Liputan6.com, Jakarta - Imbas penerapan pembatasan sosial selama pandemi COVID-19, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) harus melakukan efisiensi di sejumlah pos, baik dari sisi capital expenditure atau belanja modal (capex) maupun operational expenditure (opex).
"Semua itu yang bersifat capital expenditure, investasi yang besar dan panjang kita lakukan penghentian,” ujar Direktur Utama PJAA, Teuku Sahir Syahali dalam paparan publik, Senin (30/8/2021).
Baca Juga
"Yang kedua dari sisi OPEC. Pertama dengan karyawan yang dengan sukarela mau dipotong gajinya. Dari direksi sampai ke level vice president itu dipotong 20 persen,” ia menambahkan.
Advertisement
Kemudian, dilakukan efisiensi bagi karyawan outsourcing, serta dan tenaga alih daya diganti dengan karyawan tetap yang bersifat service atau operasional.
Selain itu, Pembangunan Jaya Ancoljuga melakukan efisiensi biaya operasional dengan hanya fokus pada biaya dasar atau basic cost. Di antaranya termasuk biaya untuk pengelolaan dan perawatan sehingga Ancol sudah dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu dapat dibuka dengan kapasitas 100 persen.
"Kemudian beberapa biaya yang wajib kita keluarkan makan ikan makan makanan untuk lumba-lumba laut. Kemudian untuk perawatan Taman perawatan Jalan, listrik dan air itu tetap wajib kita lakukan,” imbuh Sahir.
Perseoran juga menunda sejumlah pajak daerah. “Kemudian beberapa pajak daerah kita lakukan penundaan dan pemotongan,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Ancol
Emiten pengelola taman hiburan Ancol, Dunia Fantasi, dan Sea World itu mencatatkan kerugian sebesar Rp 94,86 miliar pada semester pertama 2021. Kerugian ini membaik atau turun 35,19 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencatatkan rugi bersih Rp 146,38 miliar.
Secara keseluruhan, jumlah pendapatan perusahaan pada paruh pertama tahun ini menyusut 17,05 persen menjadi Rp 210,87 miliar dari semula Rp 254,21 miliar. Segmen usaha yang paling terdampak yakni real estate yang semula sebesar Rp 6,39 miliar kini tidak ada sama sekali.
Selanjutnya pendapatan tiket menyusut dari Rp 154,05 miliar menjadi Rp 112,47 miliar. Sedangkan pendapatan hotel dan hiburan naik menjadi Rp 21,51 miliar dari semula Rp 17,81 miliar. Total pendapatan lainnya termasuk di dalamnya sewa kios dan pengelolaan perumahan juga mengalami kenaikan menjadi Rp 78,23 miliar dari semula Rp 76,32 miliar.
Pada penutupan perdagangan Senin, 30 Agustus 2021, saham PJAA naik 0,40 persen ke posisi Rp 500 per saham. Saham PJAA berada di level tertinggi Rp 500 dan terendah Rp 494 per saham. Total frekuensi perdagangan 57 kali dengan volume perdagangan 1.058 dan nilai transaksi Rp 52,6 juta.
Advertisement