Peluang Investasi dan Faktor Penopang pada Era Ekonomi Digital

Salah satu indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan dengan inovasi teknologi yang menjadi bagian dari new economy.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Agu 2021, 15:20 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2021, 15:20 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 dinilai mendorong adaptasi tren konsumsi digital lebih cepat lima tahun dari yang diperkirakan pada industri edukasi, logistik, e-commerce, health-tech, asuransi dan transaksi investasi.

Hal itu disampaikan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Sjahrir saat acara webinar DBS e-Talk Series bertajuk "Navigating the Opportunities in New Economy dikutip pada Minggu (22/8/2021).

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat pada 2030. E-commerce akan memiliki peran sangat besar yang mencapai 34 persen. Selain itu, B2B juga akan tumbuh 13 persen dan health-tech sebesar 8 persen.

Pandu menuturkan, keberadaan e-commerce kini mulai mengambil porsi cukup besar hingga 10 persen dari total pasar ritel yang mencapai USD 300 miliar. Keberadaan e-commerce ini juga melengkapi para pelaku usaha ritel tradisional.

Pandu mengatakan, beberapa perusahaan yang terkait ekonomi digital seperti e-commerce sedang menjalani proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) sehingga semakin meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk investasi di pasar modal.

Hal ini selaras dengan berkembangnya angka investor di pasar modal Indonesia. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), angka year on year (YoY), investor pasar modal Indonesia tercatat meningkat sebesar 93 persen menajdi 5,82 juta hingga Juli 2021.

Sementara itu, Head of Investment and Advisory Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo mengatakan, kasus COVID-19 mempengaruhi kegiatan ekonomi di Indonesia sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, ada sejumlah sentimen positif untuk ekonomi Indonesia salah satu dari program vaksinasi. Menurut Djoko, program vaksinasi 1 juta sudah tercapai.

"Tingkat vaksinasi minimal sekali dosis sudah 17,4 persen, jadi suatu pertumbuhan tampaknya akselerasi ini pasti akan pengaruhi pembangunan cepat pulih kembali," kata dia.

Ia menambahkan, dengan vaksinasi dipercepat ekonomi akan bisa dibuka. Apalagi kasus COVID-19 sudah mulai turun." Contoh case di atas 40 ribu sekarang sudah 20 ribu-30 ribu semoga akan makin membaik dengan ada PPKM masih jalan tetap," kata dia.

Selain itu, menurut Djoko sudah ada fleksibilitas di sejumlah industri dengan bekerja dari kantor 100 persen. Ia mengharapkan hal tersebut juga diikuti kedisiplinan masyarakat patuhi protokol kesehatan sehingga percepat pemulihan ekonomi.Dengan demikian, pihaknya melihat ada penyesuaian pertumbuhan ekonomi.

"GDP Indonesia pada awal diproyeksikan 4 persen, semenjak kasus terakhir meningkat, ada penyesuaian 3,5 persen pada 2021. 2022 pertumbuhan 4,5 persen sejalan dengan global. Tahun depan 5 persen, kita tidak jauh dari itu, inflasi diperkirakan 2 persen, tahun ini 1,5 persen," kata dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penopang Pasar Modal

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Ia mengatakan, dengan pemulihan ekonomi melalui program vaksinasi yang berjalan, inflasi diperkirakan 2,2 persen. Djoko mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan lebih bagus pada 2022.

"Jadi intinya outlook tergantung dari lima hal yaitu vaksinasi, opening economy berkaitan COVID-19, paket stimulus. Bank Indonesia stand by beli obligasi," kata dia.

Djoko menambahkan,, peran investor domestik juga bagus dilihat dari kepemilikan di pasar obligasi dan saham. Ditambah juga kepemilikan investor asing yang kembali masuk ke Indonesia termasuk ke pasar saham sehingga menunjukkan kepercayaan terhadap Indonesia.Dengan rencana perusahaan yang IPO dari sektor financial technology, BUMN dan unicorn juga akan jadi sentimen.

"Investor asing masuk year to date hampir Rp 20 triliun," kata dia.

Dengan melihat kondisi itu, ia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 4,5 persen pada 2022.

Selain itu, dalam keterangan tertulis, Djoko mengatakan, salah satu indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan dengan inovasi teknologi yang menjadi bagian dari new economy, adalah dari performa NYSE R&D Innovation Index sejak 2000 yang telah tumbuh 449 persen, jauh di atas performa Nasdaq Index.

Perubahan lanskap di era new economy ini sudah disikapi sejak awal oleh DBS Treasures Private Client untuk memanfaatkan peluang baru yang mulai bermunculan.

 “Kami merancang dan merekonstruksi strategi wealth preservation nasabah sesuai dengan perkembangan pasar untuk mengelola kekayaan secara maksimal,” ujar Djoko.

 

 

Optimalkan Peluang Investasi

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Ia menambahkan, dalam kaitannya dengan sektor new economy, curated wealth solutions perseroan mencakup layanan eksklusif private banking yang tidak tersedia di semua bank, berupa pengelolaan dana nasabah individual di portofolio global serta reksa dana di market dalam dan luar negeri.

Kemudahan dalam mengoptimalkan dinamika peluang investasi tangguh secara 24/7 dapat dengan mudah didapatkan melalui aplikasi digibank by DBS.

"Kini nasabah dapat menikmati fleksibilitas strategi reksa dana hingga yang berbasis efek syariah  luar negeri, peluang obligasi dalam IDR dan USD, serta transaksi lebih dari 20 mata uang asing dengan nilai tukar real-time,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya