Ical dan Perebutan Pucuk Partai Beringin

Selain Aburizal Bakrie atau Ical, kini ada 7 nama masuk bursa calon ketua umum Golkar.

oleh Raden Trimutia HattaAnri SyaifulSugeng TrionoAndi Muttya KetengHanz Jimenez SalimLuqman RimadiOscar FerriSilvanus AlvinTaufiqurrohmanPutu Merta Surya Putra diperbarui 16 Nov 2014, 01:05 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2014, 01:05 WIB
Golkar Mau Koalisi dengan PDIP, Tapi Ogah Ical jadi Cawapres
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Ada kemeriahan di markas Partai Golkar kawasan Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat. Nyanyian Selamat Ulang Tahun membahana menyambut kedatangan Aburizal Bakrie. Sang ketua umum yang akrab disapa Ical itu pun tersenyum lebar.

Politisi yang juga pengusaha nasional tersebut memang genap berusia 68 tahun pada Sabtu, 15 November 2014. Ical yang memimpin Golkar sejak 9 Oktober 2009 itu tiba di sana sekitar pukul 12.05 WIB, didampingi sang istri Tatty Murnitriati. Ical mengenakan batik lengan panjang berwarna perak dan coklat, sedangkan Tati berbusana bernuansa biru gelap. Sementara ruang pertemuan yang dihiasi kain serta balon bernuansa kuning dan putih turut menambah meriah suasana.

Beberapa pengurus maupun elite partai berlambang pohon beringin tampak hadir. Di antaranya Bendahara Umum (Bendum) yang juga Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua Umum (Waketum) Fadel Muhammad, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Idrus Marham, Ketua DPP Hajriyanto Y Thohari, Wasekjen Roem Kono, Ketua Fraksi Golkar di DPR Ade Komaruddin.

Usai melantunkan Selamat Ulang Tahun, mereka bertepuk tangan dan kemudian menyalami Ical untuk mengucapkan selamat hari jadi kepadanya. Tumpeng ulang tahun pun tersaji di meja.

Adalah Fadel Muhammad yang memprakarsa acara tersebut. Dalam sambutannya, Fadel awalnya mengaku kalau acara tersebut dibuat sebagai acara kejutan, namun sayangnya sudah bocor lebih dulu dan diketahui oleh Ical sejak kemarin.

"Semula acaranya surprise party, mau buat surprise buat Bang Ical sebagai ketum kemarin. Eh ternyata acara sudah bocor duluan, beliau sudah tahu, jadi tidak surprise lagi," ujar Fadel.

Mewakili Ical, sang istri Tatty Bakrie turut menyampaikan rasa terima kasihnya atas perayaan ulang tahun yang digelar oleh para kerabat terdekatnya. "Saya pribadi mengucapkan terima kasih yang besar yang diberikan kepada Ical, doa, kiriman bunga, sehingga sampai saat ini rumah tangga dan keluarga kami penuh dengan kehangatan," kata ibunda Anindra Ardiansyah Bakrie, Anindya Novyan Bakrie, dan Anindhita Anestya Bakrie tersebut.


Sekali lagi mantan Menko Perekonomian dan Menko Kesra di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu terkejut sekaligus terkesan. Ia menganggap sang istri sudah mulai pandai menyampaikan pidato.

"Saya kaget lihat Bu Tatty pidato. Saya belum pernah lihat Bu Tatty pidato dan memang kata teman-teman perempuan di DPP, katanya Bu Tatty sudah pintar pidato sekarang, dan ternyata benar rupanya," ujar Ical.

Melihat sang istri yang sudah pandai beretorika, Ical pun kagum. Sebagai bentuk ungkapan kekagumannya kepada sang istri, ia pun melempar candaan kepada para hadirin yang rata-rata merupakan para petinggi di partai beringin tersebut.

Dalam guyonannya, Ical meminta agar mereka jangan kaget bila ternyata dalam Musyawarah Nasional (Munas) Golkar nanti ternyata bukan dirinya yang maju sebagai calon ketua umum. Melainkan justru sang istrilah yang akan meramaikan bursa calon ketua umum.

"Jadi nanti, Airlangga (salah seorang bakal calon ketua umum Golkar Airlangga Hartarto) jangan kaget kalau nanti yang maju Bu Tatty Aburizal Bakrie. Sekali-kali boleh kan ya perempuan jadi pemimpin," ujar Ical disambut tawa para hadirin.

Klaim Dukungan DPD

Soal menjadikan istri sebagai calon ketua umum Golkar memang sekadar guyonan. Tapi, Ical serius untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum untuk periode jabatan kedua. Ini seperti dikemukakan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung. Adapun pemilihan ketum baru akan dilaksanakan dalam Musyawarah Nasional (Munas) 2015 mendatang.

"ARB (Aburizal Bakrie) akan menyatakan kesediaannya untuk menjadi calon ketua umum," kata Akbar dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 15 November 2014.

Kesediaan ARB atau Ical itu, menurut Akbar, tergantung dari besar tidaknya dukungan DPD tingkat I. Sementara berdasarkan informasi yang diperolehnya dari pengurus partai Golkar, memang dukungan dari DPD I cukup mayoritas untuk Ical untuk maju kembali sebagai Ketua Umum. Sebab, salah satu syarat menjadi ketum yakni memperoleh dukungan dari DPD I.

"Saya dapat info dari pengurus yang saya anggap cukup valid. Dukungan itu banyak. Kalau ada permintaan, di situlah dia akan maju. Itu yang bisa saya tangkap dari dinamika yang ada," ungkap Akbar.

Jadwal Munas Golkar baru akan ditentukan dalam Rapat Pimpinan Nasonal (Rapimnas) di Yogyakarta pada 17-18 November mendatang. "Kita akan pengambilan keputusan DPP kewenangannya yang dimiliki," ucap Akbar.

Sebelumnya, beberapa kader Golkar meminta Aburizal Bakrie untuk tidak maju kembali sebagai Ketua Umum. Mantan Wakil Ketua DPR yang termasuk politisi senior Golkar Priyo Budi Santoso meminta Ical agar legowo tidak maju lagi sebagai ketua umum Partai Golkar.

"Saya menyarankan Bang Ical mungkin tidak maju sebagai ketum, beliau lebih baik memayungi kami semua," ujar Priyo di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu 12 November 2014 malam.

Selain Ical, 7 kader yakni Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita, Zainuddin Amali, MS Hidayat, Hajriyanto Y Thohari dan Airlangga Hartarto diprediksi akan maju dalam pemilihan ketum Golkar

Munas Awal 2015

Sehari sebelum merayakan ulang tahun ke-68, Ical mengatakan Munas Partai Golkar akan digelar pada Januari 2015. Menurut dia, hal ini sesuai dengan hasil rapat pleno yang baru diputuskan Jumat dini hari, 13 November 2014.

Selain Munas Golkar, dalam rapat pleno juga diputuskan bahwa rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang akan diadakan pada 17-19 November 2014, tetap berjalan.

"Rapimnas tetap digelar. Munas akan diadakan Januari. Tadi saya sudah ketok (hasil keputusan rapat pleno)," ujar Ical usai memimpin rapat pleno di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Jumat dini hari silam.

Selain itu, menurut Ical, tidak ada penolakan soal rapimnas yang akan diadakan di Yogyakarta. Di mana sebelumnya, Sekjen Golkar Idrus Marham telah menyatakan bahwa Rapimnas akan berlangsung pada bulan ini.

"Tidak ada, semua pada awalnya mempertanyakan, tapi saat terakhir semua sepakat diadakannya Rapimnas," jelas Ical.

Senada, Ketua DPP Golkar Hajriyanto pun menegaskan hasil rapat pleno sama dengan yang disampaikan Ical. "Rapat pleno memutuskan Munas Januari 2015. Rapimnas tetap digelar tanggal 17-19 November 2014," pungkas dia.

Beberapa hari sebelumnya, kabar tak sedap menghinggapi internal Partai Golkar. Ical beserta jajaran DPP Partai Golkar mendapat ultimatum dari 7 calon ketum yang akan maju dalam munas, yang rencananya digelar pada 2015 mendatang.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Mahyuddin mengatakan jika partainya bukan partai yang suka mengultimatum sesama kader. Ia pun menyarankan kepada 7 caketum itu untuk tidak saling mengancam dalam perebutan kursi ketua umum.

"Golkar partai dewasa, tidak (saling) ancam dan ultimatum. Golkar sudah 50 tahun," tegas Mahyuddin di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Minggu 9 November 2014.

Menurut dia, Ical tidak berambisi dalam perebutan kursi ketua umum partai berlambang pohon beringin tersebut. Namun, Ical akan maju jika dukungan dari daerah solid. "Tidak ada ambisi, tapi kalau diminta akan maju. Selain itu ada 7 caketum, Munas akan ramai," ucap Mahyuddin.

Di tempat yang sama, Waketum Golkar lainnya Fadel Muhammad mengatakan, ultimatum yang dilontarkan 7 caketum Golkar tak perlu dipermasalahkan. "Nggak apa-apa mereka katakan itu, itu hak mereka," kata Fadel singkat.

7 Caketum Golkar yakni Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita, Zainuddin Amali, MS Hidayat, dan Hajriyanto Y Thohari memperingatkan soal aturan pemilihan Ketum Golkar.

Mereka meminta, pemilihan ketum nantinya harus berlangsung demokratis termasuk soal persyaratan pencalonan ketum sudah diatur dalam AD/ART sehingga tidak perlu ada tambahan atau pengurangan syarat.

Wacana regenerasi ketum Partai Golkar pun terus didengungkan beberapa kadernya. Ada 7 calon ketum partai beringin tersebut yang akan bersaing menggantikan posisi Aburizal Bakrie. Wakil Bendahara Umum DPP Golkar Bambang Soesatyo, misalnya, meminta agar dalam pemilihan ketum pada Munas 2015 nanti, seluruhnya bersaing secara sehat.

"Ada 7 calon mari bersaing secara fair (adil). Jangan menuduh yang tidak-tidak. Fokus saja dengan menguasai suara daerah (DPD)," tegas Bambang di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu 12 November 2014.

Selanjutnya: Kontroversi Pencalonan

Kontroversi Pencalonan

Aburizal Bakrie alias Ical mengisyaratkan akan kembali maju sebagai calon ketua umum pada Munas Golkar yang akan dilangsungkan pada awal tahun 2015 mendatang. Majunya Ical dalam bursa calon ketua umum Partai Golkar menurut Jusuf Kalla yang juga mantan ketua umum partai beringin itu merupakan hak Ical sebagai kader Golkar.

"Ya semua orang di Partai Golkar punya hak yang sama untuk maju (sebagai ketua umum), tergantung dukungannya," ujar pria yang biasa disapa JK ini di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat 14 November 2014.

Saat ditanya mengenai rencana Ical untuk maju sebagai Ketua Golkar yang kedua kalinya, JK tampak kurang sepakat dengan keputusan tersebut. Menurut dia, sebelum memutuskan kembali maju sebagai ketua umum, harus dilihat apakah kinerja Ical selama memimpin Golkar cukup baik atau justru mengalami kemunduran.

JK pun bercerita mengenai dirinya yang saat itu diminta untuk maju sebagai ketua umum Partai Golkar untuk kedua kalinya, namun menolak karena menganggap dukungan yang dimilikinya berkurang. "Waktu saya sebagai ketua dulu karena suara saya turun, saya langsung gentleman mengatakan saya turun tidak mau maju lagi," ucap dia.

Wapres Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Golkar pada 2004-2009. Saat itu, JK juga menjabat wapres mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun Ical, mulai menjabat ketua umum Golkar pada 2009, menggantikan JK.

Selama di bawah kepemimpinan Ical, perolehan suara Golkar dalam pemilu tahun ini hanya meningkat sedikit dari pemilu sebelumnya, yakni 14,75 persen pada Pemilu Legislatif 2014 dan 14,45 persen pada Pemilu 2009. Kendati demikian perolehan kursi Golkar di DPR turun dari 106 menjadi hanya 91 kursi.

Lain lagi pendapat pengamat politik Salim Said. Ical dinilai tidak gentle ketika tidak segera mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sebab, masa jabatannya sebagai ketua umum berakhir pada 8 Oktober 2014.

"Jika ARB (Aburizal Bakrie) gentleman, ia tidak perlu dituntut mundur. Harusnya dia segera mengundurkan diri," kata Salim Said dalam diskusi Samrt FM dengan tema 'Menakar Dinamika Partai Golkar' di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu 11 Oktober 2014.

Sebaliknya, Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Ridwan Mukti mempertanyakan banyaknya pihak yang memprotes keinginan Aburizal Bakrie atau Ical, untuk mencalonkan diri kembali sebagai ketua umum Partai Golkar periode selanjutnya. Bahkan, mereka yang menolak Ical kembali untuk maju jadi ketua umum partai berlambang pohon beringin tersebut telah menunjukkan sikap yang tidak demokratis.

"Kalau menolak ARB (Ical) maju nyalon ketum lagi, justru artinya tidak demokratis," kata Ridwan dalam diskusi bertajuk 'Menyegarkan Partai Golkar' di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat 7 November 2014.

Namun demikian, Bupati Musirawas, Sumatera Selatan itu meyakini jika sebenarnya masih banyak kader muda Golkar yang lebih layak untuk maju sebagai ketua umum. Selain itu, Ridwan juga yakin jika idealnya pemimpin Golkar mendatang masih berusia 50-an tahun.

"Jadi, kita tidak melarang, tapi kita meminta kearifan. Partai Golkar banyak kader mudanya dan mereka siap maju. Pak Akbar Tandjung saat maju usianya 50-an. Pak Aburizal sendiri waktu maju masih 50-an," tandas Ridwan.

Penilaian bernada keras disampaikan pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya. Ia menilai kepemimpinan Ical selama hampir 5 tahun telah gagal membawa Golkar menjadi partai yang besar. Jika Golkar ingin berkembang, dia menyarankan agar Aburizal sebaiknya tidak maju kembali sebagai ketua umum.

"Kalau Ical memang dianggap gagal, dibuang saja. Itu harga mati," kata Yunarto dalam diskusi bertajuk 'Menyegarkan Partai Golkar' di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat 7 November 2014.

Pencalonan kembali Ical pun terus menuai pro-kontra. Terkait hal itu, 7 calon ketua umum Partai Golkar berkumpul di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu malam 12 November 2014. Mereka juga turut mengundang Ketua Dewan Pertimbangan Akbar Tandjung. Meski begitu, tak tampak kehadiran sang ketum, Aburizal Bakrie atau Ical di sana.

Mereka yang berkumpul malam, yakni Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita, Zainuddin Amali, MS Hidayat, Hajriyanto Y Thohari, serta Airlangga Hartarto.

"Saudara Agung (Agung Laksono) kirim surat kepada Wantim (Dewan Pertimbangan Partai Golkar), mereka-mereka yang telah menyebut sebagai calon ketua umum. Dalam rangka munas akan datang bertemu dengan kami, Wantim malam ini," ujar Akbar Tanjung di lokasi, Jakarta, Rabu 12 November 2014.

Meski begitu, Akbar tidak menyampaikan secara gamblang mengenai pertemuan ini. Termasuk soal ketidakhadiran Ical di sana. "Pak ARB (Aburizal Bakrie/Ical) kan Ketua Umum," singkat Akbar.

Sesepuh Partai Golkar itu juga menyampaikan, bahwa pemilihan ketum yang dipastikan akan digelar pada 2015 tersebut membuka kesempatan bagi seluruh kader yang ingin menjadi orang nomor 1 di partai berlambang pohon beringin.

"DPP memberikan kesempatan siapa saja yang terpanggil dalam proses pemilihan ketum Golkar melalui munas. Silakan maju," pungkas Akbar Tandjung.

Selanjutnya: Regenerasi Dipertanyakan

Regenerasi Dipertanyakan

Sementara, politisi Partai Golkar Yorrys Raweyai mengaku heran dengan munculnya sebagian kader Partai Golkar yang kembali mengusung Aburizal Bakrie atau Ical sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Ia mempertanyakan indikator yang disebut oleh para pendukung Ical yang mengklaim adanya kemajuan yang dialami Partai Golkar selama dipimpin oleh mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu.

"Kita menjelaskan dan mempertanyakan kembali pada kader Golkar, apakah pantas dia (Ical) dicalonkan lagi?" ujar Yorrys usai bertemu Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat 14 November 2014.

Yorrys menganggap majunya Ical untuk yang kedua kalinya merusak Partai Golkar yang selama ini mengedepankan proses regenerasi dalam setiap suksesi kepemimpinannya. Sebagai organisasi pengkaderan, Ical harus mengedepankan proses regenerasi kepemimpinan di Partai Golkar.

Menanggapi kritik tersebut, Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menilai majunya Ical untuk yang kedua kalinya bukan berarti tidak ada regenerasi di struktur kepemimpinan partai. Sebab, hal tersebut ditentukan oleh para kader Golkar sendiri.

"Jadi kalau kita bicara tentang bagaimana regenerasi, semuanya terserah peserta. Bukan berarti tidak ada regenerasi dan dari perspektif politik kemarin, yang terpilih Ceu Popong (sebagai anggota DPR RI), itu 76 tahun saja bisa dipilih dan disenangi rakyat," ujar Idrus di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Pusat, Sabtu 15 November 2014.

Ical sendiri menurut Idrus sampai saat ini belum secara resmi memberikan menyatakan kesiapannya untuk maju kembali. "ARB (Ical) sampai saat ini terserah kepada pemegang suara, ARB seperti biasa tidak mau mencampuri, jangan sampai tudingan ada rekayasa langkah tidak baik, sehingga ARB mengharapkan munas berjalan demokratis, kita tunggu saja," pungkas Idrus Marham.

Hasil Survei

Sementara, untuk mencari tahu siapa yang layak menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Poltracking melakukan Survei Pakar dan Public Opinion Makers yang merupakan hasil penilaian juri penilai sebanyak 173 pakar dan pembuat opini publik di seluruh Indonesia terhadap pelembagaan partai dan kualitas personal Calon-Calon Ketua Umum Golkar. Seluruh kegiatan survei tersebut dilakukan pada 3 hingga 8 November 2014.

Hasilnya, figur yang paling layak direkomendasikan memimpin Golkar yakni, Priyo Budi Santoso (19,05%), Agung Laksono (17,46%), dan Hajriyanto Thohari (16,67%).

"Sedangkan figur yang tidak layak direkomendasikan memimpin Golkar hasilnya terdapat hanya nama Aburizal Bakrie (52.03%) yang memperoleh nilai tertinggi dan terpaut sangat jauh dari figur-figur lainnya," ungkap Direktur Eksekutif Poltracking Institute, Hanta Yudha dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (14/11/2014).

Secara keseluruhan, bebernya, terdapat 8 calon ketum Golkar potensial dalam survei Poltracking kali ini. Sesuai dengan hasil rata-rata 10 aspek yang telah dielaborasi, hasilnya secara 3 besar sebagai berikut; Priyo Budi Santoso (6.51%), Hajriyanto Y Thohari (6,31%), dan Agung Laksono (6,03%).

"Sementara, di peringkat berikutnya, muncul MS Hidayat (5,99%), Agus Gumiwang Kartasasmita (5,80%), Airlangga Hartarto (5,73%), Aburizal Bakrie (5,61%), dan Zainuddin Amali (4,98%).

Kesepuluh aspek tersebut, yakni integritas, kompetensi dan kapabilitas, visi dan gagasan, komunikasi elite, komunikasi publik, akseptabilitas publik, pengalaman dan prestasi kepemimpinan, kemampuan memimpin organisasi kepartaian, kemampuan memimpin koalisi partai politik di pemerintahan, dan kemampuan memimpin pemerintahan dan negara.

Partai Golkar sendiri memiliki syarat bagi kader yang mencalonkan diri sebagai ketua umum. Salah satunya calon ketua umum harus didukung oleh 30 persen DPD I tingkat provinsi. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan, syarat tersebut menjadi keputusan dalam Anggaran Dasar Anggaran dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.

"Tentu kita harus mengacu pada apa yang telah menjadi pegangan organisasi selama ini," kata Akbar Tandjung dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 15 November 2014).

Adapun menjelang Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar di Yogyakarta, muncul sejumlah spanduk penolakan pencalonan kembali Aburizal Bakrie atau Ical sebagai ketua umum. Spanduk itu muncul di Jalan Menteri Supeno dan Jalan Ki Penjawi.

Ketua DPD Golkar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Gandung Pardiman mengatakan sudah mengetahui spanduk itu. Namun ia menanggapi dengan santai bahwa spanduk penolakan terhadap pencalonan Ical bukan hasil kreasi kader Golkar DIY.

"Sudah tahu. Ya wajar wajar aja itu bukan kader (Golkar) dari Yogya. Kalau kader Yogya tidak akan gitu. Itu pasti dari kader dari luar Yogya yang melakukan itu karena rapimnasnya di sini," kata Gandung di Yogyakarta, Sabtu (15/11/2014).

Gandung mengaku Golkar DIY tidak akan reaktif terkait spanduk penolakan Ical menjadi ketua umum Golkar menjelang rapimnas pada 18-19 November 2014. Ia juga tidak akan menelusuri pelaku dari pemasangan spanduk penolakan tersebut.

Banyak 'Pemain Bintang' Pindah

Lain lagi pandangan Sarwono Kusumaatmadja. Mantan Sekjen Partai Golkar itu menilai banyak elite Partai Golkar yang hengkang ke partai lain atau membentuk partai politik baru, sehingga berujung terjadi persaingan suara di setiap ajang pemilu atau pemilihan umum.

Dia mengibaratkan elite partainya yang hijrah ke partai lain atau membentuk partai baru, seperti pemain sepak bola yang kerap berpindah klub sepak bola. Sehingga berimbas kaderisasi partai yang tidak sempurna.

"Golkar menderita, semangatnya nggak betul, dan banyak 'pemain bintang' bikin klub (partai) baru. Seperti Partai Gerindra, Nasdem, Hanura," ujar Sarwono dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 15 November 2014.

Terlepas dari romantisme tersebut, selain Aburizal Bakrie atau Ical, kini ada 7 nama masuk bursa calon ketua umum Golkar.

Akankah Ical dapat mempertahankan diri sebagai pucuk pimpinan partai beringin? Kita nantikan saja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya