5 Fakta Gunung Anak Krakatau yang Kembali Erupsi

Pos pemantau melaporkan abu berwarna hitam dan abu yang keluar dari puncak Gunung Anak Krakatau bergerak ke timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.

oleh Maria Flora diperbarui 11 Apr 2020, 08:49 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2020, 08:47 WIB
Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Tsunami yang menerjang wilayah Selat Sunda, Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan merusak ratusan bangunan dan kapal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Liputan6.com, Jakarta Gunung Anak Krakatau kembali erupsi. Erupsi Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra ini terjadi pada Jumat malam, 10 April kemarin.

Aplikasi Magma Indonesia, magma.vsi.esdm.id menyebut aktivitas seismik ditandai dengan erupsi tremor yang terjadi terus menerus.

Sementara itu, dari pos pemantau melaporkan abu berwarna hitam dan abu yang keluar dari puncak Gunung Anak Krakatau bergerak ke timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.

Hingga Sabtu (11/4/2020) pagi, pukul 05.44 WIB, erupsi masih terjadi. 

"Letusan terjadi hingga pagi ini," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kasbani kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (11/4/2020).

Saat ini status Gunung Anak Krakatau berada pada level II atau waspada.

Dihimpun dari Liputan6.com, berikut ini sejumlah hal terkait Gunung Anak Krakatau yang kembali erupsi: 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kolom Abu Teramati 500 Meter di Atas Puncak

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Gunung Anak Krakatau juga erupsi sejak kemarin malam, pukul 22.35 WIB. Erupsi Gunung Anak Krakatau melontarkan kolom abu hingga 500 m di atas puncak.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara.

Erupsi Gunung Anak Krakatau terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi ± 38 menit 4 detik.

Erupsi Berlangsung hingga Sabtu Pagi

Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Anak Krakatau dilihat dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Pengamatan PVMBG, tinggi gunung dari permukaan air laut hanya tersisa 110 meter. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, dari pantauan PVMBG terlihat bahwa letusan terus berlangsung sampai Sabtu (11/4/2020) pada pukul 05.44 WIB.

"Letusan terjadi hingga pagi ini," kata Kepala PVMBG Kasbani kepada Liputan6.com di Jakarta. 

Kasbani mengatakan, erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau ini bersifat strombolian, artinya, letusannya sangat kecil dan terus menerus.

"Makannya Krakatau ini level II," ujar dia.

Dia pun menegaskan terkait kabar yang mengatakan bahwa dentuman keras yang terdengar di Jakarta hingga Depok, Jawa Barat bukan karena Gunung Anak Krakatau. 

"Sampai sekarang Gunung Anak Krakatau memang masih erupsi, tapi terlalu jauh jika terdengar hingga Jakarta dan Depok," kata Kasbani kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (11/4/2020).

Lontaran Lava dalam Radius 2 Kilometer

Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Dari ketinggian Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu tebal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Sementara, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif.

Sedangkan hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Tidak Terdeteksi Gejala Vulkanik

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan).

Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar.

Belum Ada Kerusakan

Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Krakatau dan Anak Krakatau dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Gunung Anak Krakatau diperkirakan kehilangan volume sekitar 150-180 juta m3. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurut data yang didapatnya dari BPBD Kabupaten Lampung Selatan, kondisi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Sabtu, 11 April 2020 Pukul 04.00 WIB bahwa tidak terpantau adanya bau belerang dan debu vulkanik.

"Pagi ini belum ada laporan kerusakan, kondisi juga turun hujan, dan masyarakat di kecamatan tersebut terutama wilayah sepanjang pantai sudah kembali ke rumah masing-masing," tulis Agus dalam siaran pers diterima, Sabtu (11/4/2020).

Agus merinci desa terdampak di wilayah pesisir pantai seperti Way Mulih, Way Mulih Timur dan Kunjir. Meski sebagian sudah kembali ke rumah masing-masing, namun saat ini sebagian lainnya masih ada warga yang berjaga dan memantau kondisi.

"BPBD melalui tim reaksi cepat (TRC) telah menghubungi tim pemantau Gunung Anak Krakatau, hasilnya yaitu: Status masih waspada (Level 2) dan aktivitas vulkanik sudah reda. Masyarakat dihimbau tidak panik," yakin dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya