Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten farmasi telah mengumumkan kinerja tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2022. Beberapa masih mencatatkan kenaikan. Beberapa lainnya justru tumbuh negatif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Merujuk laporan keuangan sejumlah perusahaan farmasi yang diterbitkan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) memimpin pertumbuhan kinerja dari sisi pendapatan. Sepanjang 2022, pendapatan perseroan naik 10,18 persen menjadi Rp 28,93 triliun dari Rp 26,26 triliun pada 2021.
Baca Juga
Dari raihan itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang 2022 naik 6,24 persen menjadi Rp 3,38 triliun. Pada tahun sebelumnya, laba tercatat sebesar Rp 3,18 triliun.
Advertisement
Dari sisi pertumbuhan laba, PT Merck Tbk (MERK) memimpin dengan kenaikan laba 36,59 persen, yakni menjadi Rp 179,84 miliar dari Rp 131,66 miliar pada 2021. Laba itu sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 5,66 persen menjadi Rp 1,12 triliun pada 2022, dari Rp 1,06 triliun pada 2021.
Disusul PT Tempo Scan Pacific (TSPC) dengan kenaikan laba 21,59 persen menjadi Rp 1 triliun pada 2022, dibandingkan tahun sebelumnya Rp 823,77 miliar. Laba itu sejalan dengan kenaikan pendapatan 9,08 persen menjadi Rp 12,25 triliun dari Rp 11,23 triliun pada 2021
Lainnya, yang masih mencatatkan kenaikan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba yakni PT Darya-Varia Laboratoria (DVLA). Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 1,92 triliun pada 2022.
Pendapatan itu naik 0,85 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 1,9 triliun. Adapun laba bersih perseroan masih tumbuh 1,96 persen menjadi Rp 149,38 miliar. Pada 2021, laba bersih perseroan yakni Rp 146,51 miliar.
Pendapatan Naik tapi Laba Turun
PT Soho Global Health Tbk (SOHO) membukukan pendapatan sebesar Rp 7,29 triliun pada 2022. Angka ini naik 3,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 7,07 triliun.
Sayangnya, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru turun 35,16 persen menjadi Rp 356,73 miliar dari Rp 550,18 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Beberapa emiten besar lainnya justru mencatatkan penurunan baik dari sisi pendapatan dan laba. Bahkan beberapa di antaranya harus berbalik mencatatkan rugi. Seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) mencatatkan pendapatan sepanjang 2022 sebesar Rp 3,86 triliun. Angka ini turun 3,87 persen dibandingkan pendapatan 2021 sebesar Rp 4,02 triliun.
Pada periode yang sama, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,1 triliun, turun 12,39 persen dibandingkan laba tahun berjalan 2021 sebesar Rp 1,26 triliun.
Sementara, dua emiten pelat merah PT Kimia Farma (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) kompak membukukan rugi untuk tahun buku 2022. Pada periode tersebut, KLBF membukukan pendapatan dari operasi yang dilanjutkan senilai Rp 9,61 triliun. Raihan ini susut 25,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 12,86 triliun.
Sehingga perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 170,05 miliar. Padahal, pada tahun sebelumnya perseroan masih mengantongi Laba Rp 302,27 miliar.
Adapun Indofarma mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 1,14 triliun. Perolehan ini turun 62,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2,9 triliun. Alhasil, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 428,46 miliar. Kerugian itu naik 1.040,13 persen dibandingkan rugi pada tahun sebelumnya sebesar Rp 37,58 miliar.
Â
Advertisement
Selain Produsen Minyak, Warren Buffett juga Buru Saham Keuangan hingga Distributor Farmasi
Sebelumnya, perusahaan investasi Warren Buffett Berkshire Hathaway mengungkapkan seluruh investasi yang dilakukan pada kuartal I 2022 saat habiskan dana lebih dari USD 51 miliar atau sekitar Rp 746,80 triliun (asumsi kurs Rp 14.643 per dolar AS) untuk saham.
Sebelumnya Buffett telah menjelaskan mengenai investasi yang dilakukan Berkshire Hathaway  kepada pemegang saham pada pertemuan tahunan perseroan tersebut. Pada saat itu, Buffett menyampaikan mengenai investasi yang lebih banyak di Chevron, Occidental Petroleum dan HP.
Pada kuartal I 2022, Berkshire Hathaway juga telah membeli hampir 4 juta saham Apple. Namun, pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS juga mengungkapkan saham baru di Citigroup, Ally Financial, perusahaan media Paramount Global, Markel, Celanese Corp dan distributor farmasi McKesson Corp. Demikian mengutip Marketwatch, Selasa (17/5/2022).
Selain itu, Berskhire juga menambah 2 juta saham General Motors sehingga memiliki 62 juta saham produsen mobil tersebut selama kuartal I 2022. Aksi pembelian saham itu dilakukan saat kas jumbo yang dimiliki dan susut menjadi USD 106 miliar atau sekitar Rp 1.552 triliun dari USD 147 miliar atau sekitar Rp 2.152 triliun karena aksi beli saham.
Pengajuan Berkshire tidak menjelaskan langkah mana yang dilakukan Buffett dan investasi mana yang dilakukan oleh dua manajer investasi Berkshire lainnya.
Namun, Buffett biasanya menangani semua investasi perusahaan yang lebih besar senilai lebih dari USD 1 miliar seperti penempatan Berkshire Hathaway di saham Apple, Bank of America, dan Coca Cola. Adapun Warren Buffett dan pejabat Berkshire lainnya tidak komentari pengajuan saham tersebut.
Pengajuan SEC baru-baru ini menunjukkan Berkshire terus membeli saham Occidental Petroleum setelah kuartal I berakhir dan sekarang memegang lebih dari 15 persen saham produsen minyak.
Selain semua investasi baru, Berkshire menjual hampir USD 10 miliar saham termasuk memangkas kepemilikan di Kroger dan Verizon Communications. Berkshire Hathaway juga melepas investasi di produsen obat Abbvie dan Bristol Myers Squibb.
Selain investasi, Berkshire memiliki beragam dari 90 perusahaan termasuk kereta ap BNSF, beberapa utilitas utama Geico dan perusahaan asuransi lainnya, serta berbagai perusahaan manufaktur dan ritel.
Â
Â