Ada Desa Cokelat di Lereng Merapi

Selain buah kakao yang ukurannya besar, daya tarik dusun ini terletak pada hasil produk olahan cokelat mirip pasir Merapi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Agu 2016, 19:34 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 19:34 WIB
desa cokelat di lereng merapi
Desa Cokelat di Lereng Merapi (Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Warga Lereng Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta menawarkan wisata baru. Desa Cokelat namanya.

Desa ini terletak di Dusun Tanen, Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman. Di sana kita bisa terlibat kegiatan perkebunan kakao atau cokelat, seperti konservasi lingkungan, pembibitan kakao, pengendalian hama penyakit terpadu. Lalu pembuatan pupuk kompos dan pupuk cair organik, serta fermentasi biji kakao.

Saat ini, luas lahan kakao di dusun Tanen mencapai 9,9 hektare yang dikelola oleh kelompok Tani Cokelat Tanen.

Selain buah kakao yang ukurannya besar, daya tarik dusun ini terletak pada hasil produk olahan cokelat yang memiliki tekstur khas mirip pasir Gunung Merapi. Salah satu inovasinya adalah jadah atau makanan cokelat.

Desa Cokelat di Lereng Merapi (Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Pengunjung dapat menikmati uniknya cokelat pasir Merapi sekaligus merasakan cokelat langsung dari kebun. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat mengolah cokelat sendiri.

Selain wisata cokelat, pengunjung juga bisa belajar kesenian tari, karawitan, batik, membuat mainan khas tradisional, dan tata rias.

Sementara bagi para pengunjung yang ingin bermalam, disediakan fasilitas penginapan di rumah-rumah warga, ruang pertemuan, tempat ibadah, dan tempat olahraga serta outbound.

"Tujuan pengembangan agrowisata ini untuk meningkatkan perekomonian masyarakat petani dalam upaya menyukseskan program pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi warga desa sekitarnya," ujar Ketua Tim Program ini, Abdul Malik di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (25/8/2016).

Dia menuturkan, program yang dinamakan Edu Agro Tourism of COCOA (EAT COCOA Merapi) ini berhasil mendapatkan Hibah Bina Desa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Dana itu kemudian digunakan untuk menunjang segala kebutuhan terkait realisasi Desa Wisata Pertanian Kakao Organik.

Ia menambahkan, konsep pemberdayaan masyarakat ini pun sempat menjuarai Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia di IPB tahun 2013.

Program ini dikembangkan oleh enam mahasiswa yang tergabung dalam kelompok studi Klinik Agromina Bahari Fakultas Pertanian UGM sejak 2013. Mereka adalah Abdul Malik, Endri Geovani, Hendri Yudha Winanto, Deni Muslifah, Siti Muawanah, dan Restiana Ruly.

Desa Cokelat di Lereng Merapi (Switzy Sabandar/Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya