Liputan6.com, Jakarta - Mengikuti bursa saham Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan di awal pekan ini. Pelaku pasar sedang menanti rilis kinerja emiten dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, IHSG melemah 23,44 poin (0,48 persen) menjadi 4.833,14. Indeks saham LQ45 melemah 0,72 persen ke level 822,39. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Baca Juga
Tekanan terhadap IHSG ini terus berlanjut pada pembukaan pukul 09.00 WIB. IHSG turun 26,96 poin (0,56 persen) ke level 4.829,63. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,87 persen ke level 821,14.
Advertisement
Ada sebanyak 76 saham tergelincir sehingga menekan IHSG. Sedangkan 30 saham menghijau. 58 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 4.983 kali dengan volume perdagangan saham 111,44 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 137,50 miliar.
Secara sektoral, sepuluh sektor saham melemah kompak di zona merah. Sektor saham industri dasar turun 1,11 persen, dan memimpin pelemahan indeks saham. Sektor saham manufaktur tergelincir 0,81 persen, dan sektor saham perkebunan melemah 0,75 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 7 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 7 miliar.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham HRUM naik 2,44 persen ke level Rp 1.050 per saham, saham BRSM naik 1,59 persen ke level Rp 54, dan saham PBRX mendaki 2,29 persen ke level Rp 670 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan. Saham SMGR turun 2 persen ke level Rp 11.000 per saham, saham ASII melemah 0,75 persen ke level Rp 6.600 per saham, dan saham UNTR tergelincir 2,03 persen ke level Rp 18.100 per saham.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan IHSG akan mengalami tekanan. Sejumlah sentimen seperti rilis kinerja emiten kuartal II dan pergerakan rupiah akan mempengaruhi bursa saham. Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.444 per dolar AS.
"Kinerja kuartal kedua diyakini tidak terlalu baik sehingga koreksi rentan terjadi. Selain itu nilai tukar rupiah juga masih melemah di kisaran 13.400. Strategi sell on strength dapat dilakukan," kata David dalam ulasannya. (Ahm/Ndw)