Liputan6.com, Jakarta - Saham Universal Music Group (UMG) BV melonjak pada debut di pasar saham. Investor mengambil kesempatan untuk memiliki saham pemain dominan dalam industri musik yang perlahan kembali bangkit.
Setelah memisahkan diri dari media Prancis Vivendi SG, UMG mencatatkan saham di bursa Amsterdam dengan nilai kapitalisasi pasar EUR 45,4 miliar atau USD 53,2 miliar atau sekitar Rp 757,5 triliun (estimasi kurs rupiah 14.239,3 per dolar AS).
Baca Juga
Pencatatan saham tersebut beberapa hari setelah sektor rekaman musik Amerika Serikat (AS) melaporkan pertumbuhan penjualan yang besar. Hal itu didorong lonjakan penonton streaming di platform musik seperti Spotify dan Apple Music selama pandemi.
Advertisement
Para analis melihat sebagai pendatang baru UMG menang besar di pasar saham. Dengan mengorbitkan banyak bintang  dan lagu-lagu populer dibanding saingannya yakni Sony Music Entertaiment dan Warner Music Group.
UMG mengendalikan 40 persen industri dan kesuksesannya membantu memikat generasi berbakat berikutnya. Menurut IFPI, 9 dari 10 musisi terlaris di seluruh dunia tahun lalu merupakan artis UMG.
Streaming pun menunjukkan tanda-tanda memuncak di beberapa pasar. Meskipun banyak artis yang pendapatannya belum pulih dari hit disebabkan pandemi COVID-19.
Analis meningkatkan penilaian mereka terhadap perusahaan di belakang Taylor Swift, Kendrick Lamar, Elton John dan The Beatles untuk memperhitungkan aliran pendapatan baru dari e-commerce, video game, dan aplikasi kebugaran.
Spin-off akan menghasilkan rezeki nomplok untuk Lucian Grainge selaku Chief Executive Officer UMG. Keuntungan yang didapat lebih dari USD 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun.
Di Amsterdam, saham melonjak 36 persen menjadi EUR 25,14 dari harga referensi EUR 18,50. Saham Vivendi naik 21 persen menjadi EUR 11,08 setelah disesuaikan dengan nilai spin-off.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan UMG
Tantangan bagi UMG adalah mempertahankan posisi selanjutnya ketika generasi baru para pesaing. Selanjutnya, bagaimana fokus pada digital dengan mencoba menarik seniman menjauh dari jurusan dengan memberi mereka lebih banyak kontrol dan lebih banyak pilihan tentang layanan label mana yang akan digunakan.
Dalam dua tahun terakhir, UMG telah menggelontorkan uang untuk musisi dan penulis lagu guna meningkatkan bakat karena lingkungan semakin kompetitif.
"Ketika musik hit terus melihat nilai pasarnya terus meningkat, majors menjadi semakin kompetitif satu sama lain. Dengan industri baru seperti Hipgnosis untuk menandatangani dan saling memiliki hak," kata Tim Ingham, pendiri berita industri musik dan situs analisis Music Business Worldwide.
UMG, Sony dan Warner telah menanggapi ancaman persaingan dengan membiarkan musisi memilih dan menilai setiap layanan label yang mereka inginkan-sambil tetap memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan dari pemasaran global yang kuat dan mesin distribusi.
"Baru-baru ini di pasar modal, UMG menggarisbawahi posisinya yang kuat di industri dan menyoroti tren pertumbuhan yang kuat saat ini," tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan penelitian bulan ini.
Â
Advertisement
Lebih Banyak Kontrol
Vivendi memisahkan 60 persen dari UMG kepada pemegang sahamnya. Dengan memberi mereka satu saham bisnis musik untuk setiap saham Vivendi yang dimiliki.
Vivendi masih mempertahankan 10 persen sahamnya di UMG. Hedge Fund Pershing Square Capital Management LP milik Bill Ackman membeli 10 persen UMG dari Vivendi selama beberapa bulan terakhir.
Pembelian terjadi di sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Tencent Holdings Ltd. Di saat itu pula China memiliki 20
persen sisanya. Vivendi dan miliarder Vincent Bollore (pemegang saham pengendalinya) mengambil pendekatan lepas tangan terhadap asetnya yang paling menguntungkan dan meninggalkan Grainge. Selanjutnya tim eksekutifnya yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan besar tersebut.
Untuk alasan itu, para analis tidak mengharapkan transisi UMG ke status publik akan menyebabkan perubahan langsung dalam strategi atau cara Grainge menjalankan bisnis.
Musik telah membuat pemulihan dramatis dari awal abad ini, ketika internet menekan pasar Compact Disk (CD). Label masih memiliki pekerjaan rumah untuk mendapatkan start-up teknologi dan perusahaan media sosial untuk melisensikan musik dan menghapus lagu yang belum mereka bayar.
Akan tetapi, streaming membuat bisnis lebih dapat diprediksi berkat rim data yang dapat mereka panen sesuai selera audiens dari media sosial dan platform seperti Spotify dan Apple Music.
“Sangat jarang terlihat ketika sebuah label besar akan mempertaruhkan uang muka USD 10 juta atau setara Rp 142, 4 miliar pada seorang artis. Sayangnya kemudian gagal lalu meninggalkan kesepakatan jutaan dolar dalam utang," kata Ingham.Â
Â
Reporter: Ayesha Puri