Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca berawan menyelimuti seluruh wilayah DKI Jakarta, Selasa pagi, 24 Mei 2022.
Siang hari, hujan intensitas ringan turun di Jakarta Selatan dan timur hingga dilaporkan berpotensi diselingi petir serta angin kencang pada sore hingga malam.
"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat di sebagian wilayah Jaksel dan Jaktim dan Jakbar pada sore hingga malam hari," jelas BMKG diperingatan dini cuaca.
Advertisement
Baca Juga
Sementara, cuaca pagi di keempat daerah penyangga Jakarta yang meliputi Bogor dan Bekasi diprediksi BMKG hujan ringan. Sedangkan Depok dan Tangerang cerah hingga berawan.
Lewat peringatan dini cuaca, BMKG kembali melaporkan adanya potensi yang sama untuk sejumlah kota penyangga saat siang hingga dini hari.Â
"Waspada potensi hujan sedang hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada rentang waktu antara siang hingga dini hari di wilayah Kab. dan Kota Bogor, Kota Depok, Kab. dan Kota Bekasi," kata BMKG.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Cerah Berawan |  Berawan |  Hujan Petir |
 Jakarta Pusat |  Cerah Berawan |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Petir |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Sedang |
 Jakarta Utara |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Kepulauan Seribu |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Bekasi |  Hujan Ringan |  Hujan Sedang |  Berawan |
Depok | Cerah Berawan | Hujan Sedang | Hujan Ringan |
Bogor | Â Hujan Ringan | Â Hujan Sedang | Â Hujan Ringan |
Tangerang | Â Berawan | Â Berawan Tebal | Â Berawan |
Smartphone Bisa Tingkatkan Prakiraan Cuaca
Di sisi lain, sejumlah besar data GPS dari smartphone dan perangkat navigasi satelit dikatakan dapat membantu meningkatkan pemahaman umum tentang fenomena cuaca dan membuat model prakiraan ini lebih presisi. Untuk tujuan ini, proyek CAMALIOT diluncurkan.
CAMALIOT
Mengutip Eurekalert, CAMALIOT adalah aplikasi smartphone berbasis Machine Learning yang bertujuan membangun infrastruktur untuk pengumpulan observasi dalam skala besar dari berbagai jenis dan kualitas penerima berkemampuan GPS.
Infrastruktur ini sedang dikembangkan oleh kelompok peneliti dari Benedikt Soja, profesor Geodesi Luar Angkasa di Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Geomatika di ETH Zurich, Swiss.
Aplikasi CAMALIOT memungkinkan pengguna mengakses dan mengumpulkan data satelit GPS mentah dari masing-masing smartphone, memanfaatkan frekuensi ganda dan chipset mult-konstelasi yang sekarang tersedia di smartphone Android modern.
Aplikasi ini dirancang oleh IIASA, di mana Linda See, seorang peneliti di Novel Data Ecosystems for Sustainability Research Group, melakukan supervisi atas proyek tersebut.
Advertisement
Sensor Fleksibel dan Ekonomis Dikembangkan untuk Laporan Cuaca
Sementara itu, sistem prakiraan cuaca selalu berusaha mengantisipasi kejadian cuaca buruk. Namun, ia sangat bergantung pada peralatan besar, stasioner, dan mahal seperti radar cuaca.
Hal-hal itu seperti itu secara tidak langsung menghambat pembaruan laporan cuaca secara tepat waktu pada kondisi cuaca lokal untuk penggunaan pribadi.
Mengatasi kesenjangan dalam hal ini, tim peneliti dari Osaka Metropolitan University dan University of Tokyo mengembangkan lembaran sensor yang dapat disisipkan dan ringan. Lembaran itu menampilkan sensor resistif fleksibel dan analisis komputasi reservoir.
Sebagai perangkat tunggal, ia memungkinkan pengukuran volume rintik hujan dan kecepatan angin secara real-time. Selain itu, ia juga dapat melaporkan informasi cuaca saat ia dipasang misalnya pada payung, mobil, atau rumah.
"Temuan ini membuka pendekatan ekonomis untuk pelaporan cuaca, yang berkontribusi pada kesiapsiagaan bencana dan keselamatan masyarakat yang lebih besar," ujar Kuniharu Take, profesor di Osaka Metropolitan University dan peneliti utama di riset ini dikutip dari Eurekalert pada Selasa, 17 Mei 2022.
Untuk menentukan volume hujan, sensor mengukur hambatan listrik yang dihasilkan ketika tetesan air hujan mengenai permukaannya. Sensor dilapisi oleh lembaran silikon superhidrofobik yang terbuat dari polydimethylsiloxane (PDMS), yang diresapi dengan graphene dan diproses lebih lanjut dengan laser.