Guratan Kuas Lukiskan Sengitnya Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang

Para pelukis Palembang melukis perjuangan para tentara Indonesia saat Perang 5 Hari 5 Malam melawan tentara Belanda di Palembang Sumsel.

oleh Nefri Inge diperbarui 06 Jan 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 05:00 WIB
Guratan Kuas Para Pelukis Gambarkan Sengitnya Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang
Koko, salah satu pelukis Palembang saat melukis perjuangan para tentara Indonesia saat Perang 5 Hari 5 Malam melawan tentara Belanda di Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) tak luput dari jajahan kolonial Belanda di masa lalu. Belanda ingin menguasai Kota Palembang, karena mempunyai kekayaan alamnya. Serta Palembang berpotensi sebagai pusat pemerintahan, kekuatan militer, kegiatan politik dan ekonomi di Sumatera Selatan (Sumsel).

Di tahun 1947, tepatnya di tanggal 1-5 Januari, Tentara Indonesia (TRI) melakukan perlawanan terhadap serangan pasukan tentara Belanda, yang saat itu bernama NICA. Pertempuran 5 hari 5 malam terjadi hingga berakhir dengan adanya kesepakatan antara Belanda dan TRI.

Tahun 2023 diawali dengan peringatan Perang 5 Hari 5 Malam, yang digelar di halaman Museum Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) di Jalan Merdeka Palembang Sumsel.

Event tahunan ini akan digelar 5 hari berturut-turut, dari 1-5 Januari 2023. Di hari ketiga, diisi dengan kegiatan melukis momen Perang 5 Hari 5 Malam, yang dilakoni 10 orang pelukis.

<p>Para pelukis Palembang melukis perjuangan para tentara Indonesia saat Perang 5 Hari 5 Malam melawan tentara Belanda di Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)</p>

Salah satu pelukis asal Palembang, Saridayanto Koko (51) mengatakan, dia bersama para pelukis lainnya tidak mempunyai konsep awal saat melukis. Namun mereka membuat guratan warna-warni dari kuas ke kanvas putih, untuk mengilustrasikan gambaran sejarah yang tak boleh dilupakan.

“Hanya spontanitas saja, apa yang akan kita lukis di atas kanvas. Namun tetap pada tema, menggambarkan perjuangan para pejuang saat Perang 5 Hari 5 Malam di Kota Palembang,” ucapnya kepada Liputan6.com, Selasa (3/1/2023).

Koko, sapaan akrabnya, melukis sosok TRI dengan paduan warna hitam, merah, putih yang menggambarkan semangat perjuangan yang membara.

Lukisan dirampungkan dalam waktu beberapa jam, dengan teknik-teknik lukisan masing-masing. Selain Koko, ada juga Marta, Edi Fahyuni, Angga, Hariyanto, Sujarwo, Rudi Maryanto. Ikbal dan Fiz Azwar yang merampungkan gambar di 10 unit kanvas.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Monpera Palembang

Guratan Kuas Para Pelukis Gambarkan Sengitnya Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang
Museum Monpera Palembang di Jalan Merdeka Nomor 1 Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Koordinator kegiatan melukis, Fiz Azwar mengatakan, kegiatan tersebut digelar dalam peringatan 76 Tahun Perang 5 Hari 5 Malam, yang diramaikan beberapa komunitas dan para pelajar di Palembang.

“Kita mengekspresikan bagaimana sengitnya pertempuran 5 Hari 5 Malam. Ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotism, agar generasi muda tetap ingat tanggal 1-5 Januari itu ada perang heroik,” ujarnya.

Museum Monpera Palembang, lokasi perhelatan Perang 5 Hari 5 Malam juga tak luput dari sejarah kemerdekaan Indonesia di Kota Palembang.

Monumen ini diinisiasikan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di Sumsel, yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Hingga tanggal 17 Agustus 1975, dilakukan peletakan batu pertama monumen ini.

Monumen Bersejarah

Guratan Kuas Para Pelukis Gambarkan Sengitnya Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang
Patung Gading Gajah bercat putih yang menjadi salah satu monumen di Museum Monpera Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Pembangunan Museum Monpera Palembang dimulai di tahun 1980 hingga 1988 secara bertahap, menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Tingkat I Sumsel.

Tanggal 23 Febuari 1988, Museum Monpera Palembang rampung dan diresmikan oleh Menko Kesra Alamsyah Ratu Prawiranegara. Museum Monpera dibangun untuk memperingati serangan dari Agresi Militer Belanda II, yang pada saat itu Belanda mengepung Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri.

Museum tersebut dibangun di lahan seluas 23.565 m², dengan luas bangunan 3.926,4 m². Diluar bagian luar dinding monumen, terdapat patung garuda berukuran besar dan di bawahnya terdapat tulisan fungsi dan makna dari arsitektur.

Di depan monument, ada dua mobil tank serta patung Gading Gajah bercat putih. Patung ini dilengkapi dengan nisan peresmian Museum Monpera Palembang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya