Bursa Saham Asia Menghijau Setelah Rilis Risalah The Fed

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis, 7 Juli 2022 seiring investor mencermati reaksi pasar terhadap risalah the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jul 2022, 09:09 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2022, 09:09 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis (7/7/2022), seiring investor mengamati reaksi pasar terhadap risalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) terbaru.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,83 persen, dan indeks Topix naik 0,84 persen persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 1,04 persen setelah ditutup lebih dari 2 persen lebih rendah pada Rabu, 6 Juli 2022, dan indeks Kosdaq naik sekitar 1 persen.

Indeks S&P/ASX 200 naik 0,2 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,17 persen. Pejabat Federal Reserve mengakui sikap yang lebih membatasi dalam kebijakan bisa sesuai jika inflasi tidak mereda, bahkan jika itu memperlambat ekonomi, menurut risalah rapat.

"Para peserta menyadari bahwa pengetatan kebijakan dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi untuk sementara waktu, tetapi mereka melihat kembalinya inflasi ke 2 persen sebagai hal penting untuk mencapai lapangan kerja maksimum secara berkelanjutan," kata dokumen tersebut, dikutip dari CNBC, Kamis, 7 Juli 2022.

Pejabat the Fed juga mengatakan kenaikan 50 atau 75 basis poin kemungkinan akan terjadi pada pertemuan Juli 2022. Komite Pasar Terbuka Federal khawatir tentang ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, menurut sebuah catatan riset ANZ mengatakan pada Kamis.

"The Fed sangat ingin menegaskan kepada publik bahwa mereka telah mendapatkan ini, dan kenaikan 75bp [dan menandakan lebih banyak kenaikan yang akan datang] tentu memperkuat pesan tersebut," tulis catatan itu.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Dolar AS

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pasar AS naik sedikit pada Rabu, 6 Juli 2022 di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 69,86 poin, atau 0,23 persen, menjadi 31.037,68. S&P 500 naik 0,36 persen menjadi 3.845,08, dan Nasdaq Composite diperdagangkan 0,35 persen lebih tinggi menjadi ditutup pada 11.361,85.

Dalam berita lain, Beijing mengatakan vaksinasi COVID-19 akan diperlukan untuk memasuki tempat-tempat ramai seperti bioskop dan pusat kebugaran di kota mulai minggu depan. Pasar China Daratan jatuh pada Rabu karena kekhawatiran COVID-19 kembali menjadi fokus.

Indeks USD berada di 107,058, terus menguat tajam. Yen Jepang diperdagangkan pada 135,96 per dolar, dan dolar Australia berada di 0,6782.

Harga minyak kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,11 persen menjadi USD 98,42 per barel di perdagangan pagi Asia setelah dua hari berturut-turut jatuh. Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 0,37 persen menjadi USD 100,32 per barel.

Patokan minyak mentah AS menetap 1 persen lebih rendah pada Rabu setelah jatuh 8 persen pada Selasa. Patokan internasional turun 2 persen pada USD 100,69 setelah jatuh di bawah level USD 100 selama sesi Rabu.

Penutupan Wall Street 6 Juli 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 6 Juli 2022 seiring investor mempelajari risalah terbaru dari the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 69,86 poin atau 0,23 persen menjadi 31.037,68. Indeks S&P 500 menanjak 0,36 persen ke posisi 3.845,08. Indeks Nasdaq bertambah 0,35 persen ke posisi 11.361,85.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq kini menguat dalam tiga sesi berturut-turut. Ini kemenangan beruntun tiga hari pertama untuk S&P 500 sejak akhir Mei 2022.

Saham menguat setelah the Federal Reserve merilis risalah dari pertemuan Juni menunjukkan bank sentral berkomitmen menurunkan inflasi. Anggota the Fed mengatakan pertemuan pada 26 dan 27 Juli 2022 kemungkinan akan melihat kenaikan 50 hingga 75 basis poin, demikian risalah menunjukkan.

“Dalam membahas tindakan kebijakan potensial pada pertemuan mendatang, pihak partisipan terus mengantisipasi kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target untuk suku bunga dana federal akan sesuai untuk mencapai tujuan komite,” bunyi risalah tersebut.

“Secara khusus, peserta menilai kenaikan 50 hingga 75 basis poin kemungkinan akan sesuai pada pertemuan berikutnya,”

 

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sektor saham defensif dan utilitas termasuk sektor yang mencatat kinerja terbaik pada Rabu pekan ini. Saham Northrop Grumman melonjak 3,8 persen, sementara itu saham UnitedHealth Group bertambah hampir 2 persen. Saham Constellation Energy naik lebih dari 3 persen.

Saham teknologi juga mencatat kinerja baik. Saham Cisco Systems dan Adobe masing-masing naik 1,7 persen dan Microsoft menguat 1,3 persen. Imbal hasil obligasi memperpanjang kenaikan setelah rilis risalah the Fed yang menunjukkan investor mungkin menilai bank sentral lebih agresif. Itu akan meyakinkan beberapa investor saham yang ingin bank sentral memperlambat inflasi sehingga ekonomi dapat lebih cepat normal.

“Saya pikir apa yang pasar mungkin kaitkan adalah komentar tentang bagaimana sikap yang lebih ketat mungkin tepat jika tekanan inflasi bertahan. Itu mungkin lebih hawkish daripada komentar Powell pada konferensi persnya,” ujar Macro Strategist Wells Fargo, Zachary Griffiths, dikutip dari laman CNBC, Kamis (7/7/2022).

Ia menambahkan, hal itu mungkin komentar yang mengindikasikan akan tolerir resesi ringan dan terus memperketat kebijakan jika data inflasi tetap terlalu tinggi. “Saya pikir mereka mencoba untuk berkomunikasi bahwa mereka berkomitmen untuk mengendalikan inflasi,” ujar dia.

Kekhawatiran Investor

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Di sisi lain, saham energi termasuk sektor yang catat kinerja buruk pada Rabu, 6 Juli 2022. Hal ini seiring harga minyak melanjutkan koreksi baru-baru ini. Saham Chevron turun 1,3 persen dan Diamondback Energy tergelincir 3,4 persen.

Investor terus khawatir tentang apakah ekonomi jatuh ke dalam resesi setelah imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun di bawah imbal hasil bertenor dua tahun.  Apa yang disebut inversi kurva imbal hasil secara historis telah menjadi tanda peringatan kalau ekonomi mungkin jatuh dan telah jatuh ke dalam resesi.

Beberapa analis wall street mengatakan resesi bisa ringan. Pada Selasa, Credit Suisse mengatakan pihaknya melihat AS menghindari resesi karena memangkas target S&P 500 akhir tahun untuk mencerminkan efek biaya modal yang tinggi pada valuasi saham.

“Kami sedang melihat pertumbuhan dan inflasi yang melonjak. Ke arah satu sama lain untuk melihat mana yang akan goyah terlebih dahulu. Pada akhirnya, pertumbuhan dan inflasi akan berbalik, tetapi mana yang lebih dulu akan menjadi paling penting untuk jalan ke depan,” ujar Chief Investment Officer Centura Wealth Advisory Chris Osmond.

Ada beberapa titik terang dalam laporan ekonomi pada Rabu pekan ini. Data the Institute for Supply Management services PMI lebih baik dari yang diharapkan meski laporan itu menunjukkan sedikit perlambatan pertumbuhan. Lowongan pekerjaan juga datang lebih tinggi dari yang diharapkan lebih dari 11 juta.

Namun, permintaan hipotek turun dari minggu ke minggu bahkan saat suku bunga turun, menurut the Mortgage Bankers Association.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya