Wall Street Lanjutkan Penguatan Jelang Pengumuman The Fed

Wall street kompak menguat pada Selasa, 3 Mei 2022 seiring pelaku pasar menanti hasil pertemuan rapat the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2022, 07:19 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2022, 07:19 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan Selasa, 3 Mei 2022. Hal ini seiring investor menantikan keputusan penting bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,48 persen menjadi 4.175,48. Indeks Dow Jones bertambah 67,29 poin atau 0,20 persen ke posisi 33.128,79. Indeks Nasdaq naik 0,22 persen menjadi 12.563,76.Wall street yang menguat pada Selasa pekan ini melanjutkan reli pada sesi perdagangan sebelumnya.

"Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, penjual tampak kelelahan, dan pelaku short selling sedikit gugup dari pada beli," tulis Adam Crisafulli dari Vital Knowledge dalam sebuah catatan kepada klien dilansir dari CNBC, Rabu (4/5/2022).

Sebagian besar pelaku pasar di wall street mengharapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin pada pekan ini. Sementara itu, sejumlah investor percaya harapan pengetatan moneter yang agresif dari bank sentral sudah diperhitungkan ke pasar.

Miliarder Paul Tudor Jones menuturkan, dengan pengetatan kebijakan moneter the Fed dan tanda-tanda ekonomi melambat, cadangan modal menjadi tujuan utama investor.

"Anda tidak dapat memikirkan lingkungan yang lebih buruk dari pada tempat kita berada sekarang untuk aset keuangan. Jelas Anda tidak ingin memiliki obligasi dan saham," ujar Jones.

Kenaikan indeks saham S&P 500 pada perdagangan Selasa pekan ini dipimpin oleh sektor energi. Saham Exxon Mobil bertambah lebih dari dua persen dan EOG Resources naik 3,8 persen.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sektor Saham di Wall Street

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Ilustrasi wall street (Foto:Unsplash)

Sektor saham defensif seperti perawatan kesehatan dan utilitas juga memimpin penguatan. Saham Pfizer naik hampir dua persen setelah melaporkan kinerja keuangan kuartal I 2022 yang lebih kuat dari perkiraan.

Sektor saham keuangan juga titik terang lainnya. Saham JPMorgan dan Morgan Stanley masing-masing naik lebih dari dua persen.Pergerakan saham di wall street bergejolak. April menjadi bulan terburuk untuk Dow Jones dan S&P 500 sejak Maret 2022. Sedangkan bagi indeks Nasdaq terburuk sejak 2008.

"Kami pikir data terus melukiskan gambaran ketakutan ekstrem dan peluang bagi investor jangka panjang meski ada ruang pergerakan lebih banyak penurunan dalam waktu dekat pada beberapa indikator," ujar RBC Strategist Lori Calvasina.

Indeks S&P 500 diperdagangkan di wilayah koreksi, turun sekitar 13 persen dari rekor tertingginya, tetapi ukuran dan penarikan panjang ini sejalan dengan koreksi historis, menurut LPL Financial.

Kenaikan suku bunga yang diharapkan terjadi karena ada kekhawatiran yang berkembang tentang ekonomi global, sebagian karena lockdown China dan perang di Eropa.

 


Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Foto:Unsplash)

"Pasar terus menjadi sandera terhadap respons COVID-19 China dan geopolitik yang membayangi gambaran fundamental yang masih sangat tangguh," ujar JPMorgan Strategist Mislav Matejka.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun setelah mencapai tonggak baru pada Senin pekan ini. Imbal hasil obligasi mencapai 3,01 persen selama sesi sebelumnya, titik tertinggi sejak Desember 2018, tetapi kembali turun di bawah level 3 persen pada perdagangan Selasa pekan ini.

Laporan laba perusahaan memacu pergerakan saham pada Selasa pekan ini. Saham Chegg anjlok sekitar 30 persen setelah perseroan mengeluarkan panduan yang lemah untuk setahun penuh meski melebihi harapan pendapatan.

Saham Expedia dan Hilton masing-masing turun 14 persen dan 4,2 persen setelah laporan kuartalan.Di sisi lain, saham Clorox naik hampir 3 persen setelah hasil fiskal kuartal III perseroan melampaui harapan. Saham Chemours melonjak lebih dari 17 persen setelah perseroan menaikkan panduan.

Ada beberapa tanda positif bagi perekonomian. Pesanan pabrik untuk Maret 2022 naik 2,2 persen, lebih baik dari yang diharapkan. Lowongan pekerjaan mencapai 11,5 juta tertinggi sepanjang masa.


Penutupan Wall Street pada 2 Mei 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
Ilustrasi wall street (Foto: Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 2 Mei 2022. Wall street terlalu khawatir tentang perlambatan ekonomi dan investor pun melakukan aksi beli saham setelah pasar tertekan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq naik 1,63 persen ke posisi 12.536,02. Indeks S&P 500 menguat 0,57 persen menjadi 4.155,38. Indeks Dow Jones bertambah 84,29 poin atau 0,26 persen ke posisi 33.061,50.

Sesi perdagangan bergejolak setelah saham sepanjang April tertekan. Indeks Dow Jones dan S&P 500 keluar dari bulan terburuk sejak Maret 2020 ketika pandemi berlangsung.

Indeks Nasdaq alami bulan terburuk sejak 2008.Chief Investment Officer Matrix Asset Advisors, David Katz menuturkan, pasar terlalu khawatir tentang perlambatan ekonomi dan investor harus turun tangan untuk membeli saham saat tertekan.

"Anda dapat membeli banyak bisnis hebat dengan harga yang sangat menarik. Secara historis, itu adalah waktu yang sangat tepat untuk menggunakan uang," kata Katz dilansir dari CNBC, Selasa, 3 Mei 2022.

Namun, ahli lainnya memperingatkan kemungkinan reli jangka pendek dan menunjuk ke posisi terendah baru sebagai tanda saham masih akan tertekan.

"Sentimennya negatif, tapi kami masih belum melihat flush. Kami hampir perlu melihat setidaknya penembusan posisi terendah ini untuk melihat lebih banyak ketakutan di pasar, lebih banyak pemicu level berhenti," ujar co-CIO Truist Advisory Services, Keith Lerner.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya