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan, serta empat fasilitas pendidikan.

Secara total, sekitar 305 kilometer persegi, atau hampir 84 persen dari Jalur Gaza, telah dievakuasi oleh militer Israel, katanya. Krisis kemanusiaan yang semakin memburuk ini telah menarik perhatian dan kritik dari berbagai pihak di seluruh dunia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kritik Pembantaian Israel di Gaza

Potret Anak-anak Pengungsi Palestina Antre Pembagian Makanan di Kamp Jabaliya Jalur Gaza
Pengungsi Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza pada Senin, 18 Maret 2024. (AP Photo/Mahmoud Essa)

Nasima Razmyar, wakil ketua Partai Sosial Demokrat Finlandia (SDP) dan anggota parlemen, telah mengkritik tajam penanganan negara Nordik itu terhadap pembantaian Israel di Gaza. Razmyar pun menuduh Helsinki hanya berbasa-basi tanpa melakukan tindakan yang berarti, seperti yang dilaporkan media lokal.

Razmyar mengungkapkan rasa frustrasi yang mendalam atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina dan ketidakpedulian masyarakat internasional. "Korban perang Gaza yang tak ada habisnya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kita menjadi tidak peka terhadap berita utama yang terus-menerus, yang hanya menumbuhkan sinisme," ungkapnya. 

"Penderitaan manusia, kelaparan, abu kota-kota yang dibom—semua ini sulit dijelaskan karena semuanya selalu ada selama perang," katanya lagi seperti dikutip oleh surat kabar daring harian nasional, Helsinki Times. Lebih lanjut politikus itu mencatat bahwa meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) menyerukan gencatan senjata dan menyatakan pendudukan wilayah Palestina ilegal, pembantaian terhadap warga Palestina terus berlanjut. 


Kebohongan Pemimpin Israel

Serangan Israel Kembali Hantam Sekolah di Gaza
Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan, serangan Israel menghantam dua sekolah di Kota Gaza pada Kamis (8/8/2024). (Omar AL-QATTAA/AFP)

Kritik ini menggambarkan rasa frustrasi yang meluas terhadap kegagalan masyarakat internasional dalam menghentikan kekerasan dan mengakhiri penderitaan warga Palestina. Di tengah situasi yang semakin memburuk, menurut kelompok perlawanan Palestina Hamas, pengakuan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menegaskan kebohongan dan keteguhan hatinya.

Ia sempat menyatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah orang yang menciptakan hambatan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza. Dalam sebuah pernyataan, anggota biro politik Hamas Izzat al-Rishq mengatakan apa yang dikatakan Gallant menegaskan apa yang selalu pihaknya katakan.

"Bahwa Netanyahu berbohong kepada dunia dan keluarga para tahanan (Israel) (di Gaza). Ia menambahkan bahwa Netanyahu tidak ingin mencapai kesepakatan dan yang ia pedulikan hanyalah kelanjutan dan perluasan perang," sebutnya. 

Al-Rishq mencatat bahwa fleksibilitas dan respons positif Hamas terhadap usulan gencatan senjata. Ini termasuk seruan Presiden AS Joe Biden untuk gencatan senjata Mei lalu, berbenturan dengan sikap keras kepala Netanyahu. 

 


Perundingan Genjatan Senjata Telah Dijadwalkan

Serangan Israel Kembali Hantam Sekolah di Gaza
Dua sekolah tersebut adalah sekolah Al-Zahra dan Abdel Fattah Hamoud. (Omar AL-QATTAA/AFP)

Netanyahu juga menghindar dari kewajiban untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan. Ia mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan kepada Netanyahu dan pemerintahannya untuk menghentikan agresi dan perang genosida serta mencapai kesepakatan pertukaran.

Panggilan ini mencerminkan urgensi yang dirasakan oleh banyak pihak untuk menemukan solusi damai dan mengakhiri penderitaan yang tak terhitung jumlahnya di Gaza. Dalam menghadapi tragedi yang terus berlangsung ini, masyarakat internasional dihadapkan pada tantangan besar untuk menekan pihak-pihak yang terlibat agar mencapai kesepakatan damai.

Penderitaan warga Palestina yang terus berlanjut menuntut perhatian dan tindakan segera agar krisis kemanusiaan ini dapat diakhiri dan perdamaian yang berkelanjutan dapat tercapai. Perundingan gencatan senjata Hamas dan Israel terbaru dijadwalkan akan berlangsung pada Kamis, 15 Agustus 2024.

Sementara itu, Israel telah menyatakan hari itu akan menjadi momen "now or never" untuk mencapai kesepakatan. Hamas menyatakan perundingan gencatan senjata dengan Israel atas perang di Jalur Gaza harus didasarkan pada proposal yang sudah diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

 

Infografis Ambisi Israel Bangun Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ambisi Israel Bangun Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya