Sambut Akhir Pekan, Reli Wall Street Terhenti

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi menyambut akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Des 2018, 05:13 WIB
Diterbitkan 29 Des 2018, 05:13 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi menyambut akhir pekan ini. Indeks saham acuan utama di wall street cenderung menguat selama sepekan untuk pertama kali pada Desember 2018.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 76,42 poin atau 0,33 persen ke posisi 23.062,40. Indeks saham S&P 500 turun tipis 3,09 poin atau 0,12 persen ke posisi 2.485,74. Indeks saham Nasdaq bertambah 5,03 poin atau 0,08 persen ke posisi 6.584,52.

Pada pekan ini, indeks saham S&P 500 menguat 2,86 persen, indeks saham Dow Jones bertambah 2,75 persen dan indeks saham Nasdaq naik 3,97 persen.

Meski demikian, indeks saham S&P 500 tersungkur lebih dari 9 persen pada Desember. Penurunan itu terbesar sejak Februari 2009, selama krisis keuangan.

Indeks saham acuan cenderung bergejolak menyambut akhir pekan ini. Indeks saham Dow Jones berakhir lebih rendah, dan Nasdaq catatkan keuntungan.

Menjelang akhir tahun pun, investor akan fokus terhadap rilis data ekonomi pada pekan depan termasuk manufaktur dan tenaga kerja.

"Mungkin hanya kegugupan dengan minggu yang pendek akan datang. Ada banyak potensi untuk bergerak satu dan lain cara. Kami memiliki banyak data masuk pekan depan,” tutur Bucky Hellwig, Wakil Presiden Direktur BB&T Wealth Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (29/12/2018).

Seperti diketahui, indeks saham di wall street mampu berbalik arah pada penutupan perdagangan Kamis pekan ini usai pergerakan bergejolak. Sebelumnya pada perdagangan Rabu, indeks saham Dow Jones cetak kenaikan satu hari terbesar dalam hampir satu dekade. Adapun indeks saham S&P 500 cenderung tertekan dimulai pada malam Natal.

"Pasar tampaknya membentuk dasar yang dapat diperdagangkan. Dalam beberapa hari terakhir dan bahkan termasuk hari ini, Anda melihat investor masuk dan mulai mencari penawaran,” tutur Michael Arone, Chief Investment Strategist State Street Global Advisors.

 

Faktor yang Membayangi Investor pada 2019

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Kekhawatiran soal perang dagang Amerika Serikat-China, ketidakstabilan pemerintahan AS oleh karena penutupan sebagian pemerintah federal, dan perlambatan pertumbuhan laba perusahaan AS terus membayangi investor pada 2019.

Namun, penurunan saham baru-baru ini membuat valuasi lebih masuk akal. Sejumlah pengmat menilai, pelaku pasar menjadi lebih percaya diri dengan langkah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve.

"Investor mulai mempertimbangkan fakta kalau the Fed akan menaikkan suku bunga pada laju yang lebih lambat pada 2019,” ujar Arone.

Penguatan saham pada pekan ini juga didukung dari investor beralih ke saham yang sebelumnya investasi di obligasi. Aliran dana investor masuk mencapai USD 5,2 miliar ke pasar saham, dan merupakan aliran dana pertama kali pada Desember. Sedangkan aliran dana keluar dari pasar obligasi mencapai USD 8,3 miliar. Hal itu berdasarkan data Lipper.

Saham yang menguat antara lain saham Tesla Inc menanjak 5,6 persen usai Pendiri Oracle Corp Larry Ellison menanggapi permintaan regulator AS untuk pengawasan independen manajemen perusahaan. Dell Technologies kembali menjadi perusahaan terbuka usai hampir enam tahun go private.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 8 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 9,2 miliar saham selama 20 sesi terakhir.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya