Aksi Satgas Pengamanan Pulau Terluar Korps Marinir TNI AL Jaga Keutuhan NKRI di Kepulauan Mapia Papua

Sejak 2010 Pos Pengamanan TNI AL sudah didirikan di Kepulauan Mapia tepatnya di pulau Pelun. Pendirian pos tersebut untuk menjaga Kepulauan Mapia dari kapal asing maupun negara luar masuk ke wilayah teritorial Indonesia tanpa izin.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 13 Sep 2023, 08:06 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2023, 08:06 WIB
Satgas Pengamanan Pulau Terluar Korps Marinir TNI AL melakukan patroli di Kepulauan Mapia, Distrik Supiori Barat, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).
Satgas Pengamanan Pulau Terluar Korps Marinir TNI AL melakukan patroli di Kepulauan Mapia, Distrik Supiori Barat, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).

Liputan6.com, Jakarta Kepulauan Mapia di Provinsi Papua merupakan salah satu kepulauan terluar di Indonesia yang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Indonesia. Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Mabes TNI menempatkan Pos Pengamanan TNI AL hingga Satgas Pengamanan Pulau Terluar menghindari ilegal fishing dan penyelundupan narkotika.

Komandan Pos Penjagaan TNI AL, Sertu Ardianto Sunardi mengatakan, sejak 2010 Pos Pengamanan TNI AL sudah didirikan di Kepulauan Mapia tepatnya di pulau Pelun. Pendirian pos tersebut untuk menjaga Kepulauan Mapia dari kapal asing maupun negara luar masuk ke wilayah teritorial Indonesia tanpa izin.

"Sudah ada sejak 2000an pos ini didirikan untuk menjaga Kepulauan Mapia," ujar Ardianto kepada Liputan6.com, Senin (11/9/2023).

Ardianto menjelaskan, telah melaksanakan tugas menjaga Kepulauan Mapia sejak empat tahun lalu di pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina dan Republik Palau. Saat bertugas, Ardianto harus mampu beradaptasi dengan alam dan masyarakat di Kepulauan Mapia.

"Kami harus cepat beradaptasi dan berbaur dengan kehidupan masyarakat Kepulauan Mapia," jelas Ardianto.

Pos PAM TNI AL rutin melakukan patroli wilayah mulai menyisir bibir pulau hingga lingkungan masyarakat Mapia. Selama bertugas pernah menemukan kapal asing diduga wisatawan mendekat ke kepulauan Mapia, dengan cepat pihaknya melakukan pengusiran untuk menjauh dari Kepulauan Mapia.

"Saat kapal wisatawan asing datang itu saat Covid-19, kami tidak berani mendekat karena khawatir akan menularkan virus Covid-19," tegas Ardianto.

Pada saat Covid-19, kapal sabuk tidak dapat mendekat ke Kepulauan Mapia sehingga pihaknya kehabisan stok pangan. Tidak menyerah dengan keadaan tersebut, pihaknya bersama masyarakat masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan pengganti.

"Kami mencari Burak atau semacam talas di dalam hutan sebagai pengganti nasi," ucap Ardianto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kehidupan Masyarakat Mulai

Satgas Pengamanan Pulau Terluar Korps Marinir TNI AL melakukan patroli di Kepulauan Mapia, Distrik Supiori Barat, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).
Satgas Pengamanan Pulau Terluar Korps Marinir TNI AL melakukan patroli di Kepulauan Mapia, Distrik Supiori Barat, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).

Kerap berbaur dengan masyarakat membuat Ardianto merasa prihatin dengan kehidupan masyarakat Mapia. Bukan tanpa sebab, masyarakat Mapia menggunakan air hujan untuk minum dan memasak karena keterbatasan air bersih.

"Di sini air sumur nya payau sehingga hanya dapat digunakan untuk mencuci," terang Ardianto.

Selain itu, penerangan di Kepulauan Mapia masih minim karena Pembangkit Listrik Tenaga Surya mengalami kerusakan. Atas kebutuhan masyarakat, Pangkalan TNI AL Biak meminta bantuan kepada Kementerian Sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kepulauan Mapia.

"Kami bersyukur akhirnya masyarakat Mapia mendapatkan bantuan air bersih dan penerangan, hingga solar home system dari Kementerian Sosial," ucap Ardianto.

Sementara, anggota Satgas Pengamanan Pulau Terluar Kepulauan Mapia, Sertu Eric Sudirgo mengatakan, sudah bertugas selama tiga bulan dan akan ditempatkan di Kepulauan Mapia selama satu tahun. Anggota Pasukan Marinir 3 Sorong rutin melakukan patroli keluar masuk hutan hingga ke lautan disekitar Mapia.

"Selain Kami, terdapat juga dari TNI AD ikut dalam bagian Satgas Pengamanan Pulau Terluar di Kepulauan Mapia," ujar Eric.

Anggota dari Batalion Intai Amfibi mengungkapkan, hidup di Kepulauan terluar perlu penjagaan ekstra dari kemungkinan adanya gangguan dari wilayah luar. Untuk itu, pihaknya melakukan patroli diwilayah Kepulauan Mapia baik darat maupun lautan.

"Selain faktor alam yang tidak menentu untuk mengawasi lautan Indonesia, khususnya Kepulauan Mapia, kami harus beradaptasi dengan kehidupan serba terbatas," Eric.

 


Ikut Bekerja Bantu Masyarakat

Memiliki mental tempur, segala rintangan yang dihadapi dapat diatasi untuk menjaga Kepulauan Mapia sebagai kepulauan terluar Indonesia. Dalam menjaga Kepulauan Mapia, perlu kecermatan dan ketelitian dalam mengawasi kapal asing maupun indikasi adanya penyusup dari luar memasuki wilayah Indonesia tanpa izin.

"Jangan ada kapal asing masuk ke Indonesia tanpa izin, mulai melakukan ilegal fishing hingga penyelundupan narkotika melalui jalur laut," tegas Eric.

Sebagai penjaga perbatasan bukan hanya mengawasi kepulauan maupun lautan, namun Satgas Pengamanan Pulau Terluar turut membantu masyarakat.

Terkadang pihaknya membantu masyarakat yang sedang bekerja gotong royong maupun memberikan pendidikan dasar kepada siswa SD di kepulauan Mapia.

"Kami juga berbaur dengan masyarakat maupun ikut membantu memberikan bantuan dasar pendidikan kepada anak-anak," pungkas Eric.

Infografis Serba-Serbi Bawaan Para Gubenur di Titik Nol IKN Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Serba-Serbi Bawaan Para Gubenur di Titik Nol IKN Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya