Ini Penyebab IHSG Tertekan Jelang Akhir Pekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham Jumat, 26 Februari 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Feb 2021, 15:03 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2021, 15:03 WIB
IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus tertekan pada sesi pertama perdagangan saham Jumat (26/2/2021). Sentimen global cenderung menekan IHSG menjelang akhir pekan ini.

Mengutip data RTI pada pukul 14.42 WIB, IHSG melemah 0,98 persen ke posisi 6.229. IHSG sempat berada di level tertinggi 6.302,39 dan terendah 6.184,51. Sebanyak 371 saham melemah sehingga menekan IHSG. 142 saham diam di tempat dan 125 saham menguat.

Total frekuensi perdagangan saham 1.474.821 kali dengan volume perdagangan saham 21,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 15,1 triliun.

Pengamat pasar modal MNC Asset Management, Edwin Sebayang menuturkan, IHSG tertekan karena sentimen global. Hal ini dipicu kekhawatiran investor terhadap kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. Ia mengatakan, pelaku pasar kini mencermati perkembangan imbal hasil obligasi. Selain itu juga bagaimana langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve terhadap suku bunga.

“Dampak dari kenaikan yield obligasi 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun. Kalau imbal hasil obligasi naik ada sentimen Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga, ini bahaya untuk market,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com

Edwin menambahkan, jika yield obligasi AS naik akan memicu obligasi di negara lain mengikuti agar spread sama. “Hal itu dapat memicu dolar AS naik. Kalau dolar AS ini akan memicu aksi jual di pasar obligasi. Karena risk return naik, (pelaku pasar-red) mereka jualan di bursa saham dan komoditas,” kata dia.

Dengan kondisi pasar saham tertekan, Edwin menyarankan untuk mengalihkan aset saham bervaluasi mahal untuk merilik saham-saham yang masih murah valuasinya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Gerak IHSG pada Sesi II

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan pada perdagangan saham Jumat, (26/2/2021). Pada sesi kedua, IHSG masih melemah.

Mengutip data RTI pukul 14.47 WIB, IHSG turun 1,57 persen ke posisi 6.192,77. Indeks saham LQ45 susut 1,54 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Sebanyak 403 saham melemah sehingga menekan IHSG. 106 saham menguat dan 120 saham diam di tempat.

Pada sesi kedua, IHSG berada di level tertinggi 6.302,39 dant erendah 6.184,51. Total frekuensi perdagangan saham 1.177.484 kali dengan volume perdagangan saham 16,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 59,57 miliar di pasar reguler pada saat IHSG anjlok.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri susut 3,31 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang melemah 2,7 persen dan sektor saham industri dasar tergelincir 2,73 persen.

Saham-saham yang menguat tajam atau top gainers antara lain saham NOBU menguat 24,69 persen, saham INPC meroket 17,86 persen, saham MTPS naik 17,14 persen, saham BACA menguat 15,69 persen, saham BGTG naik 15,43 persen.

Saham-saham yang tertekan atau top losers antara lain saham PLAN turun 9,28 persen, saham EDGE susut 6,95 persen, saham MYTX tergelincir 6,94 persen, saham FIRE susut 6,92 persen, dan saham KOTA melemah 6,9 persen.

Meski IHSG tertekan, investor asing masih lakukan aksi beli antara lain saham TLKM sebanyak Rp 216 miliar, saham BBRI sebanyak Rp 120,2 miliar, saham BBCA sebanyak Rp 68,4 miliar, saham BBTN sebanyak Rp 39,8 miliar, dan saham TOWR sebanyak Rp 17,9 miliar.

Lalu saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham ASII sebanyak Rp 225,3 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 125 miliar, saham MIDI sebanyak Rp 16,3 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 15,8 miliar, dan saham SMGR sebanyak Rp 15,4 miliar.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 3,13 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 2,77 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 3,99 persen.

Lalu indeks saham Shanghai melemah 2,05 persen, indeks saham Singapura merosot 0,93 persen dan indeks saham Taiwan turun 3,03 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya