Kondisi Pasar Modal Indonesia Saat Masuki Musim Politik

Kebijakan pemerintah menjadi penentu arah investasi di dalam negeri, di tengah sentimen global yang beragam.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Mar 2022, 07:47 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 05:00 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia disebut mulai memasuki musim politik. Hal itu mengacu pada selesainya periode kepemimpinan sejumlah pemerintah daerah. Sementara pemerintah pusat mencanangkan pemilu serentak pada 2024 mendatang dan menunda pilkada sampai pada saat itu.

Meski situasi tampak cukup rumit, tetapi CEO BNP Paribas Asset Management, Priyo Santoso, menilai dampaknya ke pasar modal sangat minim. Dia menilai, pemilu bukan baru sekali terjadi. Sementara yang terjadi menurut Priyo adalah ekonomi, bisnis, dan pasar modal berjalan seperti biasa.

"Jadi politik boleh gaduh, tapi aktivitas bisnis terus berjalan. Itu realita yang selama ini kita lihat dari tahun ke tahun tiap jelang pemilu,” kata Priyo dalam World of Wealth 2022, ditulis Jumat (11/3/2022).

Alih-alih mencermati dinamika politik dalam negeri, Priyo lebih tertarik pada prospek pasar modal pascapandemi COVID-19. Di dalam negeri, Priyo mengatakan mobilitas masyarakat mulai menggeliat seiring perkembangan penanganan pandemi di dalam negeri. Sehingga kegiatan bisnis turut terkerek.

"Jadi ini yang sangat mendukung proses investasi yang ada di pasar modal indonesia. Saya lebih optimis pada tahun ini. Kondisi harga komoditas yang tinggi menguntungkan Indonesia,” imbuhnya.

Pada 2021, untuk pertama kalinya selama 15 tahun terakhir, Indonesia mencapai surplus neraca perdagangan USD 35,3 miliar. Surplus juga berikan dampak positif terhadap defisit transaksi berjalan atau current account deficit tahun lalu yang mencapai USD 3 miliar atau sekitar 0,3 persen dari GDP Indonesia.

"Kondisi-kondisi ini sebetulnya sangat supportif, ideal terhadap iklim investasi Indonesia. Penting bagi pemerintah untuk tetap jalankan program pembangunan yang sudah dicanangkan sebelumnya. Termasuk di industri manufaktur untuk meningkatkan ekspor,” kata Priyo.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kebijakan Pemerintah Jadi Penentu

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat, menuturkan kebijakan pemerintah menjadi penentu arah investasi di dalam negeri, di tengah sentimen global yang beragam.

"Saya belajar banyak hal tentang krisi dan jatuh bangun pasar modal. Kata kuncinya adalah apakah kebijakan pemerintah benar. Yang disebut benar adalah bagaimana pada akhirnya investor asing despite ke dinamis politik akan tetap investasi di Indonesia," ujarnya.

"Everybody likes Indonesia except one thing, Rupiah," kata Budi.

Budi mencermati, pengalaman itu tercermin sejak 2011, di mana investor asing berebut keluar dari pasar saham. Namun, dalam dua tahun terakhir mulai kembali masuk. Menurut Budi, hal itu salah satunya dikarenakan investor melihat kebijakan pemerintah, khususnya dalam industri hilirisasi.

"Dua tahun terakhir administrasi Jokowi menunjukan arahan yang tepat, seperti hilirisasi sektor mining yang mendorong kesempatan kerja pendapatan pajak, ekspor. Menyebabkan Rupiah relatif stabil dan ini memulai musim semi pasar modal Indonesia. Kesempatan sekarang buat investasi,” kata Budi.

Kesempatan investasi saat ini juga diperkuat dengan tren ekonomi hijau, di mana Indonesia juga memiliki komitmen dalam hal itu.

Di saat bersamaan, terjadi demand yang tinggi atas energi dan komoditas. Sementara konflik Rusia-Ukraina menyebabkan kurangnya supply energi dan komoditas, sehingga Indonesia memiliki peluang besar untuk andil dalam supply energi dan komoditi global. Selain itu, Budi juga menyinggung kebijakan The Fed yang berencana mengurangi stimulus, sejalan dengan pandemi Covid-19 yang perlahan menjadi endemi.

"Dinamika yang lain pascapandemi, The Fed mengurangi stimulus sejalan dengan berubahnya pandemi jadi endemi. Tiba-tiba daya beli yang besar, sementara ada supply chain problem yang meminimkan inflasi," dia menambahkan.

“Tapi menurut saya Indonesia at the right track. Itu yang diperhatikan investor adalah currency risk,” ujar Budi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya