50 Hektare Lahan Terancam Gagal Panen, Warga di Desa Cikujang Sukabumi Kompak Perbaiki Irigasi

Puluhan hektare lahan pertanian warga di salah satu desa Kabupaten Sukabumi terancam gagal panen. Akibat saluran irigasi Leuwi Loa rusak setelah diterjang banjir.

oleh Fira Syahrin diperbarui 13 Agu 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 21:00 WIB
Warga gotong royong membangun bendungan irigasi Leuwi Lio untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Cikujang, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).
Warga gotong royong membangun bendungan irigasi Leuwi Lio untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Cikujang, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

Liputan6.com, Sukabumi - Setidaknya ada sekitar 50 hektare lahan pertanian milik warga di Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yang terancam gagal panen.

Ketakutan itu diungkapkan warga petani, setelah rusaknya saluran irigasi Leuwi Loa yang berada di Desa Cibentang, Kecamatan Gunungguruh, akibat diterjang banjir bandang pada beberapa tahun lalu. 

Salah seorang warga Kampung Kutamaneuh, RT 23/RW 11, Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Muhammad Vikri (37) mengatakan, untuk mengantisipasi ancaman gagal panen tersebut, belasan warga yang mayoritas para petani pun melakukan kerja bakti untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak akibat bencana alam.

“Itu irigasi atau bendungannya jebol ada sekitar 2 tahun lalu,” ujar Vikri saat dikonfirmasi pada Senin (12/8/2024).

Warga terpaksa melakukan gotong royong untuk memperbaiki bendungan tersebut dengan peralatan seadanya. Sebab, jika tidak segera diperbaiki, warga khawatir dapat mengancam gagal panen. Khususnya, untuk lahan persawahan warga.

“Keberadaan bendungan atau irigasi di Leuwi Loa itu, sangat dibutuhkan warga. Karena, airnya untuk mengairi lahan pertanian warga sekitar 50 hektare di Kampung Kutamaneuh, Kampung Babakan, dan Kampung Ciburial,” jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bendungan Juga Dipakai untuk Akses Air Kolam Ikan Milik Warga

Warga gotong royong membangun bendungan irigasi Leuwi Lio untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Cikujang, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).
Warga gotong royong membangun bendungan irigasi Leuwi Lio untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Cikujang, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

Lebih lanjut, selain untuk mengairi lahan pertanian, masih kata Vikri, air dari bendungan tersebut juga kerap dimanfaatkan warga untuk mengairi kolam ikan milik warga sekitar. 

“Lokasi bendungan yang jebol itu, berada di atas sungai. Iya, jadi kalau tidak kami bendung. Maka, airnya tidak bisa mengalir ke saluran irigasi untuk didistribusikan ke pertanian warga,” ungkapnya.

Pihaknya menyebut, bahwa para petani sudah berupaya meminta bantuan kepada pemerintah Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, untuk membangun kembali bendungan yang rusak tersebut. Namun, hingga kini belum ada kejelasan tindak lanjut dari pemerintah desa.

“Kalau tidak diperbaiki, dampaknya akan gagal panen sudah jelas merugikan warga dan petani. Ini kurang lebih sudah ada 2 tahun ya, terus-terus saja gitu kerja bakti, warga berupaya membuat bendungan dari bambu dan bilik dengan panjang kira-kira 20 sampai 30 meteran,” tuturnya.

 


Warga Harapkan Bantuan Perbaikan Saluran Irigasi

Salah seorang tokoh masyarakat di Kampung Kutamaneuh Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi, H. Dada (45) mengungkapkan, ia bersama warga lainnya berharap kepada pemerintah dan dinas terkait, bisa segera membantu memperbaiki saluran irigasi yang jebol akibat bencana alam tersebut.

“Iya, ini sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak dan tidak ada perhatian dari pemerintah. Makanya, kami bersama warga lainnya langsung berjibaku memperbaiki bendungan itu dengan peralatan seadanya,” kata H Dada.

Dia mengatakan, perbaikan irigasi yang dilakukan warga secara swadaya ini, hanya bersifat sementara atau tidak permanen. Ini terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan anggaran. 

“Iya, bendungan itu kami buat dengan menggunakan bambu. Kalau hujannya deras atau lagi banjir bandang, kayaknya bisa rusak lagi bendungan yang kami buat itu,” ucapnya.

“Untuk itu, kami berharap pemerintah dapat segera meninjau ke lokasi bendungan untuk melihat secara langsung kondisi petani di wilayah ini,” sambung dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya