Kekayaan Tersembunyi di Kerajaan Kupu-Kupu Bantimurung Bulusaraung

Bukan hanya kupu-kupu, beragam kekayaan hayati tersimpan di Bantimurung Bulusaurung.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 15 Sep 2022, 01:16 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2022, 01:16 WIB
Kupu-kupu di TN Bantimurung Bulusaurung (Foto: FN Noni)
Bukan hanya kupu-kupu, beragam kekayaan hayati tersimpan di Bantimurung Bulusaurung.

Liputan6.com, Maros - Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dikenal dengan julukan ‘The Kingdom of Butterfly’ karena beragamnya keanekaragaman kupu-kupu. Ada lebih dari 250 jenis kupu-kupu ditemukan di dalam kawasan. Hal inilah menjadi salah satu alasan kawasan ini dimasukkan dalam taman nasional.

Namun, bukan hanya kupu-kupu. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan ini memiliki kekayaan hayati yang tinggi dan menjadi salah satu biodiversity hotspot di Sulawesi Selatan.

Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung mencatat hingga Desember 2017 tercatat 33 jenis mamalia, 155 jenis burung, 31 jenis reptilia, 17 jenis amphibia, 23 jenis ikan, 41 jenis gastropoda, 6 jenis oligochaeta (cacing), 26 jenis malacostraca (Crustacea), 14 jenis arachnida (laba-laba, kalajengking, dan ketonggeng), hingga 53 jenis entognatha (artopoda).

“Penelitian yang dilakukan oleh staf atau dari universitas dan NgO bisa menambah data keanekaragaman hayati di dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Masih banyak data yang belum diperbaharui,” kata Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Yusak Mangetan.

Pihak balai pun mengundang para pegiat untuk melakukan penelitian di kawasan ini. Yusak menambahkan bahwa ada banyak kegiatan dalam melindungi satwa dan flora yang termasuk jenis terancam dan tidak banyak informasinya. Di antaranya kegiatan dalam identifikasi, inventarisasi dan pemetaan sebaran; penetapan site monitoring; monitoring populasi dan lainnya.

 

Pohon Daftar Merah 

Pohon keeri atau Hopea celebica di dalam kawasan taman nasional (foto: FN Noni)
Pohon keeri atau Hopea celebica di dalam kawasan taman nasional (foto: FN Noni)

Salah satu kegiatannya yaitu inventarisasi dan pemetaan keberadaan jenis pohon terancam, salah satunya jenis pohon keeri atau Hopea celebica di dalam kawasan taman nasional. Jenis ini termasuk dalam terancam punah pada daftar merah IUCN.

Menurut Arief Hamidi, National Botanist, Fauna & Flora International’s Indonesia Programme jenis pohon keeri termasuk jenis Dipterocarpacea. Pertelaan pohon keeri yaitu pohon berukuran sedang, diameter batang bisa mencapai 100 cm. Pepagan luar halus kemudian pecah-pecah mengerak saat tua, berwarna gelap, pepagan dalam putih kekuningan.

Daun penumpu luruh awal meninggalkan bekas berukuran kecil lebih kurang 1 mm. Tangkai daun pendek, daun tunggal, bundar-lanset berukuran (5,5)8-22 x (2,2-)2,5-8 cm, kaku agak tipis. Perbungaan malai panjangnya hingga 9 cm, muncul di ujung ranting/cabang.

“Jenis ini juga bisa digunakan untuk membangun rumah. Dulunya masyarakat di sekitar kawasan taman nasional menggunakan jenis ini untuk membangun rumah tapi tidak banyak yang tahu bahwa jenis ini memiliki kekuatan seperti jenis pohon meranti,” terang Arief.

Arief menambahkan penggunaan jenis pohon ini yang terus menerus menyebabkan populasi di alam semakin berkurang. Kegiatan bersama sedang dilakukan dengan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan Fauna & Flora International’s Indonesia Programme dalam pemetaan, penanaman dan mendukung regenerasi alami populasi liar pohon keeri.

Identifikasi awal sudah dilakukan pada kawasan taman nasional pada Agustus lalu. Tim Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan Fauna & Flora International’s Indonesia Programme menemukan 264 pohon keeri/ 36,2 Km. Selain temuan pohon yang hidup, tim juga menemukan bekas tebangan di dalam kawasan.

Menurut Arief temuan ini sangat menarik karena tempat tumbuh jenis Hopea celebica yang sangat terbatas di dataran rendah dan di hutan karst seperti di dalam Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

“Kita juga membutuhkan peran serta masyarakat yang sedari dulu telah menggunakan jenis pohon keeri untuk rumah mereka. Dengan melakukan regenerasi jenis ini, bisa mengurangi kepunahan di alam.” Jelas Arief.

Penulis: Fransisca N Tirtaningtyas, peneliti di Fauna&Flora International

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya