Liputan6.com, Cirebon - Pandemi Covid-19 tak menyurutkan masyarakat adat di Cirebon menggelar prosesi ritual adat yang sudah diwariskan turun-temurun.
Seperti pihak Keraton Kanoman Cirebon yang tetap menggelar tradisi suroan. Para keluarga hingga kerabat Keraton Kanoman Cirebon datang mengikuti prosesi ritual bernama Selamata Bubur Sura Cirebon.
"Ini salah satu tradisi yang diwariskan Sunan Gunung Jati kepada kami penerusnya dan harus selalu dijalankan," kata Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Muhammad Qodiran, Kamis (19/8/2021).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengatakan, peringatan Asyura memiliki keutaman untuk belajar bersedekah. Mulai dari uang, hingga tanaman hasil bumi, dan buah-buahan untuk dijadikan bahan pokok pembuatan bubur suro.
Semua bahan pembuatan Bubur Sura di Cirebon tersebut adalah swadaya dari masayarakat untuk bahan-bahan pembuatan bubur suro.
"Kami dan para pengabdi dalem yang mengolah kemudian diritualkan," ujar dia.
Sebagai penanda, bubur sura Keraton Kanoman Cirebon terdiri dari bubur beras, santan kelapa serta lauk pauk. Sementara itu, bubur beras sendiri terdiri dari beras, air, kelapa parud, salam, serai, klungsu, pisang saba, tales, uwi, dan garam.
Adapun lauk pauk penyerta bubur sura sendiri terdiri dari 18 macam, mulai dari sambal goreng, dendeng daging sapi suwir, hingga daun kemangi.
"Kemudian bubur sura dan lauk pauknya disajikan dalam takir atau wadah yang terbuat dari daun pisang klutuk berbentuk perahu sebagai pengingat Bahtera Nabi Nuh," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini
Sunan Gunung Jati
Ritual bubur sura ini diawali dengan prosesi memasak oleh rombongan abdi dalem Panca Pitu, kemudian prosesi penyajian bubur suro di Bangsal Jinem Keraton Kanoman.
Pelaksanaan acara Ritual Selametan Bubur Sura di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.
Patih Qodiran menjelasakan, sura atau muharram merupakan salah satu bulan yang banyak mengandung kemuliaan hingga mistis dalam tradisi Islam di Indonesia khususnya di Keraton Kanoman Cirebon.
"Sebagai bulan pertama dalam mengawali tahun baru baik tahun baru Islam dan tahun baru Saka Aboge Keraton. Bulan Suro ini menjadi waktu khusus dilakukan acara ritual yang erat kaitanya dengan peristiwa besar sejarah Islam dan kosmologi dalam hitungan weton dan primbon," ujar dia.
Dia mengatakan, ritual bubur sura ini sudah dilakukan sejak masa Sunan Gunung Jati. Ritual yang dilakukan setiap tanggal 10 Sura ini tidak lepas dari sejumlah peristiwa besar dalam sejarah Islam.
Seperti taubatnya Nabi Adam AS kepada Allah, berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS, selamatnya Nabi Ibrahim AS dari api hukuman Raja Namrud. Dibebaskannya Nabi Yusuf AS dari penjara, Nabi Ayyub disembuhkan dari penyakit, Nabi Musa dan umatnya diselamatkan dari kejaran Fir’aun terjadi pada bulan asyura.
"Sampai pada kisah terbunuhnya Sayyidina Husen bin Ali yang tak lain cucunya Nabi Muhammad SAW terjadi tepat pada tanggal 10 Sura," ujar dia.
Kemudian, lanjutnya, sejumlah peristiwa bersejarah tersebut, dikemas dalam sebuah tradisi yang disebut Bubur Sura oleh para Wali Sanga khususnya Sunan Gunung Jati.
"Sampai sekarang kami sebagai penerusnya akan berusaha melestarikan apa yang sudah menjadi warisan leluhur kami," ujar dia.
Advertisement