Magma Semakin Dekat Permukaan, BPPTKG: Erupsi Gunung Merapi Tak Seperti 2010

Menurut data sampai saat ini, erupsi Gunung Merapi tidak seperti tahun 2010, diprediksi seperti tahun 2006

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2020, 14:00 WIB
Memantau aktivitas Merapi
Petugas dari komunitas Siaga Merapi memantau aktivitas gunung merapi dari Lapangan Stiper, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Kamis (19/11/2020). Status Gunung Merapi sudah dinaikkan pada 5 November 2020 lalu dari waspada level II menjadi siaga level III. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Magelang - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyampaikan perkembangan terakhir aktivitas Gunung Merapi bahwa magma semakin menuju ke permukaan.

"Aktivitas Merapi sampai saat ini tingkatnya masih tinggi, baik kegempaannya, kemudian deformasinya, dan guguran juga masih sering terjadi. Hal ini semakin menunjukkan bahwa magma semakin menuju ke permukaan," katanya, menjelaskan aktivitas Gunung Merapi, di Magelang, Jumat, dikutip Antara.

Ia menyampaikan hal tersebut kepada pers saat mendampingi kunjungan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengunjungi tempat pengungsian Merapi di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Namun, menurut data sampai saat ini, erupsi Gunung Merapi tidak seperti tahun 2010, diprediksi seperti tahun 2006, kira-kira efeknya seperti itu. Jadi nanti ada kubah lava kemudian ada awan panas.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Arah Luncuran Guguran

FOTO: Magma Gunung Merapi Semakin Dekati Permukaan
Suasana di Pos Pantau Merapi Induk Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (20/11/2020). Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyebut perjalanan magma Gunung Merapi ke puncak makin dekati permukaan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ia menyebutkan untuk potensi daerah bahaya karena bukaan kawah itu ada di sisi tenggara maka potensi masih ada di sisi tenggara, namun demikian karena guguran itu beberapa kali terjadi pusatnya ada di sisi barat dan barat laut sehingga kemungkinan potensi juga ada di arah barat dan barat laut.

"Kita sudah menentukan jarak lima kilometer untuk barat, barat laut sampai dengan tenggara itu agar mulai dilakukan kewaspadaan," katanya.

Terkait guguran yang terjadi akhir-akhir ini, katanya, bukan lava baru atau bukan lava pijar. Terjadi guguran ini adalah material-material lama atau sisa-sisa lava yang lama.

"Jadi di atas itu ada lava 98 yang merupakan lava sisa erupsi tahun 1998, kemudian ada juga lava 48 artinya sisa erupsi tahun 1948. Lava-lava itu yang sering terjadi guguran pada saat ini," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya