Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dilanda sejumlah ketidakpastian pada tahun ini. Ketua Departemen Asset Management Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Claudia Kolonas mengatakan, ketidakpastian tersebut salah satunya dipengaruhi oleh konflik Ukraina-Rusia.
Selain itu, banyak kondisi yang mengkhawatirkan juga pada 2023, seperti bank sentral AS atauthe Fed yang menaikan suku bunga acuan menjadi 4,5 - 4,75 persen.
Baca Juga
"Kenapa ini jadi kekhawatiran Indonesia? Kalau the Fed naikan bunga dana akan cenderung ke sana karena dibandingkan indonesia suku bunga lebih meningkat di luat negeri. Namun, jadi waktu yang tepat munculnya UU PPSK," kata Claudia dalam acara Economic Outlook 2023, Selasa (14/2/2023).
Advertisement
Ia menyebutkan, terdapat peran penting dari UU P2SK ini untuk memperkuat investor ritel dan balance sheet yang ada di Indonesia. Sehingga, Indonesia tidak harus selalu mengandalkan investor asing, jadi tidak terdampak kenaikan suku bunga.
Di sisi lain, Claudia menyebutkan, terdapat katalis positif pada 2023 yang mendukung iklim investasi, pertumbuhan ekonomi domestik, surplus dari ekspor domestik, dan tahun politik untuk persiapan gelaran pemilu 2024.
"Untuk pasar uang, kenaikan suku bunga BI sebesar 5,75 persen pada Januari 2023 yang diprediksi akan diikuti kenaikan 25 bps bulan ini memiliki potensi untuk membuat reksa dana pasar uang lebih menarik," kata Claudia.
Sementara itu, untuk instrumen surat berharga, obligasi cukup menarik dipertimbangkan pada semester II 2023, setelah imbal hasil (yield) surat berharga pemerintah lebih baik. Kemudian, investasi saham dinilai masih menarik pada 2023, meskipun volatilitas pasar tinggi.Â
"Pada semester II 2023, faktor ekonomi dan politik seperti pelonggaran PPKM dan pemilu 2024 diprediksi mempengaruhi pergerakan saham," pungkasnya.
Â
BEI Sebut Ada 50 Perusahaan dalam Proses IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 33 perusahaan yang masuk dalam antrean pencatatan saham dan 50 perusahaan yang siap tercatat di BEI hingga saat ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, awal tahun ini sudah ada 17 perusahaan yang tercatat di pasar modal Indonesia.
"Jarang di awal tahun ada 17 listing dan pipeline 33, ada 50 yang sudah ada di proses yang siap untuk tercatat hanya sampai dengan Februari, kita punya 10 bulan lagi, semoga stabil," kata Nyoman dalam acara Economic Outlook 2023, Selasa (14/2/2023).
Ia menyebutkan, pada 2023 ini lebih banyak target perusahaan yang akan tercatat dan masuk ke bursa. Di samping itu, tahun ini akan lebih menantang lagi, namun dari sisi pipeline sudah menunjukkan kondisi akan tercapai target yang lebih tinggi.Â
Â
Â
Â
Advertisement
Pertumbuhan Investor
Sebelumnya, hingga 31 Januari 2023, terdapat 10 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di BEI. BEI menargetkan akan ada 57 perusahaan yang tercatat di bursa pada tahun ini.
"Sehingga total perusahaan yang sudah tercatat di BEI mencapai 835. Target kita di akhir tahun ini 57 perusahaan naik dari target tahun lalu 56 perusahaan. Adapun realisasi jumlah perusahaan tercatat pada akhir 2022 mencapai 59 perusahaan," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman, Kamis (2/2/2023).
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan perusahaan tercatat di Indonesia paling besar di antara kawasan, yaitu sebesar 45,8 persen. Dari sisi jumlah di ASEAN, hanya kalah dari Malaysia.
"Per 31 Januari 2023, jumlah investor pasar modal sudah meningkat menjadi 10,4 juta SID, di mana investor sahamnya 4,5 juta. Akhir tahun lalu jumlahnya 10,3 juta dengan investor saham sebanyak 4,4 juta. Jadi ada peningkatan lebih dari 100 ribu investor baru dalam satu bulan," kata Iman.
Sementara itu, pertumbuhan investor pasar modal tahun ini ditargetkan meningkat 35 persen dari 10,3 juta atau naik sekitar 13 juta.
   Â