Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Tergelincir 2 Persen Imbas Kasus COVID-19

Wall street ditutup beragam pada Senin, 14 Maret 2022 dibayangi sejumlah sentimen mulai dari harga minyak hingga the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mar 2022, 06:55 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2022, 06:55 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Senin, 15 Maret 2022. Indeks S&P 500 melemah seiring harga minyak turun tajam dan traders memantau perkembangan terbaru perang Ukraina-Rusia.

Selain itu, investor juga mengantisipasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve pekan ini. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,7 persen menjadi 4.173,11. Indeks Nasdaq tergelincir 2,04 persen menjadi 12.581,22. Indeks Dow Jones naik tipis 1 poin menjadi 32.945,24.

"Sentimen investor seburuk yang didapat. Orang-orang memiliki posisi mereka sendiri dan mereka enggan untuk menjual semuanya bersama-sama karena mereka berharap akan ada reli yang cukup besar,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investment, dikutip dari laman CNBC, Selasa (15/3/2022).

Sementara itu, pelaku pasar di wall street mengawasi perkembangan konflik Rusia dan Ukraina, ketika dua negara melanjutkan pembicaraan pada Senin, 14 Maret 2022. Di sisi lain, dampak keuangan dari sanksi keras Rusia akan menjadi fokus dalam beberapa hari mendatang menjelang pembayaran obligasi negara.

Saham Apple turun 2,6 persen, dan alami penurunan terbesar di indeks Dow Jones. Hal ini seiring ada sentimen wabah COVID-19 di China memicu kekhawatiran pembatasan pandemi dapat memperburuk rantai pasokan yang ada di sana. Saham Intel dan Salesforce masing-masing turun 3,1 persen dan 2,4 persen.

Saham Qualcomm memimpin penurunan di indeks S&P 500. Saham Qualcomm melemah 7,2 persen. Selain itu, saham produsen chip juga tertekan dengan saham Marvell turun 4,5 persen dan Nvidia tergelincir 3,4 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street dan Harga Komoditas

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Pergerakan wall street tersebut juga di tengah meredanya harga komoditas yang sempat melonjak di tengah konflik.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 5,7 persen ke posisi USD 103,01 per barel dan harga minyak mentah Brent susut 5,1 persen ke posisi USD 106,90. Selama sesi perdagangan, harga minyak WTI sempat turun di bawah USD 100.

Sementara itu, emas berjangka tergelincir 1,2 persen menjadi USD 1.960,80 per ounce. Palladium turun 13,5 persen menjadi USD 2.417,60 per ounce. Penurunan palladium tersebut membuat penurunan terburuk sejak 13 Maret 2020.

"Pergerakan baru-baru ini dalam kisaran harga komoditas sangat ekstrem, dan jika pergerakan ini bertahan untuk jangka waktu lama, kerusakan ekonomi akan signifikan, tetapi kami masih tidak percaya resesi perlu menjadi hasil dasar, dan tidak melihat saham turun dari level saat ini," ujar JPMorgan Strategist Mislav Matejka dalam catatannya.

Saham perusahaan energi melemah mengikuti harga minyak. Saham Devon Energy turun 10,1 persen dan Coterra Energy susut 9,7 persen.

Menanti Pertemuan The Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Pada pekan ini, investor juga fokus pada pertemuan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat yang akan menaikkan suku bunga 0,25 persen pada pertemuan dua hari pekan ini. Investor juga melihat ke bank sentral untuk perkiraan suku bunga, inflais, ekonomi mengingat ketidakpastian dari ketegangan geopolitik yang meningkat.

"Saat ini, the Fed akan berhati-hati dalam hal kebijakan suku bunga pada 2022, mengingat konflik di Ukraina," ujar Chief Market and Money Strategist Ally, Lindsey Bell.

Ia menambahkan, konflik tersebut menambah kompleksitas pada pekerjaan the Fed yang sulit. Bank sentral AS akan tetap bergantung pada data karena membuat suku bunga sepanjang tahun.

Imbal hasil treasury AS melonjak memulai awla pekan ini dengan suku bunga acuan 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Juli 2019. Langkah itu mendorong sektor saham keuangan.

Saham American Express dan Visa termasuk di antara top gainer di indeks Dow Jones. Saham American Express dan Visa masing-masing naik 2,9 persen dan 1,8 persen.

Saham perawatan kesehatan juga naik setelah Shenzhen menutup semua bisnis yang tidak penting dan memberlakukan pengujian di seluruh kota karena wabah COVID-19.

Sektor perawatan kesehatan naik hampir 0,7 persen dipimpin oleh Moderna dan Pfizer. Saham Moderna naik 8,5 persen dan Pfizer bertambah 3,9 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya