Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Tergelincir 1,2 Persen

Pada penutupan wall street, indeks Dow Jones, tetapi indeks S&P 500 dan Dow Jones melemah pada Senin, 16 Mei 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mei 2022, 07:07 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2022, 07:07 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Senin, 16 Mei 2022. Indeks S&P 500 tergelincir di tengah perdagangan wall street yang bergejolak seiring indeks pasar gagal pulih dari kerugian pekan lalu. Di sisi lain, pelaku pasar juga menimbang potensi resesi AS.

Pada penutupan wall street, indeks Dow Jones menguat 26,76 poin atau 0,08 persen menjadi 32.223,42. Indeks S&P 500 melemah 0,39 persen menjadi 4.008,01 setelah turun 0,99 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Nasdaq susut 1,2 persen menjadi 11.662,79. Selama sesi perdagangan, indeks acuan cenderung bergejolak.

Saham teknolgi menjadi penghambat indeks saham. Beberapa perusahaan cloud melemah termasuk Datadog, Cloudflare dan Atlassian masing-masing turun 10,7 persen, 13,6 persen dan 6,3 persen. Sementara itu, saham perusahaan kendaraan listrik Tesla turun sekitar 5,9 persen.

Pergerakan itu terjadi setela minggu yang sulit karena kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, kenaikan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) dan inflasi yang melonjak telah merusak sentimen pasar.

Indeks Dow Jones membukukan koreksi tujuh minggu berturut-turut pada Jumat pekan ini, terpanjang sejak 2001. Indeks S7P 500 membukukan penurunan enam minggu, terpanjang sejak 2011.

"Kami terus bertransisi melalui penetapan harga yang didorong oleh suku bunga ini,” ujar Direktur Investasi US Bank Wealth Management, Bill Northey, dikutip dari CNBC, Selasa (17/5/2022).

Ia menambahkan, kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS atau treasury terus bergerak lebih tinggi untuk antisipasi realisasi yang lebih tinggi dan penyesuaian kebijakan the Fed.

"Kami telah melihat penyesuaian yang konsisten dan luas terhadap valuasi aset yang telah terjadi konsisten dengan meningkatnya kekhawatiran inflasi,” ujar dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Acuan di Wall Street Cenderung Melemah

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Imbal hasil treasury telah melonjak pada 2022 karena the Fed memperketat kebijakan moneter untuk mencegah inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Tingkat acuan bertenor 10 tahun berada di sekitar 1,5 persen pada awal tahun. Kemudian imbal hasl tersebut melampaui 3 persen pada awal Mei 2022.

Pada gilirannya, indeks acuan telah anjlok dari rekor tertingginya. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing sekitar 12,8 persen dan 16,8 persen di bawah posisi tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada Januari. Indeks Nasdaq berada tepat di wilayah pasar yang koreksi, turun sekitar 28 persen dari rekor November.

Sejumlah analis percaya penurunan tersebut akan segera menunjukkan titik masuk yang menarik untuk indeks pasar yang lebih luas berdasarkan perspektif jangka panjang.

“Indeks S&P 500 dengan cepat mendekati level yang historis telah indikasikan bahwa kekhawatiran pertumbuhan pada masa depan diperhitungkan,” tulis Analis Citi Scott Chronert dalam sebuah catatan.

Sementara itu, ahli strategi RBC Capital Markets menuturkan, indeks S&P 500 berada di persimpangan jalan karena berjuang menemukan titik terendah.

Jika indeks pasar luas bertahan di 3.850, angka yang mendekati level terendah intrady yang hampir tembus indeks S&P 500 pekan lalu, ahli percaya saham cocok dengan penarikan pada akhir 2018.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Indeks S&P 500 masih diperdagangkan seolah-olah mengalami ketakutan pertumbuhan, kerangka kerja yang telah menunjuk ke bawah di S&P 500 menjadi 3.850,” tulis ahli strategi RBC Capital Markets Lori Calvasina.

Sementara itu, sektor saham energi memimpin kenaikan di indeks S&P 500. Sektor ini reli 2,6 persen. Saham Occidental Petroleum adalah saham energi berkinerja terbaik pada Senin, 16 Mei 2022 dengan naik hampir 5,7 persen. Saham Marathon Oil bertambah 3,6 persen.

Kenaikan saham emiten tersebut seiring harga minyak AS yang melonjak sekitar 3 persen di tengah taruhan kalau China akan dapat pulih dari perlambatan ekonomi yang disebabkan lockdown.

Saham perawatan kesehatan juga mencatat kinerja terbaik. Saham Eli Lily melompat hampir 2,7 persen setelah Mounjaro disetujui oleh Food and Drug Administration untuk mengobati diabetes tipe 2. Obat ini juga sedang diselidiki untuk penggunaan potensial dalam pengobatan obesitas. Saham Pfizer naik 1,5 persen dan saham AbbVie menguat hampir 1,3 persen.

Selanjutnya, saham Spirit Airlines melonjak 13,5 persen setelah JetBlue mengumumkan penawaran tender untuk akuisisi maskapai USD 30 per saham. Harga saham Carvana naik tipis 0,2 persen. Saham Carvana menguat setelah perusahaan mobil bekas mengeluarkan harapan pendapatan inti yang signifikan pada 2023 dan menguraikan rencana untuk memangkas biaya.

Penutupan Wall Street 13 Mei 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melambung pada Jumat, 13 Mei 2022. Penguatan wall street memangkas koreksi dari pekan sebelumnya dan mencegah indeks S&P 500 jatuh ke wilayah negatif.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 466,36 poin ke posisi 32.199,66 atau 1,47 persen. Indeks S&P 500 menguat 2,39 persen ke posisi 4.023,89. Indeks Nasdaq bertambah 3,82 persen ke posisi 11.805.

Pada Jumat pekan ini, indeks S&P 500 mencatat kinerja terbaik sejak 4 Mei. Sedangkan indeks Nasdaq membukukan kenaikan dalam satu terkuat sejak November 2020.

Meski naik jelang akhir pekan, rata-rata indeks acuan mencatat koreksi pekan ini. Indeks Dow Jones melemah 2,14 persen dan membukukan koreksi beruntun dalam tujuh minggu sejak 2001.

Indeks S&P 500 melemah 2,4 persen dan mencapai penurunan beruntun terpanjang sejak 2011, sementara indeks Nasdaq tergelincir 2,8 persen.”Harga tidak turun selamanya. Bahkan dalam koreksi dan mendekati pasar bearish, mereka cenderung mengalami reli yang melegakan yang tampaknya akan dimulai hari ini (Jumat-red),” ujar Chief Investment Strategist CFRA, Sam Stovall dilansir dari CNBC, Sabtu (14/5/2022).

Semua sektor saham di indeks S&P 500 menguat pada Jumat pekan ini yang dipimpin oleh sektor saham konsumsi dan teknologi informasi yang masing-masing menguat 4,1 persen dan 3,4 persen.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya