Wall Street Menguat Tersengat Rilis Laporan Keuangan Emiten

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 273,38 poin atau 0,8 persen menjadi 35.405,24.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Feb 2022, 06:33 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2022, 06:33 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 1 Februari 2022. Wall street berusaha pulih dari kondisi pasar saham yang bergejolak pada Januari 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 273,38 poin atau 0,8 persen menjadi 35.405,24. Indeks S&P 500 menanjak 0,7 persen menjadi 4.546,54. Indeks Nasdaq mendaki 0,7 persen menjadi 14.346.

Chief Investment Officer Sanctuary Wealth, Jeff Kilburg menuturkan, setelah perdagangan yang bergejolak pada Januari 2022, investor dan trader akhirnya kembali fokus ke musim laporan keuangan.

"Melihat sejumlah hasil kinerja yang mengalahkan prediksi dan panduan ke depan yang lebih baik telah menciptakan banyak optimisme pada musim laporan keuangan ini, yang kami abaikan karena fakta the Federal Reserve mengambil alih panggung utama,” ujar dia dilansir dari CNBC, Rabu (2/2/2022).

Saham bank memimpin pasar lebih tinggi dengan Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing naik 2,6 persen dan 1,7 persen. Saham Wells Fargo juga naik lebih dari 3,3 persen.

Saham bank mendapatkan dorongan karena imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik dua basis poin untuk kembali tembus 1,8 persen. Kenaikan itu terjadi bahkan setelah data manufaktur AS untuk Januari menunjukkan lebih banyak tanda-tanda kenaikan inflasi.

Saham-saham teknologi besar antara lain Netflix dan Meta Platforms berkontribusi pada kenaikan masing-masing naik 7 persen dan 1,8 persen. Alfabet juga naik 1,7 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perdagangan Sepanjang Januari 2022 Bergejolak

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Selama beberapa hari terakhir, investor telah melangkah untuk membeli saat indeks turun secara singkat yang menekan indeks S&P 500 ke wilayah koreksi. Indeks S&P 500 turun 10 persen dari posisi tertinggi. Indeks kapitalisasi besar naik lebih dari 4 persen dalam seminggu terakhir.

Namun,rata-rata indeks utama membukukan kerugian tajam pada Januari 2022 yang ditandai oleh perubahan harga yang signifikan. Indeks Dow Jones melemah 3,3 persen pada Januari 2022. Indeks S&P 500 dan Nasdaq alami penurunan terburuk sejak Maret 2020 yang masing-masing turun 5,3 persen dan 8,98 persen. Koreksi itu merupakan penurunan Januari terbesar S&P 500 sejak 2009.

Selain itu, aksi jual yang terjadi karena the Fed isyaratakan kesiapannya untuk mengetatkan kebijakan moneter. Langkah-langkah itu termasuk menaikkan suku bunga beberapa kali pada 2022 untuk menjinakkan inflasi yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat dekade dan mengurangi neraca keuangannya. Investor berbondong-bondong keluar dari saham teknologi berorientasi ke growth stock yang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.

Volatilitas terjadi ketika investor mencerna pesan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve. Pada satu titik pekan lalu, indeks S&P 500 merosot ke wilayah koreksi pada basis intraday. Sementara itu, indeks Nasdaq turun 11 persen dari level tertinggi sepanjang masa.

Presiden Yardeni Research, Ed Yardeni menuturkan, aktivitas pasar bulan lalu tidak mengubahnya menjadi bearish.

“Kami percaya bahwa begitu FOMC mulai menaikkan suku bunga dan merinci laju pengurangan neraca the Fed, pasar keuangan akan belajar untuk hidup dengan pengetatatan kebijakan moneter selama itu tidak berisiko menyebabkan resesi,” tutur dia.

Prediksi Februari 2022

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara itu, Chief Investment Strategist CFRA, Sam Stovall menuturkan, secara historis Februari merupakan bulan dengan perdagangan yang lemah.

“Kami memulai Februari dengan catatan yang secara tradisional lemah karena ini adalah bulan terburuk kedua tahun ini secara rata-rata untuk S&P, membukukan penurunan kecil rata-rata dan hanya naik 53 persen sepanjang waktu,” kata Stovall.

Ia menambahkan, hal itu menjadikannya yang terburuk kedua setelah penurunan rata-rata September yang lebih dalam. “Lebih buruk lagi, Februari telah jatuh lebih banyak lagi setiap kali mengikuti Januari yang merosot,” kata dia.

Pada Selasa, Alphabet melaporkan pendapatan kuartalan setelah bel perdagangan. Amazon dan Meta dijadwalkan untuk melaporkan kinerja akhir pekan ini.

“Investor hanya dalam pola bertahan saat ini menunggu laporan perusahaan teknologi besar,” ujar CEO Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield.

Ia menambahkan, kombinasi musim laporan keuangan yang dimulai dan pasar obligasi menemukan titik terendah memungkinkan pasar untuk stabil. “Volatilitas akan terus turun dan pasar hanya akan didorong oleh sisa laporan keuangan,” kata dia.

Berdasarkan FactSet, hal ini merupakan musim laporan keuangan solid sejauh ini dengan 78,5 persen dari perusahaan S&P 500 yang telah membukukan hasil mengalahkan harapan laba bersih.

UPS melaporkan pendapatan lebih baik dari perkiraan dan menaikkan dividen kuartalannya sehingga membawa saham UPS naik 14 persen. Saham Exxon Mobil naik lebih dari 6,4 persen setelah melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan. Pendapatan melonjak lebih dari 80 persen dari tahun ke tahun.

Trader juga mencermati data manufaktur AS yang beragam. Institute for Supply Management mengatakan indeks manufaktur berada di 57,6 pada Januari 2022 turun 1,2 poin dari Desember 2021. Data juga menunjukkan harga melonjak 7,9 poin menjadi 76,1 bulan ke bulan menunjukkan tanda kenaikan inflasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya