Bursa Saham Eropa Merosot Imbas Sentimen Lockdown hingga Omicron

Saham Eropa anjlok dari rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir di tengah kecemasan para investor terkait omicron dan lockdown.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Des 2021, 20:28 WIB
Diterbitkan 20 Des 2021, 20:28 WIB
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Eropa alami koreksi besar dalam dua minggu imbas kekhawatiran investor terkait risiko penguncian akibat penyebaran varian COVID-19, omicron.

Indeks Stoxx Europe 600 menurun 1,3 persen persen di London. Indeks saham acuan ini memangkas penurunan 2,6 persen setelah Moderna Inc mengatakan, dosis ketiga vaksin COVID-19 meningkatkan antibodi terhadap omicron. Saham produsen mobil, komoditas dan perjalanan merupakan sektor paling tertekan.

Risiko penguncian kian tinggi saat Menteri Keuangan Inggris Sajid Javid menolak untuk mengesampingkan langkah-langkah yang lebih tegas sebelum Natal. Padahal penasehat kesehatan mendesak lebih banyak regulasi pembatasan kegiatan masyarakat (lockdown) guna menahan penyebaran infeksi COVID-19 yang meningkat tajam.

Pada Sabtu, 18 Desember 2021, Pemerintah Belanda mengumumkan akan memberlakukan lockdown secara penuh sampai 14 Januari 2022. Negara-negara besar di Eropa juga mempertimbangkan kebijakan pembatasan lebih lanjut.

Bursa saham Eropa anjlok dari rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir di tengah kecemasan para investor terkait COVID-19. Keberadaan varian omicron menghambat pemulihan sehingga bank sentral lebih hawkish.

"Kami tetap optimis pada 2022 meskipun pada bulan-bulan musim dingin akan sulit karena meningkatnya inflasi, kekurangan energi yang terus-menerus dan perlunya lockdown lebih lanjut di seluruh Eropa dan Inggris,” ujar Head Of Strategy, Accounting and Sustainability Liberum Capital Joachim Klement, dilansir dari laman Yahoo Finance, Senin (20/12/2021).

Klement menambahkan semua itu kemungkinan berpotensi mengekang ekspektasi pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang. Namun, tidak dipungkiri pembeliam akan melemah tetapi menurut proyeksi akan tetap terjadi pertumbuhan kuat secara keseluruhan pada 2022 dan tingkat inflasi melandai.

Di sisi lain, Jerman menetapkan Inggris masuk kategori risiko tinggi sehingga mengharuskan pelancong yang masuk untuk menjalani karantina wajib 14 hari, terlepas dari status vaksinasinya. Ekonomi Jerman dapat terkontraksi pada kuartal ini karena infeksi COVID-19 yang kembali.

"Omicron yang merajalela dan potensi dampaknya dalam pertumbuhan global yang melambat tajam terus membuat investor bingung,” ujar Analis Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter.

Ia menambahkan, Belanda telah terapkan lockdown dan kemungkinan ada efek domino dari pembatasan yang diberlakukan ke Eropa dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

 

 

Ketidakpastian Akibat Omicron

Ilustrasi Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)

Head Of Investment Strategy and Research EMEA Altaf Kassam mengungkapkan varian omicron kemungkinan memiliki efek yang lebih besar terhadap saham Eropa dibandingkan saham di AS. Ini karena AS mulai memperpanjang masa lockdown sehingga meminimalkan dampak terhadap ekonomi dan layanan keuangan.

"Kami berpikir dalam jangka menengah hingga panjang, masih masuk akal untuk memindahkan aset berisiko dari AS ke Eropa karena Eropa mulai sedikit meningkat. Sektor jasa perekonomian Eropa paling tertekan akibat ketidakpastian varian omicron untuk sehingga memerlukan lockdown agar benar-benar lepas landas, ” tutur Kassam dalam wawancara TV Bloomberg.

Di antara saham individu, saham Novo Nordisk AS jatuh setelah perusahaan mengatakan hambatan manufaktur di pemasok kontrak pada Jumat malam, 18 Desember 2021. Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan di AS untuk obat obesitas blockbuster Wegovy.

Sementara itu, Deutsche Telekom AG menyangkal laporan terkait perusahaan sedang bersiap untuk menjual saham minoritas atau mayoritas dalam bisnis menaranya.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya