Bursa Saham Asia Bervariasi Setelah Bank of Korea Dongkrak Suku Bunga

Bursa Saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis, 14 April 2022 setelah Bank of Korea dongkrak suku bunga.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 14 Apr 2022, 09:58 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2022, 09:58 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis pagi (14/4/2022). Hal ini seiring Bank of Korea secara tak terduga mengumumkan kenaikan suku bunga.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 1,09 persen pada perdagangan Kamis pagi, sementara indeks Topix naik 0,7 persen.  Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,41 persen. Data pekerjaan Australia untuk Maret akan dirilis pada 09:30 HK/SIN. Di sisi lain, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,39 persen.

Bank of Korea mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5 persen. Menyusul keputusan tersebut, won Korea diperdagangkan di kisaran 1.225,06 per dolar AS. Demikian mengutip Kamis, pekan ini.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,25 persen lebih tinggi. Pasar di India tutup pada Kamis karena libur.

Sementara itu, sentimen investor di Asia mungkin telah didukung oleh prospek lebih banyak dukungan ke depan dari otoritas China setelah pemerintah negara itu mengumumkan Rabu, 13 April 2022 untuk pemotongan rasio persyaratan cadangan akan digunakan "pada waktu yang tepat untuk meningkatkan kapasitas input kredit bank," mengutip rincian dari pertemuan eksekutif Dewan Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Li Keqiang.

Perkembangan itu terjadi ketika China dalam beberapa pekan terakhir memerangi COVID-19 paling parah di daratan sejak fase awal pandemi pada awal 2020.

Investor akan memantau saham CNOOC yang terdaftar di Hong Kong setelah Reuters melaporkan pada Rabu perusahaan minyak China sedang bersiap untuk keluar dari operasi di beberapa negara Barat karena kekhawatiran sanksi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Dolar AS

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Pada perdagangan Rabu, 13 April 2022 di Amerika Serikat, indeks S&P 500 naik 1,12 persen menjadi 4.446,59. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 344,23 poin, atau 1,01 persen, menjadi 34.564,59.

Indeks Nasdaq Composite yang berteknologi tinggi melonjak 2,03 persen menjadi 13.643,59. Indeks USD berada di 99,789 setelah penurunan baru-baru ini dari di atas 100,4.

Yen Jepang diperdagangkan pada 125,35 per dolar, lebih kuat dari level di atas 125,6 yang terlihat terhadap greenback kemarin. Sedangkan, dolar Australia berada di 0,7457 setelah pemantulan baru-baru ini dari level di bawah 0,744.

Tak hanya itu, harga minyak lebih rendah di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional minyak mentah berjangka Brent turun 0,61 persen menjadi USD 108,12 per barel. Minyak mentah berjangka AS turun 0,68 persen menjadi USD 103,54 per barel.

Penutupan Wall Street pada 13 April 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 13 April 2022. Hal ini seiring musim laporan keuangan dimulai, dengan sebagian besar menunjukkan hasil positif.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 344,23 poin atau 1,01 persen menjadi 34.564,59. Indeks S&P 500 menguat 1,12 persen menjadi 4.446,59.

Indeks Nasdaq bertambah 2,03 persen menjadi 13.643,59. Penguatan indeks acuan setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq membukukan penurunan dalam tiga hari berturut-turut, Selasa, 12 April 2022. Hal ini setelah inflasi Maret menunjukkan inflasi tertinggi sejak 1981.

Wall street menguat juga didukung laporan laba perusahaan yang lebih menonjol bagi investor. Investor hati-hati memantau petunjuk tentang seberapa baik perusahaan mengelola tekanan inflasi.

Saham Fastenal dan Delta Air Lines diperdagangkan lebih tinggi didukung hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan. Delta juga mendapat dorongan setelah maskapai mengharapkan untuk kembali cetak laba pada kuartal ini.

"Ini mungkin akan menjadi lebih penting dari pada musim pendapatan biasa,” ujar Chief Investment Officer Horizon Investments, Scott Ladner dilansir dari CNBC, Kamis, 14 April 2022.

“Laba tidak menjadi masalah banyak karena, pasar berbasis makro selama beberapa tahun sekarang terus terang. Tapi kita menjadi dari dunia berbasis makro dan berasa di dunia berbasis mikro, karena aktivitas bank sentral di seluruh dunia menjadi semakin hawkish,” Ladner menambahkan.

 

 

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Saham maskapai dan berkaitan travel melonjak seiring indikasi konsumen akan terus terbang pada 2022 meski tarif lebih tinggi.

Saham American Airlines melonjak 10,6 persen, saham Southwest Airlines menanjak 7,5 persen, saham Expedia menguat sekitar 4,9 persen, dan operator kapal pesiar Carnival Corporation bertambah 5,4 persen. Saham pengelola hotel Marriott melonjak 7,5 persen.

Saham chip dengan Nvidia naik hampir 3,3 persen. Saham Qualcomm melonjak 3,2 persen dan Advanced Micro Devices menguat 2,8 persen.

Di sisi lain, saham JPMorgan Chase turun 3,2 persen setelah raksasa perbankan itu melaporkan kerugian USD 524 juta yang disebabkan dislokasi pasar akibat sanksi terhadap Rusia.

Bank juga membukukan penurunan laba kuartal I sebesar 42 persen. Namun, JPMorgan melaporkan pendapatan USD 31,59 miliar untuk periode tersebut, sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh analis.

CEO JPMorgan Jamie Dimon memperingatkan bank sedang membangun cadangan kredit karena profitabilitas risiko penurunan lebih tinggi terhadap ekonomi AS.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya