PGRI Minta Nadiem Tak Cuma Fokus UN Tapi Kesejahteraan Guru

Ketua PGRI menilai, selama ini UN sudah berubah-ubah nama. Tapi lupa peran akan guru.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 14 Des 2019, 13:47 WIB
Diterbitkan 14 Des 2019, 13:47 WIB
Menteri Nadiem Bahas Penghapusan UN Bersama DPR
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Rapat membahas penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021 dan sistem zonasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Didi Suprijadi meminta Menteri Menteri Pendidikan Nadiem Kariem tidak hanya fokus pada penghapusan Ujian Nasional. Nadiem diminta melihat dari sisi gurunya.

"Guru ini spesiesnya begitu banyak. Jadi segi kualitas berbeda. Jadi kalau gurunya tak dibenahi, agak tertatih-tatih membenahi. Kemendikbud itu nggak punya guru. Hanya provinsi dan kabupaten/kota, Kemenag Madrasah," kata Didi di Jakarta, (14/12/2019).

Dia menegaskan, selama ini UN sudah berubah-ubah nama. Tapi lupa peran akan guru.

"Kalau guru enggak dibenahi mohon maaf, DKI 15 juta, Tangerang enggak segitu. Guru honorer 300 ribu. Gimana bicara assessment kalau guru masih lapar," jelas Didi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menegaskan bahwa Ujian Nasional atau UN 2020 merupakan yang terakhir. Pada 2021, UN akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

"Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," jelas Nadiem di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Menurut Nadiem, Ujian Nasional dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.

"Kedua, ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orangtua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu," ucap dia.

Padahal, kata Nadiem, semangat UN adalah untuk mengasesmen sistem pendidikan. Baik itu sekolahnya, geografinya, maupun sistem pendidikan secara nasional.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Asesmen kompetensi pengganti UN

Menteri Nadiem Bahas Penghapusan UN Bersama DPR
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (tengah) saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Rapat membahas penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021 dan sistem zonasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan apa itu pengganti Ujian Nasional (UN) yakni asesmen kompetensi.

Asesmen kompetensi dan survei karakter bakal dimulai pada 2021. Nadiem menyebut nantinya asesmen kompetensi akan berdasarkan numerasi (matematika), literasi (bahasa), dan survei karakter.

"Satu literasi, kemampuan memahami konsep bacaan. Kedua numerasi, bukan kemampuan menghitung, tapi kemampuan mengaplikasikan konsep menghitung dalam suatu konteks abstrak dan nyata," kata Nadiem dalam Rapat RDP dengan Komisi X di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (12/12/2019).

"Ngerti ya perbedaannya bapak ibu bedanya, ini merupakan kompetensi fundamental," tambah Nadiem.

Nadiem menjelaskan alasan memilih asesmen literasi dan numerasi. "Kenapa kita pilih literasi? Bisa memahami semua pelajaran kalau memahami logikanya literasi dan numerasi. Ini kompetensi inti untuk bisa belajar apapun, untuk fisika, IPS, matematika, bahasa sastra, sejarah, semua hal informatika, ini basisnya," jelas dia.

Terakhir mengenai survei karakter, Nadiem menyebut pada asesmen ini akan disurvei pada anak, seberapa jauh paham atau asas pancasila dipahami dan diterapkan siswa.

"Terakhir survei karakter, di sini lah kita menanyakan pertanyaan untuk menemukan seberapa jauh asas pancasila. Caranya bukan tanyakan sila yang mana? Atau apa sila kedua?. Tapi poinnya apa itu gotong royong, apa itu toleransi. Akan dibuat survei apakah ini anak dibully di kelas, apa anak ini mendapat tekanan, apa dia diberi ajaran tidak toleran, apa diberi kesempatan beropini," terangnya.

Mantan CEO Gojek ini memastikan, asesmen kompetensi ini sudah ada dasar dan survei dari berbagai macam asesmen di seluruh dunia.

"Kita bekerja sama berbagai macam organisasi, seperti yang membuat PISA, yang semuanya mengasses secara murni kompetensi bernalar," kata Nadiem Makarim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya